Married With Ex-Idol

By babyilsan_

1.4M 134K 15.9K

Choi Hana dipertemukan lagi dengan Min Yoongi. Bukan lagi dalam ikatan teman masa kecil, melainkan dalam ikat... More

00| Trailer Video
01| Prologue::: Teman Masa Kecil
02| Tie
03| Coffee
04| Secret
05| Rumor
06| Status
07| Diam
08| Opsi
09| Library
10| Menunggu
11| Empty
12| 11days
13| Noona
14| Janji
15| Trauma
16| Another Opsi
17| "Aku Baik-baik Saja"
19| Espresso
20| Kedai
21| The Umpteenth Time
22| Tricks
23| Guest
24| "Tolong temani aku."
25| Wine
26| Mixtape
27| Pergi
28| Jelous
29| January 11st
30| Sorry
31| White Dress
32| Kembali
33| Kyo(u)to
34| Hate You Thousand Times
35| Peraturan
36| Cerai
37| Restu
38|Not The Past, But The Future
39| Fix You
40| Peri Kecil
41| Epilogue::: Hana
42|Epilogue II:: Tattoo (Twitter)

18| Lusa

30.5K 3.1K 466
By babyilsan_

Gadis di atas ranjang terusik. Entah sejak kapan jendela di ruangannya sudah dibuka, hal itu memudahkan banyak cahaya lolos masuk ke dalam ruangan.

Bahkan ketika Hana belum sepenuhnya sadar, gadis itu merasakan sepercik kebahagiaan dalam dirinya. Namun, itu tak bertahan lama ketika Hana sepenuhnya membuka mata dan tak mendapati si penyebab kebahagiaan tidur di sisinya.

Kemana Min Yoongi?

Hana mendapati jemari kakinya yang tak beralas menyusuri tangga dan berhenti di dapur. Namun, tak menemukan Min Yoongi. Yoongi tak ada di lantai dua dan juga di dapur. Lalu kemana Yoongi? Apa Hana bangun terlalu siang?

Hana menengok ke jam dinding di dapur. Jarum jam pada saat itu menunjukan pukul 7 kurang. Hana sama sekali tak kesiangan.

Hana mendapati satu mangkuk berukuran sedang di atas meja yang masih sedikit mengepul. Satu mangkuk kimchi bokkeumbap tersaji secara misterius di atas meja.

Hana tak bisa menahan senyum ketika menemukan selembar kertas yang terselip.

"Aku tak sebaik dirimu dalam mamasak. Mian, banyak hal yang harus kuurus."

Hana merasakan pipinya memerah hanya karena kalimat yang tertulis di atas kertas. Sensasi yang Hana rasakan kali ini beda lagi. Membuat Hana lupa dengan janji yang dibuatnya sendiri tentang gadis itu yang tak boleh terlalu hanyut dengan sikap manis Yoongi.

♡♡♡♡

Hana sedang fokus dengan buku bacaannya sambil mengambil duduk di salah satu meja baca di perpustakaan. Terlalu larut hingga tak sadar seseorang sudah manarik kursi di hadapannya, mengambil duduk, dan memperhatikannya.

"Kau terlalu serius," ucap pria itu berusaha menyadarkan Hana.

Hana segera mengalihkan pandangan dan maniknya membulat.

"Hyeon-ssi, sejak kapan kau disana?" bisik Hana sedikit di tekan. Hana tak lupa jika tempat yang kini ia pijaki adalah perpustakaan.

"Baru saja," bisik Hyeon juga sedikit ditekan. Kemudian mereka berdua tertawa diam-diam.

"Kau bilang mau menanyakan sesuatu mengenai penyuntingan naskah yang kusuruh? Ada masalah?" Hyeon mulai membuka suara dan kali ini tak ditekan lagi. Volum suaranya hanya diperkecil.

"Sebaiknya jangan disini," saran Hana setelah melirik ke sekitar. Perpustakaan cukup ramai siang ini.

"Cafetaria? Dengan dua cup americano?" tawar Hyeon.

Hana tersenyum sebagai jawaban. "Call!"

♡♡♡♡♡

Ponsel di atas meja tak bergeming sedikitpun. Tak ada getaran tiba-tiba yang membuat posel itu bergeser sedikitpun. Pria si pemilik ponsel memperhatikan ponselnya. Berharap seseorang menghubunginya.

"Kau menunggu balasan seseorang lewat ponselmu?" Soohyun bertanya. Min Yoongi mudah ditebak, jujur saja.

"Ani," jawabnya tanpa ragu seolah jawabannya memang begitu adanya.

"Bukankah managermu sudah memperbolehkanmu pulang? Lebih baik kau pulang dan bersiap untuk keberangkatanmu," saran Soohyun yang kini merapikan note dan beberapa alat tulis di atas meja.

Hanya tinggal mereka di ruang rapat. Sebelumnya ada beberapa staff juga disana. Mendiskusikan tentang perilisan lagu terbaru Min Yoongi dan keberangkatan Pria Min itu ke America.

Yoongi tak menjawab lagi. Hanya diam, bahkan ketika Soohyun sudah akan keluar dari ruangan. Soohyun memperhatikan Yoongi, sepertinya ada sesuatu yang menganggu pikirannya.

"Ada sesuatu menganggumu?" tanya Soohyun akhirnya.

"Aku belum mengatakan pada Hana tentang keberangkatanku," akhirnya Yoongi menjawab.

Nada Yoongi terlihat santai. Ekspresinya tak bisa ditebak. Tak ada yang tau jika itu beban pikiran utamanya.

"Sampai kapan mau begini? Bukalah hatimu untuk sekedar mengabari." Soohyun terlihat hampir muak. Bukan hal yang langka melihat Yoongi seperti ini.

Yoongi masih diam di kursinya. Memang apa susahnya meminta ijin?

"Mau aku yang memberitahunya? Sepertinya Hana akan sangat kecewa jika sampai itu terjadi." Soohyun bukannya menakut-nakuti. Sepertinya memang kemungkinan itu akan terjadi. Hana akan kecewa jika mendengar kabar keberangkatan Yoongi dari orang lain.

Soohyun memakai tas bahunya sambil memperhatikan ekspresi Yoongi.

"Cobalah bicara dengannya. Cari aku di studio jika kau memerlukanku," tambah Soohyun. Setelahnya, gadis itu keluar dari ruangan.

Hanya tinggal Min Yoongi disana. Masih betah disana, menghela sesekali.

♡♡♡♡♡

Hana melangkah keluar dari gedung perusahaan. Langkahnya sedikit tegas setelah sadar langit mendung. Sebentar lagi pasti akan hujan. Hana harus tiba di rumah sebelum hujan turun.

"Hana!"

Langkah Hana terhenti ketika menyadari seseorang memanggil dari balik tubuhnya. Dae Hyeon.

"Mau kuantar pulang? Sepertinya akan hujan sebentar lagi," tawar Hyeon sambil mensejajarkan langkah dengan Hana yang perlahan kembali melangkah.

"Aku telah banyak merepotkanmu. Terimakasi tawaranmu," Hana tersenyum sebelum kembali mempercepat langkah menjadi beberapa meter di depan Hyeon.

"Angkutan umum tak beroperasi saat hujan."

Ucapan Hyeon berhasil kembali menghentikan langkah Hana.

"Tak baik menolak tawaran seseorang, bukan?" Hyeon berucap mendekat ke arah Hana.

Hyeon benar, beberapa angkutan umum tak beroperasi saat hujan.

"Jadi?" Hyeon terlihat memaksa. Namun, Hana tak merasakan paksaan sedikitpun. Hyeon memang baik. Hana tau itu.

"Baik—Oh, tunggu sebentar," ucapan Hana terpotong ketika ponsel di dalam tas bahunya berdering.

Hana sedikit terkejut melihat nama di atas ponsel yang mengubunginya. Min Yoongi. Sepertinya ini pertamakalinya. Uh, Hana tiba-tiba berdebar.

Hyeon memperhatikan Hana yang perlahan membawa ponselnya ke sisi wajahnya.

"Aku tepat di depanmu. Dengan mobil putih."

Hana belum sempat berucap dan pria diseberang sepertinya tak ingin basa-basi. Suaranya terdengar berat dan dingin. Hana tak mengerti yang Yoongi katakan, hanya saja gadis itu melihat mobil dengan cat putih tepat beberapa meter dihadapannya. Bukan mobil Yoongi.

"Kutunggu di parkiran agar tak terlalu terlihat. Aku menjemputmu."

Ketika Min Yoongi kembali berucap, Hana baru mengerti apa maksud suaminya itu. Dengan ponselnya yang masih tertempel di telinga, Hana bisa melihat mobil dengan cat putih itu perlahan menghilang dari pandangnya menuju parkiran.

Tanpa sadar sambungan panggilan dengan Yoongi sudah diputuskan.

"Hana?" Hyeon memanggil ketika Hana hanya diam.

"O-oh, Hyeon. Maafkan aku, tapi aku tak bisa ikut denganmu hari ini. Sampai jumpa," ucap Hana tergesa dan meninggalkan Hyeon.

Hana melangkah tergesa mendekat ke parkiran. Tak sulit untuk Hana menemukan mobil yang Min Yoongi bawa. Bahkan Hana tak sadar jika dirinya sempat menarik nafas dalam-dalam sebelum mendekat dan menarik pintu mobil.

Hana kembali berdebar ketika menemukan benar-benar Min Yoongi yang duduk di kursi kemudi. Dengan kemeja hitam bercorak di kerahnya, bahkan kancing kemejanya sengaja tidak ditautkan dua teratas. Terlihat begitu elegan.

Hana sudah kehilangan kata-kata ketika menempatkan diri di sisi Min Yoongi. Mendadak gugup. Gadis itu tak tau apa alasan Min Yoongi menjemputnya. Ini adalah pertama kalinya.

"Hyeon menawarimu tumpangan?"

Itu kalimat pertama yang keluar dari Min Yoongi. Hana tau itu hanya sekedar pertanyaan, namun jika itu Min Yoongi, kesannya akan berbeda. Datar dan dingin.

"Ya," jawab Hana singkat sambil memasak belt saat Min Yoongi mulai menancap gas.

"K-kita akan kemana?" Hana baru berani bertanya ketika menyadari bahwa mobil yang Yoongi kendarai tidak melewati jalanan yang menghubungkan mereka menuju rumah.

"Kau akan tau," jawab Yoongi singkat.

Hana hanya mengikuti arus. Ini pertama kalinya Min Yoongi menjemputnya. Hana tak tau pasti apa alasan di balik sikap Yoongi saat ini.

Hana memainkan jemarinya gelisah. Tak seharusnya ia canggung di dekat Min Yoongi.

"Mobil siapa yang kau bawa?" tanya Hana lagi. Hana harus bertanya, setidaknya gadis itu sudah berusaha. Hana juga tak bisa berharap jika Yoongi menjawabnya dengan tidak meninggalkan tanda tanya lagi.

"Soohyun. Aku meminjamnya," balas Yoongi sambil memutar kemudi sehingga mobil berbelok ke kanan.

Hening setelahnya. Sepertinya bukan hal yang baik. Min Yoongi tak terlihat bersahabat. Sebaiknya Hana diam.

Hana memilih mengalihkan pandangan menembus jendela di sampingnya. Memperhatikan deretan gedung-gedung yang dilewati.

"Kau tak takut aku menjemputmu ke perusahaan?"

Hana diam seolah pertanyaan Yoongi adalah soal ujian yang sulit dipecahkan.

"Aku tak pernah berharap kau menjemputku. Aku menghargai privasimu," jawab Hana tanpa keraguan lagi.

Lalu hening lagi. Hana masih merasa janggal. Min Yoongi tak biasanya bertanya seperti itu.

"Kenapa kau menjemputku hari ini? Bukankah ini terlalu beresiko? Kau tak takut?" Hana membalikan pertanyaan.

Hana benar tentang tak pernah mengharapkan Min Yoongi menjemputnya. Publik tak tau kebenaran tentang mereka dan hal itu sangat beresiko. Hana sangat mengerti itu. Terlebih lagi, Hana sudah terbiasa.

"Aku takut."

Yoongi menjawab singkat. Hana merasakan getaran aneh dalam dirinya. Entah mengapa Hana merasakan nada Min Yoongi tidak seperti biasanya.

"Oh, tidak. Hujan," Min Yoongi sedikit berseru bersamaan dengan rintikan hujan yang jatuh menghalangi pandang di atas kaca mobilnya.

Rintik hujan itu perlahan menjadi lebih deras, seolah ingin memecahkan kecanggungan di dalam mobil.

"Aku tak membawa payungku. Sepertinya kita harus menerobos hujan untuk sampai lobi," ucap Yoongi sambil memarkirkan mobilnya.

Saat itu juga Hana sadar bila Min Yoongi sudah membawanya ke suatu tempat yang familiar. Gedung menjulang tinggi dan terlihat begitu megah. Agensi Yoongi.

"Tak masalah bukan?" Yoongi bertanya lagi ketika Hana diam.

"O-oh, tak masalah. Sama sekali tak tak masalah," jawab Hana yang sebelumnya hanya fokus memperhatikan gedung di hadapannya.

"Tunggu," Min Yoongi menghentikan Hana ketika gadis itu akan membuka pintu.

Hana melihat suaminya itu mengitari mobil dan membukakan pintu untuknya. Hana sedikit tersentak ketika Yoongi menarik pinggangnya tepat setelah pria itu kembali menutup pintu. Yoongi membawa Hana untuk mengikuti langkahnya yang cepat, tangan Yoongi yang lain digunakan untuk menghalangi hujan jatuh ke wajah Hana.

Hana hanya mengikut saja pada saat itu. Mengikuti debaran di dadanya.

♡♡♡♡

Hana sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Masih di studio Yoongi, tepatnya di dalam ruangan yang cukup luas untuk seukuran kamar mandi di dalam studio. Pantas saja Yoongi betah bermalam di agensi.

Hana melihat pantulan dirinya yang kini sudah berbalut hoodie kebesaran milik Yoongi. Min Yoongi memperbolehkan Hana mengenakan hoodie miliknya. Hana merasa hangat.

Dan tentang alasan Yoongi membawa Hana ke agensi, Hana belum tau sampai detik ini. Ketika pemikiran tentang Min Yoongi kembali hinggap di benak Hana, pria yang sedang ia pikirkan tiba-tiba masuk ke dalam ruangan yang sama dengan Hana.

Hana segera mengalihkan pandangan ke lain arah ketika melihat Min Yoongi membuka kemejanya yang basah belum sempat diganti.

"Hana."

Suara berat Yoongi di balik tubuh Hana berhasil membuat Hana berdebar. Hana tak langsung berbalik, hanya melihat Yoongi dari pantulan cermin. Entah sejak kapan Min Yoongi sudah menanggalkan semua kancing kemejanya dan menatap Hana lewat cermin.

"Aku akan berangkat ke America lusa," ucap Yoongi kemudian. Hana bisa menangkap surai Yoongi yang basah sedikit menutupi maniknya.

Hana diam. Mengapa ia merasa sedikit kecewa?

Hana segera menyembunyikan kekecewaannya dengan berbalik dan tersenyum ke arah Yoongi.

"Ada yang perlu kusiapkan?" nada Hana terdengar bersahabat.

"Bantu aku mengemas pakaian," jawab Yoongi tanpa ragu seolah pria itu memang memerlukan Hana.

Hana mengangguk yang berarti setuju. Min Yoongi perlahan mendekat dan Hana semakin berdebar. Hana kira Min Yoongi hanya mendekat saja, gadis itu salah. Min Yoongi dengan tiba-tiba mengecup kening Hana. Hana sempat menahan nafas beberapa saat ketika merasakan bibir hangat Yoongi di keningnya. Mengapa Min Yoongi begini?

"Hana," panggil Yoongi lagi.

Hana mendongak dan gadis itu semakin berdebar. Tatapan Yoongi menghangat. Yang membuat Hana tak bisa mengontrol debaran di dadanya adalah, kondisi Min Yoongi saat ini. Tubuh Yoongi sedikit terkspose karena kancing kemejanya yang tak ditautkan. Hana merasakan tatapan Yoongi berbeda kali ini. Tidak seperti biasanya.

"Mungkin aku lancang mengatakan ini padamu," ucap Yoongi dengan suara beratnya.

Hana belum masih mendongak pada saat itu. Tatapan Min Yoongi membuatnya tak bisa melakukan hal lain selain menatapnya.

"Aku menginginkanmu, Hana."

Hana diam. Sepenuhnya diam. Min Yoongi tak pernah memohon seperti ini. Nadanya benar-benar tulus, Hana bisa merasakannya.

Senyuman Hana sepenuhnya hilang, namun itu tak berlangsung lama ketika Hana perlahan menarik sedikit sudut bibirnya.

"Jadi itu alasanmu membawaku kemari?" simpul Hana.

Min Yoongi terlihat terkejut dengan kesimpulan yang Hana ucapkan.

"Aku bersumpah tidak, Hana." Yoongi terdengar bersungguh-sungguh, nadanya sedikit ditekan.

Hana diam lagi. Tak tau ia harus senang saat ini atau bagaimana.

"Mau melakukannya dimana? Disini?" Hana bertanya. Memang terdengar menantang, namun gadis itu berusaha tenang.

Yoongi hanya menatap Hana untuk beberapa saat. Kemudian tangannya perlahan naik untuk mengusap pucuk kepala Hana.

"Lupakan," ucap Yoongi dan berbalik melangkah.

Hana menahannya. "Lakukan apa yang membuatmu merasa lebih baik."

Min Yoongi perlahan berbalik. Tatapannya tajam tanpa keraguan.

"Cukup peluk aku," ucapnya kemudian.

Hana mengangkat sudut bibirnya tipis. "Ada lagi yang lain?"

"Dengan ciuman sesekali," tambahnya. Nadanya tak berubah. Tak ada keraguan namun tak terdengar hangat.

Senyuman Hana kini lebih lebar sambil mengangguk dua kali. Min Yoongi berhasil membuat Hana merona dengan permohonannya yang tak terdengar memohon sedikitpun. Hana berpikir, apakah pria dihadapannya ini sedang jual mahal?

Baiklah, malam ini Hana akan mengabulkan semua permohonan Min Yoongi, suaminya.

♡♡♡♡♡

Ketika Min Yoongi sedang fokus dengan layar monitornya, ia tak mendengar lagi pertanyaan dari Hana.

Pria Min itu menghentikan semua pekerjaannya untuk berpindah pada Hana yang tidur di pangkuannya dengan kaki Hana diantara tubuh Yoongi. Hana bersender di dada Yoongi seraya Yoongi mengerjakan musiknya. Bahkan Hana awalnya memeluk Yoongi sambil melayangkan beberapa pertanyaan.

Saat itu sudah larut, sekitar jam 1 dini hari. Masih di tempat yang sama. Di dalam studio Yoongi yang terletak di salah satu lantai di gedung agensi. Yoongi merasakan deru nafas Hana yang teratur, disana pria itu tau jika istrinya sudah terlelap. Sepertinya Hana merasa nyaman dengan sweater Yoongi yang kebesaran di tubuhnya.

Yoongi memperhatikan wajah Hana yang sangat damai. Hal itu membuat Yoongi tak tahan untuk tidak mendaratkan kecupan di kening Hana. Fokus Yoongi sepenuhnya ke arah Hana. Layar monitor besar di hadaannya dihiraukan untuk beberapa menit ke depan.

Saat Yoongi sibuk memperhatikan Hana, tiba-tiba bell studionya berbunyi. Hana terlihat tak terusik dan terlalu nyaman. Yoongi tak mungkin mengganggu tidur Hana.

Bell terus ditekan beberapa kali, sampai akhirnya si penekan bell sepertinya menyerah, tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponsel Yoongi yang berada di sebelah keyboard. Yoongi meraih ponselnya perlahan dengan Hana yang masih dalam pangkuannya.

"Hey, dimana kau? Aku perlu mobilku."

Suara tanpa basa-basi dari balik telepon menyadarkan Yoongi bahwa pria itu masih memiliki hutang. Kunci mobil Soohyun belum sempat Yoongi kembalilan.

"Kau akan pulang?" tanya Yoongi pelan.

"Ya. Tentu saja aku harus pulang. Ini sudah larut," nada protes dilayangkan.

"Harus sekarang?" tanya Yoongi sambil menyelipkan beberapa helai yang menghalangi wajah Hana ke belakang telinga gadis itu dengan tangannya yang bebas.

"Tentu saja."

Min Yoongi terdiam beberapa saat.

"Baiklah. Masukan kodenya sebelas, kosong, satu," Min Yoongi mempersilahkan.

Yoongi bisa mendengar seseorang memasukan beberapa dijit angka dalam interkom.

"Buka pintunya perlahan. Jangan membuat banyak suara," printah Yoongi berbisik.

Yoongi kini bisa mendengar seseorang mendorong pintu studionya perlahan.

"Oh, aku tidak tau soal ini. Maafkan aku," Soohyun yang sudah siap dengan jaket denim dan tas bahu terlihat sedikit terkejut melihat pemandangan saat ini.

"Kuncimu disana." Yoongi menunjuk rak yang tergantung di dinding dekat pintu.

Hana sepertinya benar-benar kelelahan. Gadis itu belum terusik.

"Sudah mengatakannya pada Hana?" tanya Soohyun penasaran sebelum benar-benar meninggalkan studio Yoongi.

Yoongi hanya berdeham sebagai jawaban.

"Terimakasi," ucap Yoongi pada Soohyun. Ucapan itu memiliki dua arti. Yang pertama untuk nasehat Soohyun dan yang kedua untuk pinjaman mobil.

Baiklah. Soohyun banyak membantunya hari ini. Sepertinya tidak buruk untuk mendengarkan beberapa saran dari orang terdekat.






__________

Yaampun, aku degdegan pas revisi chapter ini:) Selamat malam minggu, temen-temen 💜

Mau tau kemeja yang Yoongi pakai pas jemput Hana? Itu diatas, kira-kira kek gitu:)

Jangan lupa vote ya:)







Wattpad instagram : kthayuyu30
Personal instagram: ayusukma.28

Continue Reading

You'll Also Like

82.7K 8K 35
Seorang wanita cantik bernama Son Seungwan terpaksa menikah dengan seorang Ceo bernama Min Yoongi karena di hari pernikahan saudara kandungnya bernam...
8.4K 1.7K 48
[Tamat] Menceritakan tentang persahabatan dari kecil, hingga mereka berkuliah bersama. Mereka ditakdirkan untuk bersama untuk selamanya. Walaupun ban...
35.1K 6.5K 45
"𝑯𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒊𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒇𝒊𝒍𝒎, 𝒌𝒂𝒍𝒂𝒖 𝒌𝒂𝒖 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒌𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒐, 𝒌𝒂𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒈𝒊𝒍...
256 60 12
BRAKK... "Aww..". Ringisnya. Naya yang belum sepenuhnya sadar berada di atas tubuh orang itu, hanya bisa meringis menahan sakit di dahinya karena ter...