Moodmaker ; LEE HAECHAN

由 vousmevnrn

843 18 0

[NCT LOKAL STORY] "Haechan, lo ini sebenernya moodmaker atau troublemaker, sih?!" 更多

🌻 prolog 🌻
MOODMAKER #02: Party Dadakan
MOODMAKER #03: Tempat Penginapan
MOODMAKER #04: Kerja Rodi

MOODMAKER #01: Kejar

114 4 0
由 vousmevnrn

"HAECHAN!!!! BALIKIN HANDPHONE GUE!!!!"

"NGGAK MAU NGGAK MAUUUU. KEJAR SINI KEJAR! WLEEEEE!"

"HEH KUTU KUPRET, BALIKIN SINI!!!"

"NGGAK KENA!! NGGAK KENA!! WLEEEE."

Kedua remaja beranjak dewasa tersebut masih betah menjadi tontonan siswa lain karena tengah berlarian—lebih tepatnya sih Rena yang mengejar Haechan—di lapangan basket siang itu.

"ASLI NIH YA, AING LEMPAR PAKE RING BASKET NIH LAMA-LAMA!!! YAK, HAECHAN!!!! BERHENTI KAGAK LO?!"

Tak lama setelahnya Haechan mengaduh kesakitan disambut tawa oleh Rena dan siswa lain yang sedari tadi menonton kebodohan dua orang ini. Kenapa gitu? Ya iyalah, di siang bolong yang panas begini kok malah kejar-kejaran di tengah lapangan sih, mending kejar-kejaran di lab komputer aja harusnya.

"RASAIN TUH, MAMPUS!" Rena merampas handphone miliknya dari tangan Haechan sembari terus menertawai cowok itu.

"Jahat banget, anjir!!" Haechan menatap cewek di depannya dengan tatapan kesal sembari melengkungkan garis bibirnya.

"Suruh siapa jadi manusia kok iseng banget!! Untung aja handphone gue kagak ikutan nyusruk kek lo!" Rena berkata acuh sembari mengusap lembut layar handphone yang nyaris rusak karena Haechan tadi jatuh menabrak tiang ring basket setelah Rena lempar dengan batu.

Brutal pisan, tapi itu mah nggak seberapa.

Pernah tuh dulu saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar, Haechan menjahili Rena yang tengah asik menikmati permen lolipop berukuran jumbo dengan cara mengejutkan  menggunakan cicak yang dia pegang di genggaman tangannya, permen lolipop yang masih utuh tersebut jelas saja langsung masuk tenggorokan anak itu tanpa aba-aba membuatnya tersedak sampai mengeluarkan air mata.

Maka keesokan hari ketika mereka tengah bermain di pinggir comberan bersama teman-teman yang lain, Rena membalas dendam pada Haechan.

"Echan, coba deh lo liat ke bawah situ."

"Kunaon emang?"

"Tadi duit gue dua ribu jatoh ke situ, liatin dong. Masih ada di situ atau enggak. Gue mau cari kayu dulu buat ngambil duitnya, takut diomelin Mama kalau sampe ilang."

Haechan menurut saja tanpa menaruh rasa curiga. Lalu saat Haechan tengah serius menengok ke dalam comberan, Rena mendorongnya hingga wajah Haechan belepotan tanah berbau, sedangkan Rena dan teman-temannya yang lain tertawa kencang.

"HAHAHAHA MUKA LO, CHAN. HAHAHAHA."

"Rena ada-ada aja, buset. Hahahahahaha."

"Kasian hahaha tapi sekali-kali gapapa ye, Chan. Hahahaha."

"Biasa ngeliat Haechan iseng, sekarang kena batunya. Hahahhaha."

"Udah lur, udah ketawanya. Kasian tuh mukanya nahan nangis." kata Jaemin saat melihat mata Haechan yang mulai berkaca-kaca.

Haechan diantar pulang oleh Rena ke rumahnya, sepanjang perjalanan pulang sebenarnya Rena takut bakal dimarahi Ayah dan Bundanya Haechan gara-gara menjahili anaknya. Tetapi ketika sampai di pagar depan rumah, Baekhyun—Ayah Haechan—yang tengah menyirami tanaman justru ketawa ngakak melihat anak cowoknya belepotan tanah comberan.

"Padahal mah disuruh mandi di comberan aja sekalian, Na." Baekhyun masih tertawa sembari menepuk pucuk kepala Rena dengan pelan, menyaksikan Haechan yang baru selesai dimandikan oleh  Taeyeon—Bunda Haechan—menatapnya dengan kesal.

"Liat Ayah tuh, Bun!!! Malah ngetawain Echan melulu!!" adu Haechan.

"Gapapa sekali-kali kamu dijahilin sama Rena, kan biasanya juga kamu kalo ngejahilin Rena tuh nggak kira-kira." Taeyeon menjawab dengan entengnya.

"KOK BUNDA MALAH NGEBELAIN RENA, SIH?!" protesnya.

"Itu tuh namanya karma, Echan." Rena menyahut santai sembari memakan cemilan di atas karpet berbulu kesayangan Haechan.

"Diem lo!!! Gue ngambek sama lo!!"

"Idih, kok gitu?!"

Setelah kejadian sore itu, Rena malah harus menuruti semua perintah Haechan sebagai permintaan maaf karena merasa bersalah membuat anak cowok tersebut tercebur ke comberan sampai membuat keningnya benjol selama tiga hari penuh. Kenapa keningnya benjol? Menurut kalian aja kenapa bisa begitu.

"Rena, beliin plester dong, jidat aing sakit." Haechan merengek pada Rena yang kini tengah fokus menatap layar handphone.

"RENA, IH!!!"

"Naon sih, Echan?! Berisik!" Rena mengalihkan atensinya dari handphone untuk menatap Haechan yang mengusap keningnya memerah akibat menabrak tiang ring basket.

"Beliin plester~"  Haechan merengek sembari mengeluarkan jurus andalan yang biasanya selalu berhasil membuat Rena luluh. Tapi bukan karena merasa kasihan atau gemas, melainkan karena Rena mual melihat kelakuan temannya.

"YA UDAH! Gue ambilin bentar! Tapi tolong ya, komuk lo dikondisikan deh! Jangan sok imut, eneg aing liatnya!" Rena berseru kesal sembari berlalu ke arah UKS.

Sepeninggal Rena yang tengah pergi ke UKS, Haechan masih meringis mengusap keningnya karena terasa sedikit perih sembari bernyanyi keras menyita perhatian seisi kantin yang menatapnya dengan tatapan heran.

"WASSUP, MAS BRO." Haechan terlonjak kaget begitu Jeno menepuk pundaknya dari arah belakang.

"Setan lo ya, Jen!! Bikin gue kaget aja!!" bentak Haechan.

"Gue manusia sih, bukan setan." Jeno berujar santai sembari beranjak memesan makanan dan minuman ke ibu kantin.

"Udah kelar acara geludnya sama Rena?" tanya Jaemin.

"Menurut lo?! ANJIR LAH, SAKIT!!!" Haechan menjawab sewot sekaligus merasa perih saat Renjun tanpa sengaja menyenggol keningnya yang memerah.

"DIH, JIDAT LO KENAPA, CHAN?! HAHAHAHHAA." Renjun panik hanya sedetik, kemudian tertawa puas menyadari kening temannya terlihat merah.

"Punya temen kok modelan jurig semua kek lo pada, heran aing." Haechan berucap dengan nada miris.

"NGACA!"

"Lo kan jurig utamanya, Chan." Rena menyambar ucapan Haechan sembari meletakkan dua buah plester yang barusan ia ambil dari UKS di atas meja.

"Ngapain dikasih plester segala, Na? Padahal mah biarin aja, kan lucu noh merah gitu jidatnya kek abis dicium tawon."

"DIEM LO!!" Haechan mendorong pelan bahu kecil Renjun.

"Udah ya, gue balik dulu ke kelas." kata Rena.

"Bentar weh!" Rena kembali terduduk di samping Haechan setelah lengan kirinya ditarik oleh cowok itu.

"Apa lagi sih, Chan?!"

"Pasangin sekalian dong plesternya." pinta Haechan.

"Dih?! Ogah! Pasang aja sendiri! Yakali begitu doang kagak bisa?!"

"Nggak bisa, Rena. Jidat aing sakit pisan ini."

"Suruh Renjun atau Jaemin atau Jeno aja sih yang masangin. Gue ada perlu nih di kelas."

"Nggak mau. Maunya sama lo."

"Ya udah sini! Dasar manja!" Rena menyambar plester yang berada di tangan Haechan sebelum cowok itu mengeluarkan aegyo yang selalu berhasil membuat tekanan darahnya meningkat.

Jaemin dan Renjun menyaksikan bagaimana telatennya seorang Rena yang tengah fokus memasangkan plester di kening Haechan membuat Renjun memiliki ide jahil dengan mendorong pelan tangan Rena sehingga Haechan mengaduh kesakitan.

"RENJUN!!!"

Renjun dan Jaemin ber-tos ria melihat wajah kesakitan Haechan membuat Rena menggelengkan kepala dengan bosan.

"Udah ah, gue mau balik ke kelas." Rena hendak beranjak pergi sebelum Jeno menyahut.

"Ntar aja sih balik ke kelasnya bareng kita, mending jajan dulu disini. Gue traktir, Na." sahutan Jeno berhasil membuat Rena mengurungkan niatnya untuk kembali ke kelas dan duduk manis di tengah Haechan dan Renjun sembari tersenyum senang menatap Jeno.

"Denger traktiran aja, seneng lo." cibir Haechan.

"Diam anda!!" hardik Rena.

Jeno hanya tersenyum menyodorkan beberapa makanan dan minuman untuk mereka berlima yang langsung menyerbu untuk makan.

"Lo nggak makan setahun atau gimana dah, Chan?"

"Gue tuh laper gara-gara tadi lari-larian di tengah lapangan, kan capek." Haechan menjawab dengan mulut penuh batagor.

"Lo berdua tuh emang ya kek nggak ada kerjaan aja dah kejar-kejaran di siang panas begini." sahut Renjun.

"Noh, temen lo yang mulai!" tunjuk Rena pada Haechan yang duduk di sampingnya.

"Emangnya gara-gara apa sih?" Jeno penasaran.

"Dia ngambil handphone gue terus ngirim chat yang kagak bener ke kak Dejun." jawab Rena.

"Kan lo emang naksir sama dia!!" tuduh Haechan membuat Renjun, Jaemin, dan Jeno menganga lebar.

"Seriusan!???"

Siswa lain yang berada di kantin juga mulai berbisik pelan menggosipkan omongan Haechan barusan.

"Mulut lo itu ya, Chan!!" Rena memukul keras punggung teman cowoknya tersebut.

"Apa? Salah? Enggak dong, kan emang bener lo tuh naksir sama Dejun." Haechan menyahut dengan wajah songongnya.

For your information, Dejun adalah tetangga Rena yang baru pindah ke depan rumahnya beberapa hari lalu. Dejun ini sudah kuliah, makanya Rena banyak bertanya tentang dunia perkuliahan ke tetangganya tersebut, untuk referensi aja sih. Tapi Haechan dengan nggak tau dirinya malah bikin gosip yang aneh-aneh, Rena takutnya Dejun menjadi ilfeel terhadapnya hanya karena tuduhan nggak jelas dari Haechan.

"Beneran emang, Na?" Jaemin malah kepo.

"Lo percaya sama omongannya Haechan?" Renjun balik bertanya dengan nada sinis pada Jaemin.

"Ya enggak sih."

"Taruhan sama aing deh, pasti Rena naksir sama cowok itu. Soalnya nih ya, Rena tuh paling demen sama cowok ganteng, jadi nggak mungkin nih dia nggak naksir Dejun." tantang Haechan.

"Gue juga ganteng, tapi Rena kagak naksir gue tuh?" tanya Jeno dengan heran.

"Gue juga! Padahal gue mau banget dong pacaran sama anaknya Tante Krystal dan Om Jongin ini, HEHE." sahut Jaemin menatap Rena dengan cengiran khasnya membuat cewek itu menghela napas bosan.

"Gue juga sih ganteng, lebih ganteng dari lo pada malahan, cuma ya matanya Rena aja yang burem sih. Masa cowok ganteng modelan gue begini kok nggak dijadiin pacar. Rugi lah rugi!" Haechan berdiri di atas kursi sembari membenarkan kerah kemeja yang ia kenakan dengan ekspresi bak model penuh percaya diri membuat Rena, Renjun, Jaemin, dan Jeno memasang ekspresi ingin muntah.

"Nggak ada topik lain apa gimana deh?" tanya Renjun tiba-tiba.

"Kenapa emangnya? Lo nggak pede? Hahaha." ledek Haechan.

"Diem lo!" hardik Renjun sembari mengacungkan garpu di tangannya ke arah Haechan yang membuat cowok berdarah sunda tersebut mengerut takut dan bersembunyi di bahu sempit Rena.

"Lah iya juga Njun, kok lo nggak ikutan nanya kek kita bertiga sih?" tanya Jeno dengan heran membuat Renjun terlihat salah tingkah.

"Y-ya gapapa sih! Emangnya kenapa? Kalau Rena emang naksir sama gue, ya kita berdua udah jadian lah bukan temenan lagi, tapi kan gue dan Rena cuma temenan aja nggak lebih." Renjun menjawab sedikit gugup karena ditatap oleh Rena dengan tatapan penasaran.

"Kalau Rena naksir sama lo, pasti kalian udah jadian? Sedangkan kalian nggak jadian yang berarti Rena kagak naksir sama lo. Tapi, ini juga berarti lo naksir sama Rena?!" Haechan menarik kesimpulan membuat mereka yang berada di kantin kembali berbisik pelan.

"Mulut lo itu, Chan! Kalo lagi jam pelajaran, coba ya diajak belajar juga gitu loh supaya lebih beradab. Udah ah, jangan bahas itu lagi! Bikin gosip aja lo!" Rena menengahi saat melihat Renjun yang sangat kentara salah tingkahnya.

"Kalau omongannya Echan tuh bener, gimana Na?" tanya Jaemin membuat Rena menghela napas dalam.

"Kagak tau dah. Udah sih jangan bahas itu mulu. Lo liat noh di sekitar kita, pada ngegosip yang kagak-kagak jadinya." Rena kembali berusaha mengalihkan topik pembicaraan sementara Renjun sibuk mengusap tengkuknya karena salah tingkah.

"Ya udah lah kalo gitu. Oh iya, ntar sore jalan-jalan yuk?" Jeno mengalihkan pembicaraan.

"Kemana gitu?"

"Mall."

"Traktir tapi ya? Hehehehehe."

"Traktiran mulu hidup lo, Chan." Rena melempar sebuah tisu ke arah Haechan.

"Nte nanaon atuhlah, Na. Traktiran tuh enak."

"Mau abis pulang sekolah langsung jalan apa gimana?" tanya Jaemin.

"Pulang ke rumah dulu lah! Ngaco aja lo kalau langsung jalan. Gue mesti izin dulu sama Mama." sahut Rena.

"Ya udah deh, ntar gue jemput lo ya, Na." Jeno memberikan wink ke arah Rena yang disambut delikan oleh Haechan.

"Nggak usah! Rena ntar bareng aing aja, kan rumah gue sama Rena sebelahan." Haechan menyambar dengan cepat.

"Sesuka lo pada aja, lah. Udah ya gue balik duluan ke kelas, ini si Lia udah nyuruh gue balik katanya ada tugas. Duluan ya gue. Woiya lupa, hatur nuhun thankis ya Jeno buat traktirannya, sering-sering aja, hehehe. Dadah."

Rena berbalik arah menuju kelas sembari melambaikan tangan kepada keempat temannya yang masih betah duduk di kantin meski bel tanda masuk sudah berbunyi.

"Rena tuh cantik banget tapi barbar juga, buset." Jeno reflek bilang begitu, menyaksikan punggung Rena yang semakin menjauh.

"Lo lihat aja emaknya." Haechan menyahut sembari meminum jus milik Jeno membuat si empunya mendelik kesal tapi tidak bereaksi banyak.

"Iya juga ya, Tante Krystal kan cantiknya kebangetan tapi ya gitu galak pisan. Berarti bener ya kalau buah jatuh nggak jauh dari pohonnya." Jaemin meringis mengingat betapa galaknya Mama dari seorang Rena.

"Om Jongin kok bisa ya menaklukan cewek cantik tapi galak modelan Tante Krystal?" Renjun ikut bertanya penasaran.

"Katanya sih gara-gara Tante Krystal nggak mau punya suami yang terlalu ganteng." lagi-lagi Haechan menjawab dengan enteng pertanyaan dari teman-temannya.

"HAH?!"

"Demi apa lo alasan Tante Krystal tuh kek gitu?!" tuntut Jaemin.

"Beneran, lur. Waktu itu Tante Krystal kan cerita ke gue ya katanya gini, ekhem—"

Haechan menyiapkan suara untuk menirukan Tante Krystal.

"Tante Krystal tuh dulu nggak pernah mau sama Om Jongin, Chan. Padahal dia setia banget tuh ngejar-ngejar Tante, tapi akhirnya ya udah deh Tante terima, lagian Om Jongin juga nggak ganteng banget sih makanya Tante terima tuh lamarannya. Tante nggak suka cowok yang terlalu ganteng." Haechan menyudahi sesi akting sebagai mamanya Rena.

"WOAH." mereka bertiga spontan berucap takjub, entah karena cerita yang mereka dengar dari Haechan tentang Tante Krystal atau mungkin karena akting mulus Haechan.

"Gileeee mantul memang! Tante Krystal doang keknya yang begitu ya." komentar Jaemin.

"Rena bakal begitu juga nggak, ya?"

"Menurut gue sih nggak bakalan tuh Rena ngikutin jejak emaknya, karena prinsip Rena ya jodoh dia wajib ganteng." Haechan kembali menjawab.

Keempat cowok tersebut masih sibuk mengobrol tanpa menyadari bahwa di belakang mereka, Guru BK tengah mengintai mereka.

"Bagus ya bagus! Bel masuk udah berbunyi sejak setengah jam yang lalu, malah ngegosip aja di sini. IKUT BAPAK KE RUANG BK. SEKARANG."

Pak Taeil mulai mengomel sembari menjewer telinga Haechan dan Jaemin membuat Jeno dan Renjun meringis menatap ke arah mereka karena tau seberapa sakit jeweran Pak Taeil. Setelahnya mereka berempat terpaksa mengikuti arahan Guru BK tersebut menuju ruangan kebanggaan sang Guru.

Rena yang tanpa sengaja melirik ke arah jendela melihat keempat temannya tersebut tengah diseret oleh Pak Taeil membuat gadis cantik itu menahan tawa, kemudian mengirim chat ke groupchat berisi ledekan untuk mereka.

Whatsapp Group
4 Kampret + 1 Queen

Semangat menerima hukuman dari Pak Taeil ya, kawan-kawan kampret kuuuuu. Lope lope buat kalian.
Read by 4

Gapapa kok sekarang di read doang, gue nggak bakal kesel. Soalnya gue paham bahwa lo pada nggak berani main HP di depan Pak Taeil.
Read by 4

Mampus dan semangat yaaa, sayang-sayang kuuuu
Read by 4

繼續閱讀

You'll Also Like

127K 4.1K 80
Alastor X Female Reader You and Alastor have been best friends since you were 5 years old. With Alastor being the famous serial killer of your time...
382K 23.2K 82
Y/N L/N is an enigma. Winner of the Ascension Project, a secret project designed by the JFU to forge the best forwards in the world. Someone who is...
1.2M 53.3K 99
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
850K 10.8K 44
You're rafe Cameron's girlfriend. He's controlling, manipulative, and insanely jealous over you. (13/01/24) #1-Rafecameron (12/03/24) #1-Outerbanks ...