A Little Pieces Of Heart - Wa...

By Sean_XZ

87.6K 10.4K 1.3K

[END] Wei WuXian tidak pernah menyangka akan diutus menjadi dewa penjaga untuk putri kecilnya. Namun tidak ad... More

Prolog: Once Upon A Time
I. Moonlight Drawn by Cloud
III. The Tale of Yunmeng
IV. Shadow That Remain
V. Lessons For A Little Princess
VI. Being A Real Mother
VII. The Return Of The Owner's Heart
VIII. The Feeling That Missing
IX. A Plan To Unite Hearts
X. The Story Of Candy And Snowflake
XI. Our Wedding Story
XII. Words That Were Never Spoken
XIII. Go, Missing And Forgotten
XIV. Lotus Gift
XV. A Wish From Heart
Epilog: A Little Pieces Of Heart
Year By Year: Side Story

II. A Substitute For The Heart

5.3K 725 144
By Sean_XZ

Flashback

Lan WeiLian—sepotong kecil hati Wei WuXian yang harus ia tinggalkan. Malaikat kecil itu tidak pernah menangis bahkan saat Wei WuXian berhasil melahirkannya ke dunia. Tetapi, ketika tiba hari kepergian Wei WuXian, permata kecilnya itu menjadi lebih sering menangis, seolah tumbuh menjadi sebatang pohon kayu rapuh yang kehilangan separuh daunnya.

Sepanjang hari itu, Lan WeiLian terus menangis seolah tubuh mungil itu sudah diberitahu bocoran takdir sang ibu oleh Para Dewa. Membuat permata kecil itu merasa, ia harus melakukan sesuatu untuk menghalau takdir. Namun bagaimanapun, suratan takdir tidak bisa ditulis ulang bahkan oleh yang penulisnya sekalipun.

Bayi yang belum genap satu tahun itu perlahan mulai berhenti menangis ketika kedua orang tuanya mulai melajukan perahu kecil yang mereka tumpangi ke tengah danau yang diselimuti ribuan bunga teratai mekar.

Wei WuXian menimang-nimang dan menepuk pelan bayi perempuan di dekapannya hingga isak tangis perlahan menghilangkan. Sedangkan sang suami memangku sang istri dan membiarkannya bersandar di dada sang suami.

Sebenarnya Wei WuXian sendiri yang berinisiatif mengajak Lan WangJi ke Yunmeng, sekaligus mengenang tempat di mana mereka pernah mengukir kenangan sembari mencoba menenangkan si kecil. Wei WuXian bahkan lupa kapan terakhir kali mereka kemari, agaknya sudah sangat lama tidak melihat lautan pink bunga tanaman air dari tempat ia tumbuh besar itu.

Pemandangan yang indah, dengan ditemani hamparan teratai yang memanjakan mata. Sesekali alunan senandung merdu keluar dari mulut Wei WuXian yang masih terus memandang lekat Lan WeiLian di gendongannya.

"Lan Zhan." Suara itu mengalihkan pandangan Lan WangJi ke arah wajah sang istri yang pucat pasi. Melihatnya saja, rasanya Lan Wangji tidak sanggup. Kalau saja bisa, ia ingin menukar tubuh itu dengan tubuhnya, memindahkan semua rasa sakit yang ada di tubuh Wei WuXian kepadanya.

Namun, mustahil.

Tubuh Wei WuXian sudah lemah sejak awal karena jindan-nya. Ditambah lagi dengan melahirkan Lan WeiLian, tentu tidaklah mudah dan sangat berat bagi tubuh itu bisa bertahan sampai sekarang.

"Mn? Kau ingin sesuatu?" Lan WangJi mengusap pelan pipi Wei WuXian, menyalurkan kehangatan tubuhnya pada kulit yang terasa dingin itu.

Sang istri tersenyum lembut ke arah Lan WangJi, "Aku punya satu permintaan. Bisakah kau mengabulkannya untuk ku, Lan Zhan?" ucap Wei WuXian dengan suaranya yang parau. Tubuh itu mendadak melemas. Lan Wangji bisa merasakan tangan Wei WuXian melemah, membuat lelaki itu harus ikut menyangga putrinya dari belakang agar tidak lepas dari gendongan sang istri.

"Katakan, apapun itu Wei Ying."

Wei WuXian tersenyum, menampilkan deretan gigi putih bersihnya pada Lan WangJi yang masih tidak melepaskan pandangan dari wajahnya—semakin lekat dengan Irisnya yang terkunci pada Wei WuXian. Kedua kelopaknya bahkan tak berkedip sekalipun, hingga membuat putih di matanya tampak sedikit memerah.

Wei WuXian beralih menggenggam jemari Lan WangJi, mengarahkannya untuk bergantian menumpu Lan WeiLian yang sebenarnya sudah berada di bawah perhatian HanGuang-Jun sebelumnya. "Tolong jaga A-Yuan dan A-Lian, apapun yang terjadi. Aku ... aku mencintaimu Lan ... Zhan ...."

Perlahan suara itu menghilang di pendengaran Lan Wangji. Menyisakan kesunyian di tengah Danau Yunmeng. Tubuh itu meringkuk merosot sempurna ke pelukan Lan WangJi, membuat pria itu tertunduk dan membenamkan kepalanya pada ceruk leher sang istri.

Beberapa saat kemudian, isak tangis terdengar dari tubuh mungil yang masih berada dalam gendongan Wei WuXian. Bayi itu seolah baru saja menyadari kepergian Ibunya. Wei Lian berhentilah menangis, ayah tidak tahu harus berbuat apa jika kau juga ikut menangis, pilu Lan WangJi dalam hati.

"Mari bawa ibumu pulang, Wei Lian ...," lirih HanGuang-Jun pada Lan WeiLian. Lalu, perahu itu perlahan bergerak, membawa 3 raga dengan 2 jiwa di atasnya kembali ke Gusu.

###

Sesampainya di Yun Shen Buzhi Chu, Lan XiChen dan Lan SiZhui bergegas menuju gerbang depan. Namun belum sampai sana, yang dicari malah sudah terduduk lemas di halaman depan. Bichen tergeletak di samping, sementara tubuh pemiliknya masih memeluk dua potongan hatinya. Yang satu terdiam membisu dengan wajah putih pucat, sedangkan yang kecil satunya masih menangis terisak.

"WangJi?! Wei Gongzi-" Suara Lan XiChen tercekat. Lelaki itu mendadak tidak bisa berkata-kata saat melihat adiknya yang bersimpuh tanpa tenaga.

Lan QiRen yang sedang mengajar di dalam kelas juga ikut keluar bersama para murid yang diampuhnya. Mereka semua sekarang sudah berdiri tertunduk menatap HanGuang-Jun.

"Ibu ...," lirih Lan Sizhui menghampiri sang ayah. Pemuda itu langsung memeluk tubuh Wei WuXian di pangkuan Lan WangJi. Sementara Lan XiChen sudah mengambil alih Lan WeiLian dari sana.

"WangJi," panggil Lan QiRen sembari menepuk pelan pundak keponakannya. Maniknya teduh. Kakek tua itu juga hanya manusia biasa yang jika kehilangan seseorang terkasihnya akan hancur seperti keponakannya sekarang.

Lan WangJi sudah mendapatkan hukuman setiap hari untuk membayar dosanya karena telah mencintai seorang Wei WuXian. Jadi saat ini, Lan QiRen hanya bisa merasakan hujaman kesedihan yang mengalir begitu derasnya ketika melihat sang keponakan yang hancur untuk kesekian kalinya.

Rasa marah atau kecewa tampaknya sudah tertutup bahkan hilang saat melihat sang keponakan yang masih terus memeluk sang istri tanpa rasa ingin melepasnya sedikit pun.

Tidak ada yang berani bersuara ketika menyaksikannya. Lan JingYi bahkan sudah berlari pergi sembari menangis mengerang karena tak sanggup melihat adegan yang menyayat hati itu.

"Senior Wei ... saya sangat berterima kasih, karena berkat Anda, saya belajar banyak hal ...." Suara Lan SiZhui terhenti tenggorokannya seperti tersumpal batu besar, rasanya sangat sesak. Pemuda itu lalu mengusap pelan pipi sang ibu hingga turun ke rambut panjangnya yang tergerai. Terakhir, kedua tangannya beralih menggenggam tangan Wei WuXian, menciumnya lembut.

"Sizhui," lirih Lan WangJi yang keadaannya sama kacau dengan sang putra. Walaupun rautnya datar tapi pipi putihnya sudah basah dengan air mata.

Lan SiZhui semakin terisak tatkala sang ayah merangkulnya bersama dengan raga sang ibu. Ibu terimakasih ... kami semua menyayangi Ibu. Semoga Dewa mempertemukan kita kembali. Selamat jalan Senior Wei ....

Lan WeiLian masih menangis di gendongan pamannya. Bahkan Lan XiChen tidak mampu lagi menahan air mata ketika melihat semua yang tengah terjadi di hadapannya.

Jujur saja, ia sangat menyayangi Tuan Muda Wei sama seperti ia menyayangi Lan WangJi. Menurutnya, kebahagiaan Lan WangJi adalah Wei WuXian seorang. Lebih tepatnya, Wei WuXian adalah segalanya bagi sang adik-Semesta dari seorang HanGuang-Jun.

Lan XiChen bisa merasakan betapa hancur hati sang adik kali ini. "Tolong urus keperluan upacara pemakamannya, aku akan mengabari Ketua Sekte Jiang."

"Baik, ZeWu-Jun ...," jawab seorang murid yang tepat berdiri di samping Lan XiChen sembari membungkuk dan kemudian berlalu.

Lan XiChen melangkah mendekat ke arah Lan WangJi. "Wangji ... biarkan kakak dan paman yang mengurus Wei Gongzi jika kau tak sanggup melakukannya sendi-"

"XiongZhang,"–Lan Wangji berhenti sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya–"biarkan aku memeluknya sebentar lagi ...."

Bagai dihujam ribuan anak panah, hati Lan XiChen kembali terasa terkoyak. Lelaki itu berakhir mengeratkan gendongannya pada tubuh Lan WeiLian.

Lan QiRen berbalik menatap Lan XiChen sebentar dan menggeleng pelan-memberikan isyarat supaya meninggalkan Lan WangJi untuk memberi waktu lelaki itu sebentar bersama raga istrinya.

Keduanya memutuskan berlalu pergi di ikuti oleh para tetua dan murid yang kembali dengan kesibukannya masing-masing.

Tersisa Lan WangJi dan Lan SiZhui di sana yang masih menangisi raga Wei WuXian yang terkulai lemas tak bernyawa.

"SiZhui, Ibumu berpesan agar aku menjagamu dan adikmu. Itu permintaan terakhir Wei Ying padaku."

Lan SiZhui mengusap kasar wajahnya walaupun percuma karena ia tak bisa menghentikan derasnya air mata yang mengalir terus menerus membasahi pipi. "Terima kasih HanGuang-Jun, karena sudah mau memberitahu saya ... terima kasih sudah menjaga dan merawat saya selama ini. Terima kasih Ayah ... terima kasih." Hanya kata 'terima kasih' yang terus keluar dari mulut Lan SiZhui, karena dia sendiri tidak tau lagi harus mengatakan apa.

Lan WangJi berusaha mengukir tersenyum walau kenyataannya sulit. "Wei Ying sangat menyayangimu sama seperti ia menyayangi Wei Lian."

Senior Wei, sekali lagi terima kasih ....

Kedua orang yang berlumur luka itu saling menghamburkan perasaan mereka satu sama lain untuk sebuah jiwa yang sudah meninggalkan raga rapuh miliknya.

Mungkin, ini memang kematian kedua seorang Wei WuXian. Tapi kali ini, ia tidak pergi dengan cara yang bodoh seperti yang terakhir kali. Setidaknya ia tahu bahwa ia tak sendiri di kematiannya kali ini.

Flashback End

•••

Semua orang yang pergi berburu malam telah kembali pagi ini. Lan SiZhui bergegas pamit pada sang ayah untuk menemui adiknya di Jingshi sedangkan Hanguang Jun masih mengurus beberapa hal, jadinya Lan SiZhui pergi seorang sendiri.

Daun pintu Jingshi masih menutup, tak menampakkan tanda-tanda bocah itu sudah bangun. Setelah diperiksanya, benar saja. Sang adiknya masih meringkuk pulas di atas dipan ayahnya. Bocah itu sepertinya mendapatkan mimpi yang begitu indah sampai tidak terjaga sama sekali sampai terlelap begitu nyenyak.

Lan SiZhui beralih mendekat hendak membenarkan tubuh Lan WeiLian yang miring, namun dirinya tanpa sengaja menemukan satu hal yang tidak biasa pada adiknya.

Seekor kelinci abu-abu yang kemarin dibawa sang ayah sekarang tengah ikut terlelap di belakang punggung sang adik yang tertidur miring. Ia sempat tak menyadari makhluk berbulu itu karena sebelumnya tertutup tubuh Lan WeiLian.

Setelah membenarkan posisi tidur sang adik, Lan SiZhui bergegas keluar untuk memasak sarapan.

"SiZhui," panggil seseorang dari arah belakang.

"JingYi? Kau ingin mengajak bermain A-Lian? Dia masih tidur ...," timpal Lan SiZhui yang melihat Lan JingYi berjalan mendekat.

Lan JingYi mengibas-ibaskan tangannya cepat, "Huh? Tidak, tidak. Aku kemari untuk memberitahumu sesuatu."

"Apa?"

Lan JingYi mendekat pada Lan SiZhui, membuat anak itu semakin penasaran. "Aku dengar para tetua dan murid yang berjaga di buat heran semalam. Mereka tidak mendengar suara apapun dari dalam Jingshi, tidak biasanya bukan adikmu bisa tahan semalaman tidur seorang diri?"

"Ya, lalu?"

"Ekhem!" Lan JingYi berdeham sebelum melanjutkan kalimatnya, sembari melihat kanan-kiri untuk memastikan tidak ada yang lewat atau tidak sengaja mendengar percakapan mereka berdua. "Karena murid yang jaga malam penasaran, jadinya ia mengecek Jingshi lewat pintu yang terbuka sedikit semalam. Tapi murid itu tidak bisa melihat apapun, akhirnya ia masuk ke dalam dan menemukan ... dua orang terlelap di kamar Hanguang Jun!"

Lan SiZhui mengernyitkan dahi bingung, "Dua orang? Apa maksudmu? Memang ada dua makhluk yang tidur di Jingshi, tapi yang satunya itu kelinci bukan orang. Kelinci yang HanGuang-Jun bawa kemarin hari masih ada di sana waktu aku mengeceknya tadi."

Lan JingYi menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Lan SiZhui, membuat pemuda itu sedikit terkejut. "Kan! Aku bilang juga apa! Dia memang salah lihat."

"Salah lihat bagaimana?"

"Jadi yang dia temukan di dalam Jingshi itu adikmu sedang terlelap dengan seseorang lainnya. Dia pikir itu salah seorang murid yang diperintah untuk menemani A-Lian atau mungkin kakeknya karena pakaian orang itu memang pakaian Gusu. Tapi aneh saja, soalnya Tetua Lan QiRen tidak keluar lagi setelah kembali ke kamarnya. Tentu saja murid penjaga lainnya tidak ada yang berani tidur di kamar HanGuang-Jun seperti itu bukan? Jadi kupikir dia salah lihat."

Sampai saat Lan JingYi selesai menjelaskan, Lan SiZhui masih tetap kesulitan mencerna perkataan sahabatnya itu. "Jadi maksudmu? Ada yang tidur bersama A-Lian semalam?"

"Ya, katanya begitu ... tapi aku juga tidak yakin. Malah aku tidak percaya. Bukankah mustahil ada yang bisa masuk Jingshi selain yang diijinkan oleh HanGuang-Jun sendiri? Atau jangan-jangan ... ada hantu atau mayat ganas yang menerobos masuk?"

"Tidak mungkin. Pertahanan Yun Shen tidak selemah itu. Tidak ada yang pernah menerobos Yun Shen lagi setelah tempat ini di bangun kembali pasca kebakaran dulu."

Lan Jingyi mulai berpikir. Otaknya sekarang penuh dengan banyak pertanyaan yang tidak bisa ia jelaskan. "Lalu apa kau percaya kalau itu mungkin sa-"

"Eh, A-Lian? sudah bangun?" Lan SiZhui menghampiri tubuh mungil berjalan itu setelah melihatnya keluar dari balik daun pintu Jingshi yang telah terbuka separuh.

"Gēgē sudah pulang?"

Deg!

Lan SiZhui membeku di tempat karena pertanyaan sang adik, begitu juga Lan JingYi. Pasalnya, semalam Lan SiZhui melihat sendiri bocah itu tertidur lelap saat ia meninggalkannya. Itu berarti, anak ini bangun semalam. Lalu kenapa ia bisa tidur lagi tanpa ditemani siapa pun? Padahal tadi Jingyi bilang tidak ada yang berani menemani A-Lian tidur di Jingshi, kecuali ....

"Diē di mana? Gēgē A-Lian lapar ... A-Lian ingin minum susu~"

"A-Lian lapar? Tapi sebelum itu boleh Jingyi- tanya sesuatu? Kalau A Lian menjawab dengan jujur, Jingyi- janji akan menggendong A-Lian di punggung keliling Yun Shen sepuluh kali, bagaimana?"

Bocah itu nampak berpikir sebelum akhirnya membuka mulut. "Lima belas?" tawar Lan WeiLian membuat Lan JingYi memaksakan senyum. "Baiklah, kalau begitu lima belas kali. Jadi semalam A-Lian tidur sendirian?"

Lan WeiLian menggeleng pelan. "Tidak. A-Lian tidur berdua."

"Dengan kelinci HanGuang-Jun?"

"Ya denga-Diē! Diē! A-Lian lapar!" Bocah itu tiba-tiba saja berlari saat melihat Lan WangJi yang baru saja kembali dari pertemuan pagi dan berjalan mendekat ke arah mereka bertiga.

Dengan sigap Lan WangJi menangkap putrinya itu dan menaruhnya di pundak. Membuat Lan WeiLian terkekeh geli.

"HanGuang-Jun ...," sapa keduanya-Lan SiZhui dan Lan JingYi berbarengan.

"Ada apa?"

Lan SiZhui dan Lan JingYi memberi hormat lalu akan berucap setelahnya tapi tidak jadi saat mendengar Lan WeiLian memekik keras sambil menunjuk ke arah pintu Jingshi yang masih terbuka. "Diē! Gēgē! Lihat!"

Ketiga orang itu menatap ke arah tunjukkan Lan WeiLian dan mereka hanya menemukan seekor kelinci tengah terdiam di ambang pintu.

"A-Lian, tidak boleh berteriak dan membuat orang kaget seperti itu ayah akan memarahi mu nanti."

"Itu hanya kelinci A-Lian ...," ujar Lan JingYi tampak sedikit kesal.

"Tidak! Itu bukan kelinci biasa!"

Lan Sizhui menatap adiknya bingung, "Maksudmu?"

Lan WeiLian menepuk-nepuk tangan sang ayah yang memegangi perutnya-antusias. "Ayah! Kelincinya berubah menjadi gēgē cantik dan memeluk A-Lian semalaman!"

"A-apa?!"

•••

Lan WeiLian menceritakan apa yang terjadi malam itu pada ayah dan kakaknya. Lan JingYi juga masih mendengarkan ocehan tidak masuk akal dari bocah itu, padahal Lan WeiLian sudah berkata jujur dan bersikeras kalau yang ia katakan itu benar terjadi. Tetapi HanGuang-Jun tidak merespon apapun. Akhirnya, semua orang kembali melakukan tugas mereka masing-masing sementara Lan WeiLian ditinggal di Jingshi setelah mendapatkan 15 putarannya.

"Menurut Anda bagaimana, HanGuang-Jun? Apa A-Lian mungkin berbohong? Tapi sepertinya tidak mungkin ...." Lan SiZhui sedang membantu sang ayah menyalin beberapa partitur musik di ruang perpustakaan. Sesekali ia melirik Lan WangJi karena tidak mendapat jawaban dari sang ayah.

"Dia tidak berbohong," singkat Lan Wangji membuat Lan SiZhui berhenti menulis di kertasnya.

"Jadi kelinci itu benar-benar bisa berubah menjadi manusia? Apa dia sejenis siluman, HanGuang-Jun?"

Sebenarnya Lan WangJi sudah tahu dari awal kalau kelinci itu bukanlah kelinci biasa. Ia sengaja membawanya ke Jingshi agar makhluk itu mau menampakkan wujud aslinya pada Lan WangJi. Tetapi tak di sangka, malah A Lian yang melihat wujud asli kelinci itu lebih dulu. "Ya. bisa dibilang begitu."

"Apa tidak berbahaya membiarkannya bermain dengan A-Lian?"

"Tidak. Dia tidak bisa menyakiti siapapun di dalam Yun Shen Buzhi Chu." Lan WangJi meletakkan kuasnya pada bak tinta di atas meja dan lantas mendongak memandang putranya, "Sizhui."

"Ya, HanGuang-Jun?" Lan Sizhui menatap sang ayah, menunggu lelaki itu melanjutkan kalimatnya.

"Selesaikan tugasmu, lalu ikut aku ke Yunmeng besok. Kau tidak lupa bukan besok hari apa?"

Lan Sizhui mematung, ia baru teringat tentang hari esok setelah HanGuang-Jun menyinggungnya barusan. Mendadak wajahnya tertunduk lesu. Sebuah bulir bening jatuh begitu saja membasahi kertas partitur yang belum selesai ditulis Lan Shizhui. "Apa ayah akan membawa A-Lian kali ini? Bukankah ia sudah cukup besar untuk tahu dimana peristirahatan terakhir ibunya?"

Lan WangJi mengulur tangan ke arah Lan SiZhui yang terduduk tepat di depan lelaki itu dan hanya terhalang jarak sebuah meja untuk beralih mengusap pelan pipi putranya, menghilangkan jejak air mata yang turun di sana.

Lan SiZhui yang kaget karena sentuhan sang ayah itu lantas cepat-cepat mengusap pipinya sendiri. "Maaf, HanGuang-Jun. Saya tidak sadar ... a-air matanya keluar sendiri Ayah, maaf."

"Kenapa kau meminta maaf?"

Yang ditanya lalu mendongak menatap Lan WangJi sembari tersenyum. "Maaf membuat kertas Anda basah."

Satu kalimat itu membuat senyum tipis terukir di bibir Lan WangJi, "Kerjakan yang benar, setelah ini susul adikmu. Kita akan pergi ke pasar malam selepas ini."

Lan Sizhui mengangguk mengerti lalu kembali mengalunkan lengannya di atas kertas.

•••

Sementara di Jingshi, Lan WeiLian sekarang tengah terduduk di atas dipan dengan buntalan berbulu abu-abu di hadapannya yang meringkuk terdiam menatap bocah perempuan itu tanpa arti. Sedari tadi ia hanya memandangi si kelinci, seperti menunggu sesuatu terjadi pada tubuh berbulu itu.

"Gēgē Cantik ayo berubah lagi! A-Lian bosan main sendiri setiap hari. Bukankah menyenangkan kalau Gēgē Cantik bisa menemani A-Lian bermain? Jangan jadi kelinci terus, hiks~"

Karena kesal sendiri Lan WeiLian malah berujung menangis. Bocah itu meringkuk di samping si kelinci sembari sesekali mengusap lembut bulu-bulunya yang halus.

"Kenapa tidak ada yang mau main dengan A-Lian? Kenapa? Apa Gēgē Cantik marah karena A-Lian memberitahu ayah dan gēgē kalau semalam Gēgē Cantik yang menemani A-Lian tidur? Maaf ... A-Lian hanya terlalu senang karena Gēgē Cantik menemani A Lian tidur ...."

Bocah itu masih terus mengoceh hingga capek sendiri, namun sesaat kemudian ia bangkit dan terduduk. "Tapi! Tapi A-Lian Janji! Kalau Gēgē Cantik mau bermain dengan A-Lian, A-Lian tidak akan memberi tahu ayah dan gēgē lain—"

"Janji?"

Tiba-tiba sebuah suara membalas kalimat Lan WeiLian. Bocah itu sekarang terdiam dengan mulut menganga dan manik yang berbinar.

Dengan cepat A Lian mengangguk keras, "Ya! Ya! Janji! A Lian janji!" ucap A Lian antusias.

Kemudian tubuh bocah itu sedikit tersentak kaget ke belakang saat melihat sesuatu hal yang menakjubkan terjadi. Mendadak kelinci abu-abu di depannya berubah menjadi seorang pria cantik dengan hanfu merah terang. Rambutnya terikat separuh. Wajah yang putih bersih itu menatap A-Lian dengan senyuman manis yang indah. "Kalau begitu panggil aku Wei Gēgē" pintanya pada Lan WeiLian.

"Wei Gēgē!" pekik Lan WeiLian. Tanpa rasa takut bocah itu langsung menghambur memeluk perubahan wujud si kelinci yang menjadi manusia.

"Anak pintar. Karena aku sudah mau bermain denganmu, jadi kau juga harus berjanji tidak akan mudah menangis dan merengek pada ayahmu lagi, mengerti?"

"Ya mengerti! Huwaa Gēgē! Hahahaha!" Bocah itu tertawa senang ketika si kelinci mulai mengangkatnya ke udara dan memutar-mutarkan tubuh mungilnya.

Mereka berdua bermain seharian di dalam Jingshi hingga petang. Dari mulai petak umpet, kejar-kejaran, bahkan si kelinci juga membiarkan Lan WeiLian duduk di punggungnya dan mereka mengitari setiap sisi kamar depan posisi Lan WeiLian seperti menunggang kuda hingga keduanya berakhir kelelahan.

"Wei Gēgē tidak lapar?" tanya Lan WeiLian yang berbaring di samping si kelinci setelah bermain seharian.

"Apa kau lapar? Apa perlu aku carikan makanan?"

Lan WeiLian membalas dengan menggeleng pelan. Bocah itu beralih menggeser tubuhnya lalu memeluk perut si kelinci. "A-Lian hanya takut Gēgē kelaparan ... eunghh ... karena ... karena bermain dengan A-Lian seharia—hoammm ...."

Perlahan manik Lan WeiLian terpejam, bocah itu tampak mengantuk dan akhirnya tertidur begitu saja.

Si kelinci dengan cepat membenarkan tubuh bocah perempuan itu dan lanjut terduduk di lantai sambil mengusap pipi Lan WeiLian perlahan.

"Maaf meninggalkanmu tanpa memberimu waktu untuk mengenalku A-Lian, ibu menyayangimu." Wei WuXian mengecup lembut kening Lan WeiLian, membiarkan bocah itu tertidur lalu ia kembali ke wujud kelinci dan meringkuk lemah di samping permata kecilnya.

Continue Reading

You'll Also Like

9.1K 1K 9
"Picture by Google" . Dunia telah berubah. Dunia bukan lagi tempat yang indah, nyaman dan aman. Dunia telah hancur. Manusia yang telah mati hidup kem...
25.9K 3K 18
Wangxian telah menikah dan menemukan cara untuk melahirkan keturunan mereka. A-Yuan kini menjadi kakak dari ketiga adik barunya. Moran, Xieyun, dan T...
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
4.2K 484 6
Cerita tentang seorang beta bernama Nunew yang bekerja sebagai Butler untuk sebuah keluarga terpandang angkatan udara. ia ditugaskan untuk melayani d...