[S1] The Beginning Of Our Des...

By SUN1396

63.8K 6K 1.3K

[OPEN PRE-ORDER TANGGAL 1-7 SETIAP BULANNYA ] Dia tidak mengerti mengapa kehidupannya berbeda. Ada luka yang... More

Prolog
1. Jeon Wonwoo
2. Kim Mingyu
3. Teman ?
4. Kau tidak akan mengerti
5. Tak terduga
6. Batas kesabaran
7. Sandaran
8. Kejujuran
10. Lee Jihoon Pt.1
11. Lee Jihoon Pt.2
12. Perpisahan yang sesungguhnya
13. Karena aku rumahmu
14. Keinginan yang sederhana
15. Pertemuan kembali
16. Sang pengecut
17. Tak lagi sama
18. Kebohongan
19. Ungkapan tak biasa
21. Bayi beruang kesayangan
22. Kebaikan berujung kehancuran
23. Maaf yang tak tersampaikan
24. Kesepakatan
25. Benarkah itu kau ?
26. Penuh harap
27. Undangan makan malam
28. Menusuk dari belakang
29. Membunuhku dengan perlahan
30. Sebuah pengakuan
31. Antara dua pilihan
32. Beban baru
33. Sampai kapan ?
34. Dibutakan oleh cinta
35. Selembar kertas
36. Aku kembali...
37. Hilangnya harga diri seseorang
38. Amarah yang menggebu
39. Kembali berkorban
42. Tak akan menyesal
43. Mulut dapat berbohong, sedangkan hati...
45. Dejavu
47. Pemilik mata rubah yang kami rindukan
48. Untukmu ibu
49. Ijinkan aku berada disampingmu
Epilog
📢 Pengumuman
📢 Info
🎉 It's PO Day

9. Keputusan

1.1K 140 19
By SUN1396

Happy Reading

.

.

.

"Ssaem..." panggil Mingyu kepada seseorang yang tengah menata beberapa buku diatas mejanya.

Sang wali kelas yang Mingyu panggil menoleh dengan tatapan bingungnya. Pasalnya anak didik yang masih menjadi murid barunya ini sangat jarang sekali mengunjunginya seperti sekarang ini, "Oh Mingyu-ya ada apa ? Duduklah."

Mingyu dengan cepat menurut dan mendudukkan tubuhnya dikursi yang berhadapan dengan sang guru langsung. Sesekali ia mencuri pandang kepada guru sekitar yang tengah memperhatikannya. Ia memang salah mengunjungi sang guru di waktu yang tidak tepat. Tapi ya mau bagaimana lagi ? Ia sudah terlalu penasaran dengan apa yang baru saja didapatkannya. Bagaimana ia bisa diam jika bersangkutan dengan Jeon Wonwoo ? Apalagi dengan Wonwoo yang tiba-tiba pergi tanpa mengatakan sepatah katapun mengenai hal ini.

Mingyu menghembuskan napasnya sebelum ia bertanya tentang yang tengah dipikirkannya. Ia tidak ingin salah berkata dan berharap jika gurunya ini mau menjelaskan perihal pengunduran diri Wonwoo yang bersekolah di sekolah ini, "Mengapa semua murid disini mengatakan jika Wonwoo sudah tidak bersekolah disini lagi, ssaem ? Apakah benar dengan yang dikatakan mereka bahwa Wonwoo tak lagi bersekolah disini ?"

"Memang benar Wonwoo sudah tak bersekolah lagi disini, Mingyu-ya. Ssaem bahkan sudah mencoba membujuknya untuk tidak mengundurkan diri dari sekolah, tetapi dia sangat keras kepala. Kau pasti sangat kecewa dengan keputusannya bukan ? Apalagi dia adalah teman sebangkumu."

Sesaat Mingyu terdiam, "Wonwoo adalah korban pembullyan. Bodohnya aku yang tidak bisa melindunginya dan malah diam seperti orang bodoh. Dia pasti sangat menderita selama ini hingga membuat keputusan seperti ini."

"Kau mengetahui hal ini ?" bisik sang guru tidak ingin rekan kerjanya yang lain mendengat pembahasan tentang Wonwoo bersama Mingyu. Tidak hanya murid disini saja yang tidak menyukai Wonwoo, tetapi sebagian guru disini sama saja dengan mereka. Tak jarang mereka juga selalu mengerjai Wonwoo dengan hal yang keluar dari pelajaran seperti menyuruhnya ini dan itu.

Mingyu mengangguk mantap dan mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeberkan bagaimana sikap murid disini kepada Wonwoo, "Mereka selalu membully Wonwoo dan bahkan terakhir kalinya mereka membuat Wonwoo terluka. Aku sungguh tidak mengerti dengan yang dilakukan oleh mereka, padahal aku yakin jika Wonwoo adalah korban disini dan bukan pelaku pembunuhan. Aku juga yakin jika Wonwoo selalu mendapat perlakuan kasar dari keluarganya, terbukti dari terakhir kali aku melihat wajahnya yang penuh dengan luka."

"Apa kau tahu siapa murid yang setiap hari membully Wonwoo ? Dan ya ssaem tahu ketika terakhir kali Wonwoo mengatakan jika dirinya tidak diterima oleh keluarganya juga sering kali mendapatkan perlakuan tak adil."

"Lee Jin Hyuk orang yang hampir setiap hari membully Wonwoo. Ssaem pasti tidak dapat melakukan apapun, terlebih dia adalah anak dari pemilik sekolah. Wonwoo sangat menderita bahkan dia mencoba mengakhiri hidupnya sendiri dan ya aku tidak sengaja menemukannya di Rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri."

"Bagaimana bisa ? Lalu sekarang bagaimana keadaannya ?"

"Dia seperti mayat hidup dan tidak memiliki tujuan hidup. Aku akan menjaganya dan membujuknya untuk kembali bersekolah, ssaem. Dan mengenai orang tuanya, bolehkah aku meminta alamat rumahnya ? Aku hanya ingin mengunjungi orang tuanya dan memberitahu keadaan Wonwoo kepada mereka."

"Syukurlah jika kau menemukannya, Mingyu-ya. Tapi maaf ssaem tidak bisa memberitahu alamat rumahnya padamu. Wonwoo tidak ingin ada yang tahu alamat rumahnya, apalagi sampai membuat rumahnya ramai oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab."


"Maaf aku tidak bermaksud mengingatkanmu padanya, Wonwoo-ya. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang berguna untukmu dan melindungimu agar kau tidak seperti kemarin. Kau sungguh membuatku takut setengah mati, apalagi kau pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun padaku." ujar Mingyu dengan masih mencoba untuk menenangkan Wonwoo. Meskipun Wonwoo sudah mulai tenang, namun tetap saja ia takut jika tiba-tiba Wonwoo kembali seperti sebelumnya.

"___dan kembalilah bersekolah bersamaku. Jika perlu kita mencari sekolah baru yang siap menerima kita berdua."

Wonwoo tersenyum kecut. Sekolah katanya ? Sekolah macam apa yang dengan sudi menerima dirinya menjadi muridnya ? Bahkan sekolah yang terakhir saja adalah satu-satunya sekolah yang menerima seorang kriminal seperti dirinya. Haruskah ia mendekam dipenjara dan tak lagi bersekolah seperti yang diinginkan temannya itu ? Percuma saja ia mengemis kepada pihak pengadilan untuk memasukkan dirinya kedalam jeruji besi, jika nyatanya ia tak bersalah dan tidak mencelakai sahabatnya.

"Kematian lebih baik daripada bersekolah." ujarnya tanpa sadar.

Mingyu tak tuli dan mendengarnya dengan sangat jelas apa yang dikatakan oleh Wonwoo. Sebenci itukah Wonwoo dengan yang namanya sekolah ? Dan mengapa juga Wonwoo harus membandingkan Sekolah dengan kematian ? Apakah memang benar jika Wonwoo sudah tidak ingin lagi hidup ? Padahal ia sudah mempersiapkan segalanya untuk membantu Wonwoo kembali bangkit dan tak lagi mengungkit masa lalu yang begitu kelam.

"__daripada bersekolah dan terus mendapatkan perlakuan tak adil setiap harinya, aku lebih baik mati. Jika kematian bisa membuatku bahagia kenapa tidak ? Aku membutuhkan kebahagiaan bukan kesakitan seperti ini." imbuhnya lagi.

"Bisakah kau tidak mengatakan hal itu lagi, Wonwoo-ya ? Ada aku. Aku temanmu dan akan selalu ada untukmu. Aku berjanji tidak akan membuatmu kembali merasakan kesakitan lagi. Jika kau merasakannya lagi, mari kita merasakannya bersama."

"Pembohong."

Didalam salah satu ruangan yang selalu membuat banyak orang khawatir dan takut, Wonwoo terbaring pasrah ketika beberapa orang mencoba memasangkan beberapa alat kepada tubuhnya. Wonwoo tak banyak berkata dan hanya menjawab ketika sang perawat menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya. Ini adalah keputusan yang murni dalam lubuk hatinya yang terdalam. Ia hanya ingin menjadi penolong untuk seseorang dan menebus kesalahan kepada seseorang yang telah lama meninggalkannya.

Flashback

"Aku bukanlah pembohong. Bisakah sekali saja kau percaya padaku ?" kesal Mingyu ketika Wonwoo menganggap dirinya tidak tulus dan seperti lelucon.

BRAKKK

Mingyu dan Wonwoo terkejut dengan suara pintu yang terbuka kasar. Dilihatnya Kim Seungcheol dengan wajah penuh ketakutan dan kekhawatiran, "Ada apa hyung ?" tanya Mingyu ketika sang kakak yang hanya diam dengan ekspresi wajah yang tak dapat diartikan.

"Mingyu-ya... Appa..."

Mingyu bangkit dari duduknya dan berjalan perlahan menuju tempat sang kakak berpijak, "Appa kenapa ? Jangan membuatku takut, hyung."

"Kondisi appa menurun dan harus segera mendapatkan donor ginjal. Bisakah kau ikut hyung menemuinya ?"

Mingyu hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Wonwoo dengan kebingungannya seorang diri. Dan tanpa Mingyu maupun Seungcheol sadari, Wonwoo mengikuti keduanya diam-diam. Langlah kedua kakinya terhenti ketika melihat seorang wanita cantik menangis dalam pelukan Mingyu. Wonwoo yakin jika wanita itu adalah ibu Mingyu. Melihat pemandangan seperti itu membuat hati Wonwoo sesak dan tidak dapat dibohongi jika dirinya ingin merasakan hal seperti itu.

Memeluk ibunya yang menangis dan menenangkannya seperti yang dilakukan Mingyu maupun Seungcheol. Tak hanya itu saja, ia juga ingin merasakan pelukan sang ibu ketika dirinya mendapat hal yang melukai dirinya. Tetapi semua itu tidak mungkin terjadi. Sampai matipun ia tidak akan merasakan hal seperti itu, meskipun hanya satu kali dalam hidupnya.

"Uissa bagaimana kondisi suami saya ?" tanya ibu Mingyu kepada seseorang yang baru saja keluar dari ruang rawat ayah Mingyu.

Wonwoo memperhatikan mereka tidak jauh dan dapat mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Maaf Nyonya kondisi Tuan Kim sangat menurun dan harus segera mendapat donor ginjal. Jika tidak, besar kemungkinan beliau tidak dapat bertahan."

Tanpa sadar Wonwoo berjalan lebih dekat dengan mereka, "Saya bersedia mendonorkan salah satu ginjal saya kepada beliau, Uissanim." ujar Wonwoo tanpa berpikir panjang membuat semua orang yang berada disana terkejut atas perkataannya.

Dokter yang menangani Tuan Kim menggeleng tak setuju. Apalagi melihat Wonwoo yang merupakan pasien di Rumah sakit ini. Lihatlah bahkan jarum infus masih menusuk punggung tangannya dan juga wajahnya yang masih pucat layaknya orang sakit. Bagaimana ia akan menyetujui hal ini jika orang yang mendonorkannya saja tidak sesuai dengan kriterianya meskipun ginjalnya sangat cocok.

"Tidak. Kau masih dalam penyembuhan dan bahkan kau masih pasien di Rumah sakit ini. Kami tidak ingin menanggung resiko jika terjadi sesuatu padamu." tolak sang Dokter.

"Aku juga tidak setuju kau melakukan itu pada ayahku. Aku tahu kau sudah sangat ingin menyerah dengan hidupmu, Wonwoo-ya. Tapi tidak dengan cara seperti ini. Aku yakin akan ada seseorang yang bersedia mendonorkan ginjalnya selain dirimu." tambah Mingyu dan ia tidak setuju jika Wonwoo senekad ini.

"Wonwoo-ya kembalilah ke kamarmu dan jangan melakukan hal bodoh yang dapat menyakiti dirimu." timpal Seungcheol dan mencoba untuk merangkul Wonwoo, namun sayangnya Wonwoo sudah lebih dulu menepis kedua tangan Seungcheol yang siap merangkul pundaknya.

Wonwoo menatap wajah cantik ibu Mingyu yang terlihat sembab terlalu lama menangis, "Nyonya kumohon ijinkan aku mendonorkan salah satu ginjalku untuk beliau. Kumohon hemm... Hanya ini cara satu-satunya untuk menebus kesalahan yang pernah aku perbuat."

Flashback End

Wonwoo merasa matanya mulai memberat ketika salah satu perawat menyuntikan salah satu obat yang diyakini sebagai obat bius. Perlahan kedua mata yang selalu menyiratkan kesakitan itu mulai tertutup dengan perlahan sampai tertutup sempurna. Wonwoo merasakan tubuhnya sangat lemas dan setelahnya ia tidak mendengar apapun. Yang ia rasakan hanyalah kegelapan untuk beberapa jam kedepan.

"Jihoon-ah mari kita bertemu."

#14082020

Tema selanjutnya
"Lee Jihoon"
(Seputar kisah Wonwoo bersama kedua sahabatnya sebelum dirinya dicap sebagai pembunuh)

Continue Reading

You'll Also Like

500K 37.2K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
8.2K 1.1K 10
Yang satu nggak peka, yang satunya lagi takut persahabatannya celaka. Kalau kayak gini terus, siapa yang mau memulai? ©piscess313
20.4K 2K 25
FF &TEAM ENHYPEN BXB Sebuah Universe dimana Vampire dan Werewolf sudah bukan lagi musuh melainkan kawan seperjuangan. Perjalanan Seorang Werewolf...
20.5K 3.2K 11
[ 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘫𝘪𝘯, 𝘴𝘦𝘶𝘯𝘨𝘮𝘪𝘯 ] hubungan itu penuh kebohongan. fairyfox-xo © 2020