KLANDESTIN | MINV

By friska134

83.3K 9.5K 2.4K

{segala hal, tokoh, karakter, alur hanyalah fiksi. Tidak boleh dikaitkan dengan kehidupan member asli.} Jimin... More

0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0.10
0.11
0.12
0.13
0.14
0.15
0.16
0.17
0.18
0.19
0.20
0.21
0.22
Cinderella - End of Story

0.23

2.2K 224 32
By friska134

.

.

.

Anjing pengintai itu siap berburu. Usai melapor pada si majikan pemberi uang, dia beraksi. Mingi ialah nama buron bejat yang melarikan diri. Mingi merupakan kaki tangan dari Jennie.

Mingi hanya nama samaran. Toh, aslinya buron berhati dingin itu bernama Min Yoongi.

Ingat hari dimana Hope Jung tewas mengenaskan di jeruji besi? Preman asal Jepang itu lihai, punya banyak koneksi hingga sulit dijerat. Dia meminjam set seragam polisi dan menyamar lalu menghabisi Hoseok dengan brutal.

Tentu saja alasan kuatnya karena mulut Hoseok terlalu usil. Tidak harusnya dia membocorkan info apapun pada Namjoon.

Yoongi benci orang berhianat.

Sejak awal dia memerhatikan di selah dinding. Menguntit mangsanya sejak dalam bus hingga ada di kedai ramyun. Menyiasati keributan Jimin dengan dua teman bodoh itu saat emas bagi psikopat ini.

Lekas dipakai masker hitam penutup wajah. Jarum suntikan berisi obat bius terselip di sakunya.

Berpakaian serba tertutup nyaris seperti buronan kriminal itu, Yoongi bergerak.

Taehyung diseretnya paksa keluar restoran di kondisi panik dan terkejut, kemudian disekap.

Awal mula kehilangan Taehyung untuk kedua kalinya.

.

.

.

Sketsa wajah lengkap buron asli Mingi telah terscanning. Datanya segera cair berkat sidik jari yang melekat di ujung tutup botol dirigen di markas penyelundupan yang Namjoon temukan.

Nampaknya, Mingi kurang cerdik. Pikirnya dengan membuang dirigen solar ke bak sampah membuatnya bebas dari hukuman.

Foto paspor buron Mingi terkirim ke ponsel Namjoon. Ada gunanya bakat dan ilmunya di kepolisian.

Dan ini memudahkan tim polisi untuk mengakses keberadaan buron itu sebelum terlambat.

Sketsa wajah sudah dibagikan ke beberapa orang kepercayaan. Beberapa rekan mengaku melihat mobil hitam si buron baru saja melintas di 3 tempat.

Pertama, kedai bensin Gangwon-do.

Kedua, lewat tol stasiun kereta daerah Okchun.

Dan sekarang, titik merah itu bergerak ke dermaga kapal angkut barang menuju Jeju.

Mereka membagi tugas.

Namjoon menghubungi tim polisi dan membuat janji temu secara akurat. Sementara Jimin bergerak sebagai umpan kali ini. Tidak cukup waktu untuk memutar balik ke rumah dan ambil mobil akhirnya Jimin memilih menyewa satu mobil dari teman kerjanya.

Jimin melajukan pedal gas di atas rerata untuk menghadapi bedebah itu secara langsung.

Jimin ingin bertemu Mingi dan mematahkan tengkoraknya.

Dia marah.

.

.

.

"Sialan, dari semua orang yang kuurus cuma kau yang paling susah mati. Aish, menyusahkan saja."

Yoongi menyulut rokoknya dengan pemantik api, melawan hawa dingin area dermaga di malam hari dengan merokok.

Pria sipit itu melirik mangsanya yang duduk di kursi pinggir mobil, di posisi terikat dan mulut terisolasi.

Sepi. Tidak ada nelayan melaut di jam segini. Angin barat sedang pasang, kemungkinan pelaut akan menjaring ikan serempak tiga jam lagi ketika air surut.

"Hei, jika kau hari itu tidak mengacau rencanaku palingan kau sudah berada di luar negri. Yeah tapi kau malah ambil resiko jadi terpaksa aku harus membunuhmu juga malam ini."

Melihat gerak-gerik mata si korban yang ingin berujar sesuatu, Yoongi pun mendekat dan merobek solatip itu.

SRAKGGHH

"Hhashh... kau belum tertangkap polisi?!" seru Taehyung dengan napas naik turun dan mata merah berair.

"Waa, kau menyumpahiku? Berani juga ya."

Mencekal ujung dagu lancip Taehyung dengan satu tangan, Yoongi meludah. "Pwihh.. hadiah perkenalan dariku." cibirnya tersenyum miring.

Berang diberlakukan dengan hina, "Kenapa? Kenapa harus aku? Apa yang kau inginkan dariku?! Kubilang tidak ada yang menarik dariku!"

Mendongak sombong dan mengesalkan, "Mau tau prinsip kerjaku? Aku akan bekerja sampai klienku bilang puas. Jadi, mengertilah anak haram. Usai kau mati, kau bisa bertemu ibumu lagi di Neraka. Untung dong. Everyone can be happy."

Menggelikan. Jalan pikiran pembunuh berantai itu berbeda. Ending bahagia yang ia harapkan adalah tangis dan genangan darah berlinang.

"Aku bukan anak haram," kata Taehyung lantang dan menggigit bibir gemetar, "Ibu melahirkanku dengan tujuan agar aku tidak mencontoh kesalahannya. Aku akan terus tumbuh dewasa dan membanggakan ibuku."

Yoongi tertawa keras dan terbahak, "Sok bijak. Bikin mau muntah sih."

Tidak lama sedan Audi warna merah melaju tepat di posisi dimana tempat Yoongi berada. Yang pertama sampai disana nyatanya jauh dari perkiraan.

Kim Seokjin.

Berkocar-kacir dan masih memakai seragam rumah sakit, dia menyusul.

Manik sipit Yoongi tersilau sinar kap mobil, dengan satu tangan masuk saku dia melambai kilas. "Oh, yo."

Seokjin mematung gerah dan terengah-engah. Mobilnya berasap dan dia nyeker.

Jujur ini terlalu gelap. Penglihatan Taehyung tidak terlalu bagus sejak kecil. Matanya sudah minus 4 di usia yang masih kecil. Faktor pemicunya adalah belajar dalam kondisi lampu padam dulu.

Yoongi menjauh dari mangsanya dan tersenyum senang melihat rekan kerjanya atau atasannya datang?

Jennie. Nama samaran dari Kim Seokjin.

Bos penculikan ilegal dan dalang di balik segala penculikan Taehyung hari itu.

"Kau bela-belain datang kesini untuk menyaksikan dia mati secara langsung? Wah, aku betulan suka padamu." puji Yoongi terkekeh.

"Ponsel kerjaku yang biasa hilang. Aku punya firasat tidak enak makanya langsung kesini menemuimu."

Taehyung yang sadar siapa pria baru datang itu mencoba menggeliat keluar dari mobil. Dia jatuh tengkurap menghantam batu.

Bibirnya berdarah namun dia tidak menggubris perihnya. Berteriak minta tolong, "Hyung! Seokjin hyung! Tolong aku! Bawa aku pergi dari sini dan telepon polisi! Dia pembunuh!"

Dengan mata tercelak tidak berkedip, Seokjin diam memerhatikan melihat tingkah laku Taehyung. Tidak ada niatan untuk mendekat dan bertindak sesuatu.

Yoongi menyeringai, lalu membungkuk ke dekat kuping Seokjin. "Menarik kan?  Lebih menarik dari nonton bioskop?"

"Hyung! Bantu aku! Seokjin hyung!"

Seokjin diam melihat tangisan Taehyung yang makin menderu, dia melirik si kecil merayap di tanah dengan kondisi terluka minta bantuan.

"Ini yang kau tunggu sejak lama kan? Pilih. Kau mau tusuk dia atau tenggelamkan dia ke laut huh?"

Membuang muka ke samping, seraya menebalkan hatinya dia berujar "Terserahmu. Lakukan saja dengan cepat."

Berkat perintah itu, Yoongi meliar dan berapi-api. Pertama dia berencana menghajar Taehyung dulu hingga terkapar lemas. Dan finalnya baru antara ditusuk atau dibuang ke laut.

Baru bersenang-senang membenturkan kepala Taehyung ke ujung plat mobil sampai nyaris pingsan, pengganggu datang.

Park Jimin.

"Lepaskan tanganmu dari Taehyung keparat!" teriaknya membelah jagat malam.

Digiring nafas menggebu-gebu, Jimin menendang kuat punggung Yoongi hingga kepalanya terpelantuk besi lampu taman.

"Cuma segini kekuatanmu? Lagakmu kaya bisa segalanya tapi baru ditendang sebentar kau langsung muntah darah?" cibir Jimin terkekeh kesetanan.

Yoongi menyeka ujung bibirnya dan berdesis, "Cebol sialan. Kau berani menghajarku?"

Jimin menginjak dada Yoongi berulang kali dan menyepak wajahnya dengan kasar dan liar. Dia menggila, bisa saja Jimin kalap membunuh malam ini.

Ketebak, pertarungan ini akan dimenangkan oleh Jimin dalam hitungan menit.

Sayang, Jimin lupa situasi.

Dia nekat datang sendirian.

Seokjin mengalihkan perhatian Jimin karena dia memukul belakang kepala pria itu dengan kayu dan alhasil pria itu jatuh tersungkur.

DUGH

Seokjin mundur beberapa langkah dengan tangan memegang balok panjang.

"Aku tidak bermaksud.. aku hanya menghentikan dia membunuh Yoongi.." sugesti Seokjin pada dirinya sendiri.

Yoongi bangkit, mengumpulkan sisa tenaganya untuk balik menghajar. Lelaki itu ditikam berulang kali dan Taehyung menangis tidak berdaya.

Jimin sekarat.

Bunyi sirine polisi berdengung ribut. Ada 3 mobil dinas polisi beruntun yang mengepung tempat itu.

Si tersangka utama pelaku membelalak panik, Yoongi kelimpungan. "Brengsek! Apa kau yang memancing orang-orang ini datang?! Kau bilang ponselmu hilang kan?!"

Seokjin sama terkejutnya, tidak menyangka. Dan serangan mendadak itu menyergap tubuhnya. Yoongi menghempas Seokjin ke depan kap mobil, "Kalau begitu berikan aku kunci mobilmu! Biar aku pergi dari sini dengan identitasmu!"

Yoongi mencekik leher Seokjin amat kuat dan erat hingga si korban terbatuk-batuk minta dilepaskan. "Tidak ada.."

"Apa?!" Iris Yoongi membola drastis dan lelaki psikopat itu dasarnya satu. Benci dihianati. Maka itu dia sengaja meninju perut Seokjin berkali-kali sebagai bentuk imbas.

"Asal kau tau aku tidak pernah bermain-main dengan nyawa," bisik Yoongi psikopat.

Para polisi keluar menyeruak, dan mengancungkan senjata mereka.

"Turunkan pistol kalian atau tidak kubunuh orang ini di depan mata kalian!" ancam Yoongi menggelegar.

Dan Seokjin lunglai serta merasa nyeri hingga titik puncak. Pembalasan di atas ekspetasinya. Dia sedang dibunuh, bersama dua anaknya di dalam perut.

Namjoon yang baru tiba berlari cepat melewatinya, membuka kaitan tali yang menjerat Taehyung.

Detik itu. Detik yang paling memilukan dalam hidup Kim Seokjin.

Ketika ayah dari anak-anaknya memilih menggapai dan menyelamatkan pria itu ketimbang dirinya.

Jelas kan sekarang siapa pemilik hati Namjoon?

Menatap Yoongi lekat-lekat dengan pandang sayu, "Bunuh saja aku sekarang dan akan kuberikan identitasku."

Seokjin tertawa miris, menangis dalam diam.

Taehyung yang terlepas dari jerat tidak memedulikan ucapan Namjoon dan memilih mendekat ke si pelaku kejahatan. Dia memisahkan tautan itu paksa dan menyingkirkan keganasan Yoongi pada Seokjin.

"Lepaskan hyungku! Jangan lukai dia! Monster mengerikan!"

Seokjin terbawa ke poros itu. Mengingat lagi 16 tahun lalu ketika ayahnya dengan garang memukuli ibunya. Dengan bangga, ayahnya datang bersama wanita lain di kondisi hamil Taehyung.

Seokjin membenci ibunya menangis kecewa setiap malam karena dihianati, benci kasih sayang ayahnya direbut dan memilih pergi bersama wanita perusak itu.

Dan sama, kejadian pahit itu terulang.

Di waktu Seokjin menaruh hatinya secara penuh pada Kim Namjoon, nyatanya laki-laki itu mencintai Kim Taehyung.

Anak dari selingkuhan ayahnya yang ia benci.

Adik tirinya.

Namun kenapa hari ini nyawanya diselamatkan oleh orang yang sangat dibenci bahkan ingin dibunuhnya?

Yoongi masih tidak menyerah ketika dia telah diamankan polisi, dia merampas pistol dari tangan polisi dan meletuskannya ke arah dua beradik beda ibu itu.

Seokjin dan Taehyung.

"Jangan tembak!" jerit Namjoon frustasi.

Semua terlanjur berlalu begitu cepat.

Satu orang tetap tumbang dan tergolek ke tanah disertai darah yang mengalir deras.

Taehyung membuka matanya lambat-lambat, menyadari tubuhnya ditarik ke samping dan berada dalam pelukan hangat seseorang.

Jimin berlari tidak memedulikan luka dan nyawanya ke perkara, memeluk Taehyung dan bertaruh hidup matinya.

Peluru itu mengenai lengan kiri Jimin, meleset dan akhirnya tertanam hingga tembus di tubuh lain.

Hati Namjoon terlampau remuk, diperas saking perihnya dan begitu terpukul melihat kekasihnya lah yang terkena tembakan pilu itu.

"Seokjin-ah!" pekik Namjoon luar biasa kalut, menghampiri kekasihnya untuk duduk di pangkuan hangatnya.

Darah di perutnya semakin bertambah. Tangan Namjoon dipenuhi darah basah.

"Kau baik-baik saja pasti. Yeah.." kata Namjoon dengan mata bergenang tangis. Dia menggendong Seokjin ala bridal style dan hendak membawanya segera ke RS tanpa pikir panjang.

Dia meraung tanpa henti layaknya orang bodoh, kehilangan dan begitu sakit. "Panggilkan 112!"

Seokjin mencengkram kaus yang dipakai Namjoon, berkata serak ".. kau bilang padaku bahwa kau akan mencintaiku jika aku mengandung anakmu.. sekarang aku kehilangan mereka.. jadi lepaskan aku.."

Tangis keduanya menyeruak dan saling beradu. Namjoon menggeleng, tidak ingin kekasihnya berujar makin banyak.

Andai tadi Namjoon melawan ego dan lebih menerima keadaan, dia terlalu takut mengakui cinta pada Seokjin. Andai dia berada di sisi Seokjin sejak awal, mendengar keluh kesah kekasihnya mungkin tidak begini jadinya.

Seperti kata pepatah kuno.

Penyesalan selalu datang terlambat.

.


.

Keraguan. Yang membuat perasaan sulit dimengerti layaknya rubik. Entah bimbang menyatakan, takut ditolak, atau ragu menjalani hubungan.

Layaknya Park Jimin. Lelaki plinplan yang menentukan arah hatinya. Membuatnya melajang nyaris di usia kepala 4. Bukannya dia terlalu selektif dan punya riwayat aseksual.

Jimin masih punya keinginan bercinta, dia juga ingin merajut kisah cinta di hari tua nanti. Butuh pendamping di masa sakit, toh tidak ada seorang pun di dunia ini yang mampu hidup sendiri.

Akui. Kita makhluk sosial.

Berkat kejadian ini, Jimin dapat mendefinisikan apa cinta.

Cinta adalah hal yang berkait dengan pengorbanan. Sesuatu yang rela membuat orang merelakan nyawa, dan merasa bahagia jika bersamanya.

Yang terpenting mampu menerima keadaan buruk dari pasangan apa adanya.

Jika kalian bisa melewati hal ini, kalian sukses dalam cinta.

Cukup itu alasannya.

Hatinya sudah memilih.

.



.




.

TBC

hayolohhhh komen 10 biji mana

Continue Reading

You'll Also Like

112K 10K 25
Jungkook itu gak suka Taehyung karena ngaduan, dan sebaliknya Taehyung juga gak suka abangnya yang mesum itu. Ini hanya cerita tentang kakak beradik...
22K 2.9K 4
"Ngomong-ngomong bukumu terbalik."
1.2M 91.5K 94
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
218K 13.1K 46
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...