Couple Or Trouble - OH SEHUN...

Von epiepi21

32.4K 3.8K 566

[Completed] ✅ .... "Well, ini hukuman ketigamu, karena mengabaikanku, tidak bicara padaku. Dan aku mencintaim... Mehr

Cast Introduction - Prolog
1 - Drunk Girl
2 - Interrogation
3- Skenario
4- Past
5- Dinner
6- Stealer
7- Ring
8- Message
9- Bad Dream
10- Save Me
11- Hello, My Ex!
12- Have Fun
13- Enemy
14- New Years
15- Hugging
16- Jealous?
17- I Kinda Like You?
18 - Couple or Trouble?
19- Baby Sitter
20 - Worried
21 - Puzzle
22- Secret
23- A Lie
24- Don't Want to Acknowledge
25- Mine
26 - On My Regret
27 - Document
28 - Missed Call
29 - Incoming Call
30 - Rainy Day
31 - Sweet Morning
32 - Trauma
33 - First Love
34 - Forgive Me.
35 - Somebody Else
36 - Blushed
37 - Tidings of Die
38 - Fake
39 - Autumn
40 - Cinderella
41 - Punishment
42 - Can't Give Up On You
44 - Dating
45 - Shadow
46 - Who Are You?
47 - Was Happy
48 - Something About You
49 - Little Bit Better?
50 - Love Story
51 - Spring Day
52 - Been Through
53 - On Me
54 - Oh Sera
55 - 이젠 안녕 (Ending)
56 - Epilog

43 - Letter

300 44 6
Von epiepi21


Enjoy Be Reading

Jangan Lupa Tinggalkan Jejak

Banyak-Banyak💘

Jangan Sider. Help ❣️

------------------------

🐣🐣🐣🐣🐣

Sebelum menemui Sejong di balkon, Hana mengintip dibalik pintu kamar yang sedikit terbuka, dia melihat Ahra tengah terbaring diatas ranjang dengan Sehun yang memandangi gadisnya.

Kemudian sebelum pergi meninggalkan Sejong, Hana juga sempat mencuri obrolan kedua orang itu. Lalu sekarang, Sehun risih ketika Hana terus menatapinya.

"Kau mencintai Ahra?" Yang Sehun tanggapi dengan dengusan kecil. Bayangkan saja, Hana tiba-tiba bertanya, hal yang bahkan tidak patut disebut sebagai sebuah pertanyaan.

"Apa urusannya denganmu? Memangnya kau siapa, berani mengurusi hubunganku dengan Ahra!" Balas Sehun, membuat Sejong yang sedari tadi diam menghela napas berat.

Tertawa pelan, akhirnya Sejong mencoba menengahi kedua orang ini agar tidak berkelahi. "Kalian ini bisa saja berteman, bahkan berkencan–"

"Kau saja yang berkencan dengannya!" Tukas keduanya, sama cepat, dan sama sinis.

Membuat Hana melempar Sejong dengan bantal sofa, yang ada di sampingnya.

"Berpacaran dengan idol itu menyusahkan, lagi pula aku masih waras untuk tidak berkencan dengannya!"  Benar sekali, memang menyusahkan.

Tapi idol juga manusia. Akan ada waktu dimana hidupnya adalah untuk dirinya sendiri, bukan untuk penggemarnya lagi.

"Ya sudah sana pulang! Kenapa masih di sini?" Hana tatap tajam Sehun yang seenaknya bicara.

"Siapa kau menyuruhku pergi?" Hana masih bisa melakukan pembelaan, catat dia gadis keras kepala.

"Aku kekasihnya, dan aku–"

"Aku sahabatnya, dan aku lebih dulu mengenal Ahra dibanding kamu." Sehun berdecih malas, oke sepertinya Sejong merasakan apa yang Ahra rasakan ketika melihat 2 manusia ini bertengkar.

"Aku yang lebih dulu mengenalnya." Yang Hana hujami Sehun dengan tatapan sinis.

"Aku–" dengan segera Sejong putus debat tidak penting itu, sembari menggebrak meja di depannya mematahkan perkataan Hana yang belum terselesaikan.

"Hentikan Nona Jung, kau kalah Sehun mengenal Ahra lebih dulu." sehun menjulurkan lidahnya pada Hana lebih tepatnya meledek gadis itu, ketika dia mendapat pembelaan dari Sejong.

"Dan Sehun, tutup mulutmu!" Hana tertawa sinis balik meledek Sehun, ketika Sejong juga sama-sama memarahinya.

Sedangkan Ahra mengintip di lantai atas, tersenyum kecil melihat Sehun dan Hana memang selalu seperti itu. Dia tidak benar-benar tidur, hanya– ya dia ingin sendiri dulu.

Rasanya selalu ajaib, ketika Sehun tiba-tiba datang di waktu Ahra kumat. Lelaki itu selalu berhasil membawa Ahra ke titik tenang. Ahra bersyukur sekali pada Tuhan, karena sudah membiarkan pria sehebat Sehun ada dihidupnya.

Kaki jenjangnya hendak melangkah turun menghampiri kawanan yang entah sejak kapan berkumpul di sana, tapi Ahra urungkan ketika melihat batang hidung Wonwoo muncul di balik pintu. Ahra putuskan untuk kembali ke kamarnya, yang benar saja kenapa Wonwoo masih ada disana?

Sebenarnya, Hana, Sehun dan Sejong menahan Wonwoo agar tidak pergi. Mereka berniat mendesak Wonwoo, agar mau membocorkan rencana Nara pada mereka.

Kenapa mudah sekali untuk mereka?

Sebab Nara, tidak benar-benar mendapat dukungan penuh dari Wonwoo. Bahkan sekarang keadaan berbalik, Nara menjadi buron polisi. Tapi seseorang yang entah siapa, dia menyembunyikan dan melindungi Nara di suatu tempat. Karena Nara sudah ada di posisi lemah, maka dari itu, dia langsung mengincar yang selama ini dia idam-idamkan. Adiknya, Choi Ahra.

"Katamu yang Nara inginkan adalah Ahra kan? Jika benar yang diinginkan Nara adalah Ahra, maka bawa aku sebagai gantinya." Ketiga lelaki itu terhenyak, membuat Ahra yang berada di lantai paling atas mencekal kuat gagang pintu. Dia masih bisa mendengarnya.

"Bagaimanapun, Ahra pasti akan langsung mati dalam sekali gertak. Dan aku tidak mau itu terjadi, aku bisa lebih tenang dibanding Ahra. Asal kalian cari bukti, aku akan beritahu Nara, kalau selama ini dia salah." Kata Hana, membuat langkah kaki Ahra dengan pasti menuruni anak tangga.

"Dan aku tidak mau–"

"Aku tidak setuju." Putus Ahra membuat beberapa kepala memutar menatapnya.

"Kalau kau melakukan itu, sama saja kau bunuh diri Hana. Setelah ibu, jangan lagi ada yang mati karena aku. Jangan!" Dengan sudut bibir yang bergetar, Ahra mencoba untuk menghentikan niatan Hana yang terdengar konyol.

Ahra hanya tidak mau ada yang terluka lagi karenanya.

"Percaya diri saja tidak cukup, Nara lebih gila daripada kelihatannya. Jangan lakukan itu Han, aku tidak setuju." Semuanya diam tidak tau harus apa dan bagaimana.

Lalu Hana kembangkan senyumnya, menatap hangat sahabatnya. Tatapannya benar-benar hangat, seolah menyakinkan Ahra kalau dia tidak keberatan apapun yang akan terjadi nanti.

"Aku pernah mendengarnya dari seseorang. Orang itu bilang, dia tidak bisa menyerah padamu. Dan aku juga begitu, aku tidak bisa melihat kamu terus-terusan begini Ra. Aku ingin semua kekacauan ini cepat berakhir. Aku ingin kamu baik-baik saja, seperti aku yang baik-baik saja setelah kamu tolong dulu."

🐣🐣🐣🐣🐣

Sejak saat itu, Ahra kembali ke rumahnya. Sehun sibuk syuting, dan pemotretan. Jadwalnya benar-benar padat, dan yang Ahra takutkan Sehun itu jatuh sakit. Dia hanya beristirahat sebentar, dan selalu berkata ingin bertemu dengannya. Padahal dia saja kelelahan, jadi Ahra tidak mengizinkan Sehun untuk mengunjunginya.

Bukan karena marah, tapi karena Ahra tau, Sehun butuh istirahat yang cukup. Selama ini, mereka hanya bertukar kabar lewat ponsel. Dan Sehun benar-benar berubah menjadi sosok yang cerewet sekali.

Selain itu, Ahra juga harus menghindari rumor-rumor yang beredar kalau Sehun sedang berkencan. Ahra tidak mau Sehun terbebani akan itu, gadis ini cukup mengerti dengan posisi Sehun yang merupakan seorang public figure.

Bukan salah, tapi Ahra tidak mau membuat reputasi Sehun buruk setelah media kabarkan Sehun berkencan. Bagaimana kalau mereka tau, kalau gadis itu ternyata penyandang gangguan mental?

Hell! bayangkan, apa kata dunia?

Semua info itu Ahra dapatkan dari Taera, yang semakin gila pada grup asuhan SM, yang sekarang sedang sibuk-sibuknya promosi. Ya, Ahra masih beruntung mendapat orang-orang yang menyayangi dan menjaganya.

Skarang, Ahra harus bergegas ke ruang kerja ayahnya. Katanya salah satu dokumen pentingnya tertinggal, dan Ahra sebal karena harus beranjak dari kasur empuknya. Padahal hari ini Ahra sedang merancang sebuah gaun yang cantik, yang mungkin bisa Ahra pakai untuk pernikahannya nanti. Mungkin!

Kalau dipikir-pikir Ahra tidak tau dimana letak dokumennya, katanya ada di map berwarna biru tua di rak paling atas dekat brankas ayahnya. Ahra mencari kesana kemari, dan akhirnya ketemu.

Iris coklatnya tertarik pada sebuah map putih, yang terlihat sudah usang sekali. Karena penasaran dia ambil saja map usang itu, tercapai sih tapi isinya jatuh berantakan.

Tadinya Ahra akan bereskan map itu, dan menaruhnya kembali. Tapi setelah menemukan sebuah poto di atas lantai, isi dari berkas yang sudah dia buat berantakan Ahra tidak jadi mengembalikan ke tempatnya tadi.

Ahra lihat ada 3 orang dalam potret gambar usang ini, 2 orang dewasa dan 1 bayi. Melihat belakang fotonya, Ahra menemukan nama Kim Da Eun di sana. Ini harusnya berkas penting bukan? 

Jadi, Ahra bereskan itu bersamaan dengan berkas penting ayahnya yang tertinggal. Bergegas membuka pintu depan karena bel rumahnya terus saja berbunyi, dan ternyata itu orang ayahnya.

"Ahjussi, ini berkas yang ayahku minta." Ahra sedikit tersengat, melihat wajah orang itu ternyata bukan ahjussi-ahjussi, seperti Ahjussi Hwang.

Dia terlihat seumuran dengan Sehun. Seolah tersihir dengan senyum ajaib miliknya, Ahra hanya diam mematung di ambang pintu. Bahkan setelah lelaki tadi pergi dari sana, mengambil berkas yang tadi Ahra beri.

Hehey! Dia jadi rindu si Sehun yang menyebalkan itu. Sudah berapa hari yah Ahra tidak bertemu?

"Nona Choi, apa itu yang kau sembunyikan?!" Mati Ahra, dia ketahuan harusnya dia bergegas dan menaruh dokumen ini terlebih dahulu.

"Hyung! Kau membuatku kaget!" Untungnya dia Yang Sejong, Ahra lekas menarik lengan Sejong menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Tentu saja melihat Ahra dengan gelagat seperti pencuri itu, membuat Sejong penasaran. Pasti ada hal penting yang dia temukan.

"Hyung, aku menemukan Kim Da Eun." Ujar Ahra setelah sampai lalu menutup pintu kamarnya, dan Sejong tidak tau siapa itu Kim Da Eun.

"Kim Da Eun? Siapa dia?" Tanya Sejong, merebut berkas itu.

"Aku kira yang selama ini kalian cari ada di sini." Ujar Ahra tanpa tau apa sebenarnya isi dokumen ini, tanpa disuruh Sejong lekas membuka dokumennya.

"Hyung, ini paman dan bibiku, dan anak kecil ini sepertinya Kim Da Eun. Kau lihat di belakangnya ada nama Kim Da Eun." Sejong mengambil itu, membiarkan kertas-kertas menguning yang tertata rapi di dalamnya.

Iris kecoklatannya fokus pada selembar poto yang dimaksud Ahra, sepertinya Kim Da Eun adalah bayi perempuan yang ada di dalam foto ini.

"Ini bukannya Nara? Kakakmu? Dia kan anak bibi dan pamanmu." Ahra menelisik, mengingat rupa bayi ini dengan Choi Nara.

"Lalu Kim Da Eun siapa? Nama bibiku Heena buka Da Eun." Ujar Ahra.

"Mereka, orang yang sama." Sejong meneguk ludahnya kasar.

"Siapa? Bibiku dan Da Eun itu?" Dengan cepat Sejong menggeleng.

"Bukan! Nara dan Da Eun mereka orang sama. Da Eun, itu nama Nara yang asli. Tapi kenapa marganya Kim bukan Choi?" Keduanya membuka mulut lebar-lebar, matanya yang sipit kini terbuka dengan sempurna.

Mungkin–

"Nara bukan anak pamanmu!" Pikiran mereka satu suara.

Keduanya, langsung menelisik satu persatu kertas-kertas menguning dari dalam sana. Semuanya berisi surat ketakutan Choi Yeon Sik, pamannya. Astaga pantas saja ibu selalu berkata, adikku yang malang meski yang ibunya khawatirkan bukan adik kandungnya.

Dengan hati berdebar, Ahra memberanikan diri mebuka perlahan surat dengan isi terpanjang. Rasanya aneh bukan, jika Yeon Sik menulis surat pada Siwon untuk meminta pertolongan? Sedangkan Nara kira, yang membunuh ayahnya itu Siwon?

____

Siwon tolong aku!

Tolong istriku dan Da Eun, seseorang menginginkan aku mati. Aku tidak tahan, polisi bahkan mengira aku sudah gila dan mereka semua tidak percaya padaku.

Orang itu, seolah sudah mengenal aku dengan baik. Jadi, tolong anak dan Istriku.

Aku tau, bukan kamu yang menginginkan aku mati, aku tau kamu selalu menjagaku, aku tau kamu bahkan tidak menginginkan sepeserpun kekayaan ayah. Siwon tolong aku, sepertinya aku akan mati secepatnya.

Mungkin, ini surat terakhir yang aku tulis untukmu. Tolong bantu aku, untuk terakhir kalinya. Aku sudah menitipkan anakku, Da Eun di Panti Asuhan. Meski dia bukan anakku, tapi dia tetap darah dagingnya Heena.

Jaga dia untukku, anggap dia seperti anakkmu. Biarkan dia memanggilmu dengan nama ayah dan bibinya dengan nama ibu. Hanya itu, dan cuma itu keinginanku, aku mohon bantu aku sekali ini saja.

Besok aku akan ke rumahmu untuk memancing orang itu, aku akan datang dengan istriku. Mungkin surat pemindahan kekuasaan perusahaan dan aset-aset yang ayah berikan atas namaku, akan sampai padamu besok, aku sudah mengirim lewat kantor pos. Aku memberikan apa yang ayah beri untukku padamu, anggap saja sebagai imbalan karena kau mau menjaga anakku.

Kau mau menolongku kan?

Aku tau sejak pernikahanmu kau menginginkan anak. Dan 5 tahun sudah cukup untukmu dan Sowon menunggu, aku titip anakku dan rawat dia seperti anakmu sendiri. Dia ada di Panti Asuhan Bunda Kasih, kau harus menjemputnya besok pagi.

Sebab aku tidak tau, besok yang akan datang duluan padamu, adalah aku atau kematianku.
________

Ahra tau betul bagaimana rasanya, astaga pamannya benar-benar malang seperti dirinya. Selalu dihantui ketakutan, seseorang akan datang lalu membunuhnya. Seseorang yang menginginkan kematiannya lebih dari apapun, Ahra tau betul rasanya seperti apa.

Pamannya memilih untuk menghadapi kegetirannya, dan berakhir mati. Sebab, saat Siwon pergi yang sampai di telinganya saat itu, benar-benar kabar kematian adiknya. Sowon selalu menyalahkan dirinya, merasa bersalah karena kalau Siwon sedikit saja bergerak cepat, Sowon yakin tidak akan ada nyawa tidak berdosa yang hilang begitu saja.

"Astaga ternyata dia anak kecil yang dulu aku jaga di panti asuhan, karena semalaman dia selalu menangus dan ibu panti sedang sakit saat itu. Aku bisa menjadi seperti sekarang, sebagai imbalan dari ayahmu karena sudah menjaga anak itu dulu." 

Astaga kepala Ahra mendadak pusing, kalau begini dia tidak bisa menemukan siapa dalang di balik semua kekacauan ini. Terlalu semu dan tabu untuk dia yang tidak mengetahui apapun tentang dunia, selain ketakutannya sendiri. Dan Nara, apa dia benar-benar bukan anak kandung pamannya?

Yang Ahra bisa tangkap hanya sebatas, ayahnya orang yang cukup dermawan. Karena menyekolahkan anak yatim piatu, sampai menjadi seorang dokter hanya karena menjaga anak bayi bernama Da Eun itu.

"Di sini di surat yang lain, pamanmu menulis kalau dia tau siapa ayah dari Da Eun. Namanya Kim Jae." Ahra juga tidak tau siapa lelaki itu.

"Yang lebih gila, ternyata dia mantan sekretaris pamanmu. Harusnya ini mudah!" Seru Sejong kemudian pergi ke meja belajar Ahra mengotak-ngatik komputernya di sana.

Ahra tidak tau apa yang Sejong cari, tapi dia lihat Sejong mengeprint beberapa lembar kertas, yang memuat tulisan-tulisan seperti profil seseorang.

"Ahra, aku menemukannya!" Ahra hanya melongo, dia bahkan tidak tau apa yang Sejong temukan dan bicarakan Ahra sama sekali tidak mengerti.

"Kim Jae, wah dia hebat! Dia penipu, dan berlindung di balik nama baru. Dia mengganti identitasnya, dan pergi ke luar negri setelah kecelakaan itu." Mengganti identitas, apalagi itu?

"Nama baru? Siapa?" Tanya Ahra mencondongkan badannya, membaca nama yang Sejong tunjuk, lengkap dengan potonya yang masih muda saat itu.

Ahra tidak tau darimana Sejong mendapatkan hal-hal seperti ini, tapi kemampuannya sangat hebat, cepat juga akurat. Ahra kebingungan, ini terlalu dramatis. Ini terlalu mustahil, dan apa ayahnya benar-benar tidak tau soal ini? Karena yang berubah dari Kim Jae hanya namanya saja, dan bekas luka dibawah dagunya hilang.

"Jadi sekarang, apa kau akan mengizinkan Hana untuk menghadapi Nara?" Tentu saja, Ahra ragu.

"Aku tidak mau, kalau sampai Hana terluka." Iya Sejong juga paham, ketakutan seorang Ahra selama ini.

Sangat paham.

"Mungkin Hana melakukan ini bukan hanya untukmu, dia bilang ini untuk kebaikan semuanya. Aku tau lukamu masih belum kering. Jadi, biarkan lukamu sembuh, berikan kesempatan untuk dirimu sendiri. Anggap saja, ini sebuah kesempatan terbaik yang kau punya." Ahra termangu, tersentuh dengan cara Hana yang diam-diam memikirkan segala cara untuk membantunya.

"Percaya padaku, tidak akan ada yang terluka. Aku ada di belakangmu untuk menjagamu, jadi semuanya akan baik-baik saja." Sejong tertawa pelan tanpa sadar langlah kakinya mendekati gadis itu, memeluk tubuh kurus Ahra.

Tepat saat Ahra membalas pelukan Sejong, pintu kamarnya terbuka.  Seseorang yang berdiri di balik pintu mendengkus tidak percaya, dengan segera Sejong lepaskan pelukannya. Sudahlah, biarkan saja si Sehun itu salah paham. Sudah kepalang, dan Sejong malas kalau harus mendramatisir keadaan,

"Bagus, akhirnya aku tau alasan kau tidak memberiku izin untuk menemuimu. Kau bisa teruskan bersenang-senang dengannya." Kata Sehun, membanting pintu kamar bercat putih ini.

Lain halnya dengan gadis yang baru saja Sejong peluk, Ahra menatap Sejong sinis meminta pertanggung jawaban darinya.

"Aku lupa memberitahumu Ra, Sehun tadi bilang akan pulang." Inginnya Ahra cakari wajah Sejong sekarang juga.

"Astaga Hyung---" Ahra mendelik sinis, tidak jadi mengutuk Sejong, memilih mengejar Sehun dengan wajah cemberutnya itu.

Astaga, Sehun kalau sudah marah itu seperti anak kecil. Merepotkan

"Sehun tunggu aku!" Seru Ahra menuruni anak tangga dengan tergesa, karena terburu-buru akhirnya Ahra jatuh.

Begitu mendengar debuman cukup keras di belakang sana, Sehun menghentikan langkah panjangnya. Melihat sumber suara, dan ternyata Ahra sedang memegangi kakinya yang mungkin patah atau mungkin keseleo karena terjatuh.

"Sehun! Dengarkan aku!" Seru Ahra alih-alih minta tolong, dia malah meminta Sehun mendengarkan penjelasanya.

Kan sudah dibilang, pasti kaki yang sedikit terlipat ke belakang itu akan sakit sekali kalau coba diluruskan. Ahra malah so-soan berdiri, untung saja Sehun sudah bersiap diri. Menangkap tubuh Ahra, yang hampir jatuh saat mencoba berdiri.

"Kamu tidak pernah mendengarkanku yah? Aku sudah sering peringati, hati-hati jangan sampai melukai kakimu lagi." Omel Sehun membopong tubuh Ahra, membawanya menuju sofa di ruang tengah.

"Sehun." Panggil Ahra, tapi Sehun masih saja mencebik seperti anak kecil.

"Oh Sehun, Jangan marah, maafkan aku." Kata Ahra, tidak membuat Sehun merubah raut wajah sebalnya.

"Sejong hyung, ada pasien darurat di sini! Cepat turun! Kau dokter atau bukan!" Seru Sehun, malah membuat Ahra terkikik geli.

"Apa yang lucu?" Kata Sehun sengau, dan Ahra malah mengencangkan tawanya.

"Kamu. Lucu." Ahra meloloskan tawanya lebih kencang, melihat wajah Sehun yang terlihat merah padam, eh? Dia malu?

"Astaga, Lucu sekali Sehunku ini." Ahra sengaja, meski Sehun mendelik sinis Ahra bisa melihat sudut bibir Sehun sedikit terangkat naik.

"Jangan marah yah, tadi kamu salah paham." Tapi Sehun bersikap seolah tidak peduli, lantas menurunkan tubuh Ahra ke atas sofa.

"Aku akan mendiamimu selama 1 bulan." Okey, apapun masalahnya Sehun pasti akan mengingat kembali masalah yang sudah terjadi.

Waktu dimana Ahra mendiaminya.

Menyebalkan.

-------------------------------------



..........

Sehun Dendaman Euy  🤣

Okey See Ya Di Next Chapt❣️

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

142K 8.3K 34
Sequel The Secret Marriage
82.8K 8K 35
Seorang wanita cantik bernama Son Seungwan terpaksa menikah dengan seorang Ceo bernama Min Yoongi karena di hari pernikahan saudara kandungnya bernam...
27.3K 2.2K 35
prekuel Memikat hati mantan istri Menceritakan kenapa Kyungsoo dan Jihyun bisa menikah lalu berpisah.
224K 30.7K 30
INI SALAH FAHAM! [ff ini akan membuat para jomblo tertawa] [Tydack ada unsur 18+] Peringatan! Jangan pernah membaca cerita ini ketika berada di depan...