My Arrogant Young Boy

By lunareclips3

260K 12.6K 986

Dia muda dan masih berusia 20 tahun. Famous, tampan, kaya, pintar, dan cerdas. Semua kesempurnaan itu ada di... More

prolog
[1] Dia?
[2] Arrogant Boy
[3] Shock!
[4] Kertas kecil malapetaka
[5] Kiss & Kiss
[6] Date?
[7] Isi Hati
[8] Balas Dendam
[9] Despacito
[10] T-E-R-C-Y-D-U-K
Pengumuman /// bukan update
i'm sorry, guys :(
[11] Penyesalan
[12] Pengakuan, Buka Hati?
[14] Electric Love
[15] Deg!

[13] Bucin

2.6K 156 22
By lunareclips3

Sebelumnya

Mereka bertatapan, menarik perhatian satu sama lain, sangat amat kuat. Hingga jantung keduanya hampir mau copot karena tatapan yang semakin dalam dan intens.

"Jev.."

"Kak Disa.."

Gumam keduanya hampir bersamaan. Dan tetap tenggelam dalam tatapan mata masing-masing.

***

Masih tetap berdiri di depan pintu dan mematung, Audisa tidak bergerak sama sekali sampai Jevin memutuskan kontak mata lalu mendekat dan menarik Audisa untuk menutup pintu.

Jarak mereka yang semakin dekat dan hawa panas mulai mengelilingi, sebisa mungkin Jevin menahan diri untuk tidak bertindak apapun. Padahal jauh di dalam dirinya, ia teramat ingin untuk memeluk Audisa sekarang.

"Sabar..sabar.. Jangan agresif lagi nanti nyonya besar malah kabur.." Batin Jevin nelangsa

"Ekhem.. A..anu.." Gagap Audisa berusaha memulai percakapan. Gadis itu merasa canggung dan bingung tiba-tiba entah ingin berbicara apa. Tekadnya yang tadi sudah bulat telah pergi dan sirna. Ditambah kedua kakinya mendadak seperti jelly, tak merasakan lagi yang namanya menginjak lantai. Ambyar

Jevin pun lantas menatap mata Audisa semakin dalam lagi, "Anu apa Dis?"

"Hah.. A..apa ya aku kok lupa"

"Jangan takut, katakan saja" Lirih lelaki itu pasrah dengan raut wajah sedih

"Aku terima semua keputusan kamu Dis. Aku terserah kamu sekarang" Lanjutnya sembari menyentuh tangan Audisa, lalu menggenggamnya erat dan diletakkan pas di dada. Mengalirkan seluruh perasaan tulus dan gugupnya agar gadis itu tahu, bahwa bukan hanya dia yang deg-degan di sini, tapi Jevin juga.

Mata Audisa pun berkaca-kaca saat mendengar suara Jevin yang pasrah diiringi ketulusan. Dan tanpa aba-aba, ia langsung nyosor untuk memeluk lelaki di hadapannya sekarang. Perasaan Jevin saat ini? Mau terbanggg.

"Maafin aku Jev, kalau selama ini sering nolak dan cuek sama kamu. Huhuhu" Dengan pelukan erat, Audisa meminta maaf dan membasahi kemeja Jevin dengan air matanya. Tubuhnya yang bergetar karena tangis, dibalas pelukan oleh Jevin sembari mengelus punggung rapuh itu untuk menenangkannya

"Ssstt Dis.. Aku yang salah kok, kamu gak salah kan aku yang sering maksa. Udah jangan nangis yaa" Bujuk Jevin dan berujung isakan Audisa malah makin kencang

"Huhuhuhuhu aku yang salah Jev, kamu ndak salah huhuhu"

"Enggak Dis, aku yang salah.."

"Aku yang salah Jevin huhu"

"Jevin yang salah Kak.."

"Pokoknya aku yang salah!" bentak Audisa tiba-tiba lalu melepaskan diri dari pelukan Jevin. Menatap wajah lelaki di hadapannya sekarang dengan raut kesal. Sedangkan yang ditatap terkejut terheran-heran

"Ini Audisa salah makan ya?" batin Jevin yang diam 1001 bahasa setelah dibentak gadis pujaannya barusan

"Dis.. kamu kenap-"

"Yaudah kamu aja yang salah, ndak apa-apa. Kan kamu emang pemaksa orangnya"

JDER!

Bagai disambar petir siang bolong, Jevin hanya bisa bisa melongo mendengarkan ucapan Audisa barusan. Lelaki itu speechless hingga tak ada satu kata pun lagi yang keluar dari mulutnya. Ia hanya bisa mengangguk untuk membenarkan seluruh ucapan Audisa.

"Fix Audisa pasti salah makan" Batin Jevin lagi

Masih saling berhadapan dan belum berganti posisi, ternyata Audisa menunggu respon dari Jevin. Karena tak kunjung merespon dan peka sampai ia menghitung 10 detik di dalam hati, alhasil Jevin kena semprot lagi

"Kok gak dibalas sih?!" Kesal Audisa dengan tatapan tajam dan lelaki itu mendadak gelagapan

"Ha..h? A...ap.apa?"

"Jadi siapa yang salah? Auk ah lama!" Cerocos Audisa masih kesal dan berbalik badan ingin pergi saja menjauhi Jevin untuk menenangkan diri karena bingung juga, kenapa hari ini terlalu mood swing dan random

"Aaaaaudisa tunggu!" Cegat Jevin lalu menarik pinggang Audisa untuk memeluknya kembali

"Jangan pergi! aku yang salah, Jevin yang salah Kak.." Ucapnya lagi berusaha menenangkan

"Audisa gak pernah salah, aku yang salah. Walaupun kamu salah, tetap aku yang salah Dis. Kamu selalu benar. Benar terus!"

Mendengarkan perkataan Jevin barusan entah kenapa membuat Audisa senang, padahal kalau dipikir-pikir itu adalah salah satu bentuk keegoisan. Gadis itu pun lantas balas memeluk Jevin tak kalah eratnya dan akhirnya mereka berdua berpelukan seperti teletubis dengan senyum yang menghiasi wajah masing-masing.

"Aku udah jujur sama diri sendiri, kalau ternyata aku sayang sama kamu Jev.." ujar Audisa yang membuat Jevin mau terbang lagi. Rasanya ingin cepat-cepat ia menikahi Audisa sekarang juga dan langsung punya 11 anak

"Aku lebih lebih lebih sayang dan cinta sama kamu Dis. Setiap hari makin nambah malah" balas Jevin membuat Audisa tersipu malu mendengarnya

"Kita mulai semuanya dari awal ya Jev?"

"Apapun kemauanmu Ratuku"

***

Tak ingin menghabiskan banyak waktu di kantor, Jevin segera meninggalkan ruangan dengan Audisa yang terus berada disisinya. Walau banyak pasang mata yang memperhatikan, tidak membuat lelaki itu menjaga jarak dari Ratunya. Bahkan ia semakin nempel seperti perangko, mengayun-ayunkan tangan mereka yang saling bertautan satu sama lain sembari bersenandung ria.

"Aku sayang sekali Kak Audisaa~" memakai nada theme kartun Doraemon, Jevin terus bersenandung sepanjang perjalanan mereka menuju tempat parkir. Audisa pun berupaya keras untuk mengkontrol raut wajahnya agar tidak terlalu ketara bahagianya seperti Jevin

Bisikan-bisikan netizen mulai terdengar setelah dari tadi hanya memperhatikan, terlebih ketika mereka melewati lobby yang lumayan ramai orang. Gadis itu pun mendadak gugup dan ingin melepaskan tautan tangan mereka, namun tentu saja hal itu tidak terjadi karena Jevin segera menahannya.

"Kenapa sih sayang?" tanya Jevin mesra lalu tanpa angin,hujan, dan petir langsung mengecup punggung tangan kanan Audisa

"Ih Jevin, maluuuu diliatin orang!" bisik gadis itu sembari menutupi wajah dengan helaian rambut menggunakan tangan kirinya, membuat Jevin tergelak

"Hahaha! kenapa harus malu sih sayang? Lagian udah banyak yang tahu juga"

"Iya tapi kan aku anu... Ih Jevin sih!" gerutu Audisa tidak jelas dan lagi Jevin tergelak dibuatnya

"Apasih? Hahaha. Ini di jidat kamu Dis, dari dulu udah ada tulisannya 'Milik Jevin Julian' jadi, jangan malu malu meow dong"

"Masa?" tanya gadis itu dan Jevin seketika flashback kenangan mereka beberapa saat yang lalu di depan pintu kamar Audisa. Kenangan yang bikin kesel tapi manis juga diingatannya. Ia pun tiba-tiba mendapat ide untuk balas dendam sekarang

"Bodoooooooow. Hahaha!"

Melepaskan tautan jemari mereka, Jevin berlari sekuat tenaga dari depan kantor menuju parkiran sembari tertawa riang. Meninggalkan Audisa yang diam mematung serta para penonton dan netizen budiman dalam keheningan.

"Memang dahsyat efek jatuh cinta, dari es batu bisa cair jadi minyak goreng. Licin dan lincah kayak belut.." celetuk seseorang yang berada tak jauh dari tempat Audisa berdiri sekarang hingga gadis itu dapat mendengarkan dengan jelas. Tapi yang mengherankannya, di mana letak korelasi antara jatuh cinta, es batu,minyak goreng, dan belut? Entahlah mendengar kalimat nano-nano itu saja sudah membuat kepalanya mendadak pusing. Ia pun melanjutkan kembali perjalanannya menuju tempat parkir untuk menemui Jevin yang sekarang entah di mana rimbanya

***

Menghabiskan waktu seharian penuh bersama, banyak gelak dan canda tawa terukir di wajah masing-masing. Mulai dari makan siang bersama, pergi ke taman hiburan, bahkan mampir ke pet shop dengan pulang tidak membawa apa-apa. Hari yang sangat random dengan tidak ada perencanaan apapun namun mampu membuat keduanya bahagia. Bahkan saat di dalam mobil pun dengan keadaan lelah, senyum mereka tidak luntur dan tetap cerah.

"Aku kira kamu bakalan ambil kucing yang abu-abu tadi Yang.." ujar Jevin membuka percakapan di tengah ia yang sedang mengemudi. Sedangkan si lawan bicara sudah kelihatan lelah dengan mata sayu nya dan tubuh yang lunglai

"Entar dimarahin Kakek, padahal pengen"

"Yauda entar kalau udah nikah sama aku, kamu bebas mau pelihara berapa kucing Yang.."

"Boleh?" tanya Audisa yang langsung semangat dengan mata berbinar

"Bolehlah. Apa sih yang enggak buat Ratuku?" jurus gombalan receh memang, tapi mampu meronakan pipi gadis itu

"Tapi kata orang-orang kalau kucing itu bisa bikin susah hamil. Emang iya?"

"Udah, kamu pelihara kucing aja. Hamilin kamu itu urusanku. Hahaha!" seloroh Jevin dan membuat dirinya langsung dihujani cubitan-cubitan kecil dari Audisa yang kesal mendengar jawaban lelaki itu. Ia pun terkikik geli lalu minta ampun agar gadisnya itu segera berhenti

"A..ampun sayang, aaampun! Aku lagi nyetir nih entar aja lanjut cubitnya pas di rum-"

"AWW!"

***

Sesampainya mereka, keduanya pun berpisah di depan rumah Audisa dan berjanji untuk menonton film bersama setelah membersihkan diri masing-masing. Sempat menawarkan untuk membersihkan diri bersama, namun naas lutut Jevin malah terkena tendangan maut dari cucu Yusuf Ayantara itu.

"Namanya juga usaha" Gumam Jevin yang menatap kepergian Audisa masuk ke dalam pekarangan rumah, dan hilang ditelan pagar setelah dibuka satpam

Ia pun kembali masuk ke dalam mobilnya, untuk pulang ke rumah yang sebenarnya bersebelahan dengan rumah Audisa. Sembari mengingat hal yang telah mereka berdua lalui hari ini membuat lelaki tampan itu kembali tersenyum dan terus senyum hingga tanpa sadar ia telah sampai di rumahnya juga.

"Gapapa sekarang kita tetanggaan dulu, besok juga bakalan seranjang. Eaaa"

Dengan berlari memasuki rumah, Jevin sangat bersemangat untuk membersihkan dirinya sekarang. Ia berencana akan mandi kembang lalu mencampurkan 7 botol parfume berbeda merk miliknya dengan tujuan agar Audisa klepek-klepek. Membayangkan Audisa akan terus menempel dengannya nanti, sudah membuat Jevin sangat ugh dan aah.

"Kebersihan adalah sebagian dari iman, dan Audisa adalah penghancur imanku"

Meniru perjuangan dan semangat para pahlawan untuk kemerdekaan tanah air, lelaki itu pun lantas melepas bajunya bahkan nyaris akan merobeknya sangking berenerginya ia kalau tak ingat bahwa baju ini ada bekas dari pelukan Audisa tadi. Setelah mengambil beberapa tarikan nafas, Jevin pun berusaha untuk lebih kalem sekarang.

1 jam berlalu, dan pemuda itu akhirnya keluar juga dari kamar mandi. Senyumannya hari ini terus bersinar bahkan wajah lelah pun tak terlihat sama sekali. Berjalan menuju lemari, ia pun tampak berpikir untuk mengenakan pakaian apa sekarang. Padahal sebelumnya, ia sama sekali tak pernah memikirkan hal seperti ini. Ambil, dan langsung pakai apapun itu. Karena menurutnya dengan wajah tampan saja sudah lebih dari cukup untuk membuat para wanita terpana. Tidak butuh hal pendukung lainnya.

"Audisa pasti pakai baju tidur, semoga warna pink kayak kemarin. Aduh manisnya.." Gumam Jevin sembari membayangkannya lalu memegang dadanya yang tiba-tiba berdetak kencang tak menentu

"Eh kok malah tegak sih kamu? Aktif banget haha!"

Ngakak, itulah reaksi Jevin setelah sadar bagian tertentu tubuhnya ikut beraksi juga. Dengan cepat ia pun memilih baju polos berwarna hitam serta celana pendek putih dari dalam lemarinya lalu melakukan beberapa ritual seperti biasa yaitu deodorant, parfum, serta beberapa teman-temannya yang lain. Saat ingin mengeringkan rambutnya dengan handuk, ia pun iseng berjalan menuju jendela di mana ia bisa melihat pekarangan rumah Audisa dari sini. Tempat dahulu kala ia sering mengintip untuk tahu Audisa sudah pulang sekolah atau belum. Dan betapa tercengangnya dia, saat melihat Audisa malah sedang berbincang-bincang dengan seseorang di depan pintu rumahnya sekarang, memakai baju tidur pink pula persis seperti yang dibayangan Jevin tadi.

Dengan kesal lelaki itu membanting handuk yang berada di kepalanya ke lantai, lalu bergegas memakai baju lengkap. Tak memperdulikan rambutnya yang belum kering serta tak sempat tersisir.

"What the fuck, aku mau ngaceng di sini bayangin dia pake baju tidur pink, ini malah ketemu cowok lain di luar sana! Gak bisa dibiarin ini mah!" Gerutu lelaki itu dan langsung melompat lari seusai memakai celananya

Menuruni tangga seperti orang gila, bahkan membuat Mbak yang mengurus rumahnya keheranan, ia sudah tak peduli lagi. Ia penasaran setengah mampus siapa yang sedang berbicara dengan Audisa sekarang. Apakah si Dokter itu? Yang pernah ke rumah dan diceritain Kakek? Demi Neptunus, ia tak rela

Berjalan cepat untuk meraih pagar dan keluar dari rumahnya, Jevin juga sudah tak memperdulikan nafasnya yang hampir habis. Kalau biasanya ia terbakar nafsu, sekarang ia terbakar api cemburu.

Brak!

Pagar besar nan tinggi rumah keluarga Ayantara itu dibuka Jevin dengan kasar. Satpam yang menjaga dari dalam kaget, apalagi Audisa begitu ia melihat wajah Jevin yang berapi-api sebelum meneriakkan namanya.

"AUDISAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

80.4K 5.6K 26
menceritakan tentang remaja yang di usir oleh warga desa karena di fitnah mencuri oleh keluarga kandungnya sendiri. mampukah ia melewati masa sulitny...
467K 42.6K 95
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
590K 22.7K 49
Takdir yang membawa gadis cantik selalu kena hukuman setiap harinya dari kakak lelaki nya sendiri, karena kenakalan nya dan memiliki sahabat yang sam...
382K 1.1K 11
Area 21+++, yang bocah dilarang baca. Dosa tanggung sendiri yap. Jangan direport, kalau gasuka skip.