Desire

By shantymilan

445K 34.7K 9.7K

Ditinggalkan mantan istrinya karena tidak bisa memuaskan dalam hubungan seksual mereka, Mario Abimanyu ingin... More

Announcement
Prolog
1 - Sang Petualang
2 - Rasa Penasaran
3 - Penolakan
4 - Mr. Pamer
6 - Yakin Mau Berhenti?
7 - (18+) Ahli Pijat
8 - Trauma di Masa Lalu
9 - (18+) Sebuah Kesenangan
10 - Kembalinya sang Mantan
11 - (18+) Pembuktian
12 - Toko Pakaian Dalam
13 - Time for Sella
14 - (18+) Melamar
15 - Cemburu
16 - Tertindas
17 - (18+) Memergoki
18 - Jennifer Berulah
19 - Merubah Penampilan
20 - Menginap Sementara
21 - (18+) Salah Paham
22 - (18+) Dihasut
23 - Penolakan Sella
24 - Rencana Pernikahan
25 - Kejutan yang Buruk
26 - (18+) Sampai Pagi
27 - Saingan di Dapur
28 - (18+) Di Bawah Meja
29 - Sebuah Kabar
30 - (18+) Ibu Senang, Bayi pun Senang
31 - Racun
32 - High School Reunion
33 - Pisah Ranjang
34 - (18+) Menyewa Kamar Hotel
35 - Kemarahan Tavisha
36 - Kekejian Jennifer
37 - (18+) Rencana Liburan
38 - Honeymoon yang Tertunda
39 - (18+) Seranjang Bertiga
40 - (18+) Bukan Anakmu
41 - Keadaan Gawat
42 - Clovis Cullen
43 - Surprise
44 - Kemarahan Mario
45 - Kepergian Tavisha
46 - (18+) They're back
47 - (18+) Epilog
Extra Part (18+)

5 - (Terpaksa) Makan Malam

18.3K 1.2K 287
By shantymilan

Tavisha datang kembali ke kediaman Mario, menghantarkan cucian pria itu. Tadinya dia bingung bagaimana cara membawa sebanyak ini, tapi tiba-tiba sebuah mobil datang menjemputnya.

"Halo Nona angkuh," sapa Mario.

"Kenapa kamu tidak berikan uang ke sopir yang menjemputku?" todong Tavisha langsung.

"Karena aku menyiapkan makan malam untukmu Nona," jawab Mario secara santai.

"Apa aku sudah menyetujui itu? Aku rasa kamu bermimpi Mario. Mana uang tagihannya, aku akan pulang." Tavisha menadahkan tangan.

"Tidak akan aku berikan sebelum kamu makan malam di rumah ini." Mario duduk di sofa, mengabaikan pelototan Tavisha. "Aku sudah memberimu pekerjaan, tidak bisakah kau berterima kasih sedikit?"

"Kata terima kasih saja aku rasa cukup."

Mario menggelengkan kepala. "Ucapan terima kasih itu palsu, aku tidak suka menerimanya."

"Mario, kenapa kamu selalu melakukan ini?" Tavisha kembali marah. Dia tidak bisa mengontrol emosi setiap kali berhadapan dengan pria itu.

"Karena kamu selalu menolakku. Cobalah untuk menerima apa yang aku minta tanpa harus dipaksa, kamu tidak akan sesulit ini."

"Jangan harap!" tegas Tavisha.

"Kamu benar-benar keras kepala."

Bik Patra datang dari arah dapur. "Tuan, makan malam sudah siap," beritahunya.

"Suruh Sella turun," perintah Mario.

"Baik, Tuan." Bik Patra melirik Tavisha sejenak, lalu pergi.

"Apa kamu benar-benar ingin menahanku di sini, Mario?" tanya Tavisha geram.

"Ya, sampai kamu makan malam di sini denganku dan putriku."

Putrinya? Dia sudah memiliki anak?

Pertanyaan di kepala Tavisha terjawab saat seorang anak perempuan berusia tujuh tahun turun dengan berlari kecil dan memanggil Mario dengan sebutan Papi.

"Sudah selesai belajarnya, sayang?" tanya Mario. Dia berlutut untuk mensejajari tinggi dengan Putrinya itu.

"Sudah dong, Pi. Sella bisa menjawab semua soalnya, pasti besok nilai Sella seratus!" jawab Sella penuh semangat.

"Pintar anak Papi," puji Mario dengan lembut.

Tavisha sedikit terpana, pemandangan ayah dan anak ini sangatlah indah. Terlihat jelas kasih sayang antar keduanya. Pertama kalinya Tavisha memberikan nilai plus untuk Mario, pria itu sangat lemah lembut, menutupi sifat pemaksa dan arogannya selama ini.

Sella menoleh ke arah Tavisha, dahinya berkerut seperti sedang berpikir. Lalu dia tersenyum lebar. "Tante ini klien-nya Papi, kan?" tanyanya dengan ramah.

Mario menoleh pada Tavisha yang nampak belum mempersiapkan jawaban, karena merasa bingung. "Benar sayang, Tante Tavisha adalah klien Papi."

Kenapa Mario berbohong? Tavisha hanya bisa tersenyum, dia tidak ingin marah-marah di depan anak kecil.

"Sella bilang kemarin, kalau Sella suka aroma wangi dari pakaian yang dicuci. Tante ini yang mencuci pakaian Sella kemarin," perjelas Mario lagi.

"Wah, Tante orangnya?!" Sella semakin antusias. "Jadi, selain Tante klien Papi, yang fotonya terus Papi pandangi dari layar laptop, Tante juga jago mencuci?"

Mario sontak terbatuk-batuk. Terlambat baginya menutup mulut Sella, putrinya itu begitu polos sampai menceritakan hal yang tidak seharusnya. Lihatlah Tavisha, sebelah alis wanita itu terangkat ke atas mempertanyakan maksud putrinya tadi.

Tavisha merasakan kehangatan saat tangannya dipegang oleh Sella. Dia pun berlutut untuk mensejajari diri, "kamu sudah kelas berapa?" tanyanya.

"Kelas dua, Tante. Nama Tante, Tante Tavisha?" tanya Sella balik.

"Iya," jawab Tavisha dengan senyum yang benar-benar ramah.

"Tante ikut makan malam di sini, ya?" minta Sella.

Mario tersenyum pongah, dia percaya Sella akan mewakili paksaannya.

"Maaf Sella, Tante harus pulang. Sudah malam, rumah Tante jauh," tolak Tavisha secara halus.

"Nanti Papi akan antar Tante pulang," sahut Sella tidak menerima alasan.

"Kalau Sella yang bilang, Papi sih tidak bisa menolak. Nanti Papi antar Tante Tavisha pulang," jawab Mario.

Tavisha menoleh sangar ke arah Mario, pria itu memanfaatkan Sella untuk menekankan.

"Ayo Tante, makan di sini aja. Sella bosan makan sendirian, apalagi kalau Papi belum pulang," paksa Sella.

Ibunya Sella, ke mana? Tavisha akhirnya mengangguk, sulit menolak permintaan tulus Sella. "Ya sudah, Tante temenin kamu makan malam, ya."

"Asikkkk." Sella melompat bahagia.

Tavisha pun berdiri. Dia mendekati Mario yang merasa telah menang. Lalu berbisik, "ini karena Sella, jangan terlalu senang."

"Apapun alasannya," balas Mario dengan senyum menyebalkan.

Tavisha mendengkus.

***

Makan malam di kediaman Mario tentu bukan sesuatu hal yang sederhana. Dia merasa seperti berada di restoran berbintang, disajikan makanan berkelas dengan aroma kelezatan menggugah selera.

"Apa setiap malam kalian makan sebanyak ini?" tanya Tavisha penasaran.

"Ya, begitulah," jawab Mario.

"Tapi Papi tidak pernah makan di rumah," keluh Sella melayangkan protes.

Tavisha menoleh pada Mario.

"Papi sibuk, sayang. Papi bekerja, kan, untuk Sella juga."

"Tapi Papi membuat Sella gendut karena harus menghabiskan ini sendirian. Gimana kalau Steven tidak menyukai Sella lagi?"

"Sella punya pacar?" tanya Tavisha tak percaya. Dan anak sekecil itu memikirkan berat badan, benar-benar ajaib cara Mario merawatnya.

"Punya Tante, teman sekelas Sella. Dia sangat tampan!" sahut Sella bersemangat.

Mario tertawa pelan, "Papi akui untuk yang satu itu kamu memang pandai memilih, Sella."

Tavisha lebih tidak percaya Mario bahkan mendukung Sella memiliki pacar di usia belia. Itu sebabnya figur seorang Ibu sangat dibutuhkan oleh anak. Lalu, ke mana istri Mario?

Melihat cara Tavisha menatapnya, Mario bisa menebak apa yang ada di kepala Tavisha. "Tenang, mereka hanya berteman dekat dan Sella menyebut itu sebagai pacaran. Dia belum mengerti makna yang sebenarnya," beritahunya agar tidak dituduh yang macam-macam.

Tavisha hanya bisa tersenyum kecut.

"Sama seperti Papi dan Tante Tavisha, kalian pacaran, kan?" tanya Sella dengan polosnya.

Tavisha sontak tersedak. Daging yang belum sepenuhnya dikunyah itu nyangkut di tenggorokan. Wajahnya memerah lantaran kesulitan bernafas, dia memukul-mukul dadanya untuk mengeluarkan sumbatan daging itu.

Mario dengan cepat membantu. Dipeluknya Tavisha dari belakang, telapak tangannya menempel di perut wanita itu, lalu disentaknya tubuh Tavisha dengan keras.

Bukannya memikirkan tersedaknya, otak Tavisha justru membayangkan hal lainnya akibat sentuhan itu. Telapak tangan Mario terasa hangat, membuat tubuhnya berdesir. Belum lagi, sesuatu yang asing menempel di bokongnya.

"Uhuk!" Daging itu akhirnya bisa Tavisha muntahkan ke lantai. Malu sekali rasanya.

"Tante tidak apa-apa?" tanya Sella cemas.

"Tante baik-baik saja, Sella." Tavisha segera minum untuk melegakan tenggorokannya, juga menyembunyikan rasa malu pada Mario yang masih berdiri di belakangnya.

"Bisa pinjam alat pel, biar aku bersihkan," minta Tavisha.

"Sudah, biarkan saja," larang Mario. Dia memiliki banyak asisten rumah tangga, jadi masalah sepele seperti ini sudah langsung diatasi dengan sekali jentikan jari.

Gara-gara tersedak, selera makan Tavisha pun lenyap. Dia berjanji tidak akan lagi memakan steak, memalukan!

"Kamu baik-baik saja?" tanya Mario yang sudah duduk kembali dan masih memperhatikan Tavisha.

Tavisha kembali minum guna menutupi wajahnya, dia mengangguk sebagai jawaban.

"Sella sudah selesai makan," kata Sella sembari mengelap mulutnya dengan tisu. "Papi, Tante, Sella harus ke kamar duluan, Steven menunggu telepon dari Sella."

Daebak!

Sella sudah berlari pergi dengan lincahnya, tidak sasaran ingin menelepon pacar.

"Apa seperti ini caramu mendidik Sella?" tanya Tavisha menyalahkan.

"Jangan berlebihan, dia masih anak-anak. Apapun yang diucapkannya, dia sendiri belum mengerti. Aku percaya pada Sella, dia menuruni sifatku yang pemilih," jawab Mario bangga.

"Boleh aku tahu, di mana istrimu? Ehm, maksudku Ibu kandung Sella." Tavisha ragu-ragu bertanya.

"Sudah malam, bukankah sejak tadi kamu mau pulang?"

***

Continue Reading

You'll Also Like

790K 23.3K 27
Sebagian part sudah unpublished. Cerita ini sudah tersedia dalam bentuk novel dan e-book. Jun30,2015 ©
14.1K 594 51
"I'm glad we met that day," "If we didnt, I don't know what would happen to the future us," "Sonwoo is the starter," "Seyoon is the finisher." "I l...
70.8K 2.8K 35
Cody tanpa sengaja telah mendorong ibunya pada perselingkuhan seorang detektif bernama Erique. Cody sangat membenci detektif itu sehingga membuatnya...
1.3M 29.4K 33
Love After Making Love. Cinta setelah Bercinta. Mungkin ini terdengar gila. Namun Kyeza telah membuktikannya. Dia mulai mencintai pria itu setelah ke...