You and I

By RheinLyv

22.8K 2.6K 273

Lan Xichen selalu bisa membuatnya kesal,selalu bisa membuatnya marah,selalu mengganggunya dengan hal yang men... More

Accompany Me
Present
Call My Name
Jealous
Sick
Graduation
LDR
Forever

Us

2.2K 207 33
By RheinLyv

*Sungkem pada para pembaca*

Di chapter sebelumnya saya sudah menuliskan bahwa itu adalah yang terakhir tapi ternyata -dengan tak tahu malu- malah menulis lanjutannya lagi.Saya sedang ingin nulis Mpreg dan entah kenapa alurnya malah nerusin cerita yang ini.Saya juga males bikin judul & cover baru jadi akhirnya ditaruh di sini.Tidak konsisten memang,tolong maafkan!Cuma satu chap kok jadi anggap saja ekstra :D.

Gaya percakapannya sedikiiit beda sama yang sebelumnya tapi nistanya tetap sama.Dan sekali lagi,ini MPREG!Bagi yang tidak suka dengan genre tersebut silakan mundur!

Oke,Selamat membaca~~!

.

.

***

Tadinya Jiang Cheng berpikir bahwa rencana pernikahannya dengan Lan Xichen akan berjalan lancar tapi nyatanya tidak.

"Apa kamu bilang?HAMIL?!"

Suara menggelegar sang ayah,Jiang Fengmian membuat Jiang Cheng mengkerut di ujung sofa.Sumpah,ini pertama kalinya dia melihat ayah begitu marah.

Berawal dari kepulangan Jiang Cheng seminggu lalu ke Yunmeng.Ia sudah merasa tak enak badan,mual hingga muntah setiap bangun pagi dan mengeluh kepalanya pusing.Ibunya mengira Jiang Cheng masuk angin,sakit karena kecapekan habis perjalanan jauh dari Gusu tapi begitu dibawa ke dokter,surprised!Siapa sangka kalau di dalam perutnya ada janin yang sudah berumur enam minggu.

"JIANG WANGYIN!"

Lagi sang ayah berteriak.Tak menyangka anak yang dikiranya alim berani anu-anu dengan sang pacar.Jiang Fengmian juga tak menyangka kekasih Jiang Cheng yang dimatanya baik,sopan,penuh wibawa dan cinta itu berani menodai putra bungsunya.

Tuan Jiang,untuk anda ketahui,bahkan sebulan setelah pacaran Jiang Cheng sudah berani tidur bersama dengan kekasihnya.Dan tak perlu dijelaskan tidur macam apa.

Siapapun yang kenal dekat dengan Lan Xichen,kekasih Jiang Cheng sedari SMA pasti tahu betapa bernafsunya putra sulung keluarga Lan itu bila menyangkut tentang percintaannya dengan Jiang Cheng.Semua orang pasti tahu bagaimana pria keluargaLan bila sudah bersama kekasihnya.Bila sang adik,Lan Wangji,menganut motto "Everyday is everyday" dengan Wei Wuxian,maka Lan Xichen menganut pedoman "Everywhere is everywhere".Tak peduli dimanapun selama dia ingin maka mereka akan melakukan itu.Jiang Cheng sendiri tak mau mengingat tempat mana saja yang menjadi saksi percintaan mereka.Dan mengingat intensitas mereka melakukannya maka wajar bila sekarang jebol.

"A Cheng!"teriakan Jiang Fengmian mengagetkannya lagi.Jiang Cheng menunduk takut dan menyahut pelan.

"Ayah..."

"Kenapa kamu sampai hamil,A Cheng?!Tahu begini harusnya dulu aku tak ijinkan kamu tinggal seatap dengan Lan Xichen itu."

"Ayah,maafkan kami.Tapi Lan Xichen pasti bertanggung jawab.Aku sudah bilang kan kemarin kalau Xichen akan datang untuk melamarku,"Jiang Cheng menjelaskan sambil menunjukkan cincin melingkar di jari manis yang diberikan Lan Xichen pada hari ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu.

Jiang Cheng lalu melirik sang ibu yang duduk di sofa depan televisi.Anteng mengemil snack kentang sambil menonton sinetron terfavorit.Tatapan melas minta tolongnya tak ditanggapi.Yu Ziyuan tak mau membantunya yang sedang dimarahi.

Persetan dengan hamil diluar nikah,toh lakinya adalah pewaris keluarga Lan,begitu kira-kira pemikiran si ibu yang mata duitan.

Sementara Wei Wuxian di beranda samping rumah komat-kamit berdoa untuk keselamatan sepupu dan calon keponakan.Bertahun-tahun mengenal paman Jiang yang begitu lembut penuh kasih sayang,lelaki cablak itu takut melihatnya marah sedemikian rupa.Wei Wuxian tak bisa membantu Jiang Cheng untuk meluluhkan amarah Jiang Fengmian jadi sebagai gantinya dia mengirim pesan pada calon kakak iparnya yang merupakan tersangka utama atas kondisi Jiang Cheng saat ini.

'SOS!Kakak ipar,kamu dalam bahaya sekarang.A Cheng sedang dimarahi habis-habisan sama Paman Jiang.Kalau kamu tak kemari besok,aku pastikan A Cheng tak bisa lagi menemuimu selamanya.'

Lan Xichen membalasnya dengan panggilan telepon dua menit kemudian.

"Xianxian,ada apa?Wanyinku kenapa?Hei--!"

Wei Wuxian tanpa sengaja memutus panggilannya begitu terdengar paman Jiang mengomeli Jiang Cheng lagi.Jemari cantiknya buru-buru mengetik pesan.

'Pokoknya kamu harus datang besok.DATANG ATAU KAMU AKAN KEHILANGAN A CHENG!'

---

Esoknya Lan Xichen benar-benar datang ke Yunmeng,pagi hari bertepatan dengan waktu sarapan keluarga Jiang.Yu Ziyuan menyambutnya ramah sedangkan Jiang Fengmian nampak begitu garang.

"Duduk sini,Xichen,"suara tegas Jiang Fengmian terdengar menuntut.Lan Xichen sudah berfirasat buruk dari semalam saat Wei Wuxian menghubunginya.Pemuda itu duduk di samping calon ayah mertua.

Berbanding terbalik dengan wajah tuan Jiang yang tegang,nyonya Yu,ibu Jiang Cheng justru menyapanya ramah.Wanita itu tak henti tersenyum saat menyajikan sarapan di depan Lan Xichen membuat sulung keluarga Lan itu membatin.

'Ada apa dengan kedua calon mertuaku ini?'

Wei Wuxian muncul dengan bedhair yang luar biasa dan membuat dirinya diteriaki oleh Yu Ziyuan.Cuek,dia duduk di depan Lan Xichen sambil mengucek matanya yang masih mengantuk.Tangan Wei Wuxian menyambar sebuah apel di atas nampan buah lalu mengunyahnya pelan.

"Wei Ying,tidak sopan makan duluan,"nada rendah Jiang Fengmian membuatnya ciut.Wei Wuxian melirik sang paman yang masih bermuram durja menatapnya tajam.

Jiang Fengmian masih marah.Wei Wuxian melirik Lan Xichen dan kembali merapal doa di hati untuk keselamatan calon kakak ipar.

"Wanyin!"

Pekikan tertahan Yu Ziyuan membuat ketiga orang di ruang makan itu tersentak.Lan Xichen hampir beranjak dari tempat duduknya tapi derap langkah tak beraturan yang mendekat membuatnya urung.

Jiang Cheng muncul dari balik pintu lalu menghambur ke arah Lan Xichen,membuat pemuda itu hampir terjungkal andai saja tangannya tak sigap menggapai tepi meja.

"Lan Huan....."

Si bungsu Jiang itu terisak.Lan Xichen langsung menatap bingung Wei Wuxian meminta penjelasan tapi pacar Lan Wangji itu justru mengalihkan pandangnya kikuk.

"Wanyin,kenapa?"tanyanya lembut.

Jiang Cheng mengangkat wajahnya menatap Lan Xichen.Bukannya menjawab,dia malah beringsut naik ke pangkuan Lan Xichen.

'Eh?'

Lan Xichen makin bingung.Jiang Cheng ini padahal sangat anti PDA,menganggap mesra-mesraan di depan banyak orang sama dengan tak tahu malu.Tapi hari ini dia malah melakukan hal itu di depan ayahnya sendiri.

Lan Xichen melirik Jiang Fengmian di sampingnya.Air muka orang tua itu makin keruh.Biarpun Jiang Fengmian mengangkat cangkir tehnya dengan elegan tapi Lan Xichen tahu amarahnya tak dapat disembunyikan.

"Wanyin,"tegur Lan Xichen mengingatkan.Bisa buruk penilaiannya di mata calon mertua kalau tahu dia sering mengajari Jiang Cheng untuk bermanja-manja.

Well,Lan Xichen,untuk kamu ketahui,di mata ayahanda Jiang dirimu sudah sangat minus sejak kemarin malam.

Bukannya mendengar teguran,Jiang Cheng malah mengeratkan pelukannya di leher Lan Xichen dan menggeleng pelan.

"Kalau aku lepaskan,nanti ayah akan memisahkan kita."

Tanda tanya makin besar di kepala Lan Xichen.Apa maksudnya?

"Wanyin..."

"Lan Huan,bawa aku pergi dari sini.Jangan biarkan ayah menyakiti anak kita."

HAH?!

Anak?Anak siapa?Lan Xichen tanpa sengaja beradu pandang dengan Wei Wuxian dan pemuda manis itu menganggukkan kepalanya cepat.

"Wanyin,kamu...."

"Jiang Wanyin,putraku itu hamil,Lan Xichen,"akhirnya sang kepala keluarga membuka suara.Jiang Fengmian mengabaikan manjanya Jiang Cheng sekarang yang mengingatkan seperti saat Yu Ziyuan mengandungnya dua puluan tahun silam.Tatapan lelaki separuh baya itu tertuju pada cangkir teh yang masih di genggaman.

"Anak yang kupikir percintaannya begitu lurus,"Jiang Fengmian bergumam pelan tapi jelas tersirat kekecewaan di suaranya.

"Kupikir bisa saling menjaga...."

Kata demi kata yang terucap membuat Lan Xichen yang tadinya ingin berbahagia jadi beralih sesal.

"Aku tak harus katakan siapa yang harus bertanggung jawab kan?"

"Saya yang akan tanggung jawab,"Lan Xichen menyambar cepat.

"Anak di kandungannya adalah darah daging saya.Tuan Jiang,saya akan menikahi Jiang Cheng."

Jiang Fengmin mengerjapkan mata pelan mendengar ucapan tegas si calon mantu.Dia meminum tehnya lagi sebelum berujar.

"Aku tahu kamu pasti bertanggung jawab.Aku tahu kamu sangat mencintainya tapi sayangnya aku terlanjur kecewa,anakku harus hamil sebelum menikah."

Kecewa.Sakit tapi tak berdarah,begitu yang Lan Xichen rasakan dan dia tahu calon mertua lelakinya ini juga merasakan hal yang sama.

"Lan Xichen,aku tidak bisa menyerahkan A Cheng,"suara pelan Jiang Fengmian membuat semuanya kaget.Jiang Cheng turun dari pangkuan Lan Xichen dan menatap marah ayahnya.

"Ayah!"

"Tidak untuk sekarang.Kamu boleh menikahi anakku setelah bayinya lahir.Dan sampai saat itu tiba jangan temui A Cheng."

Jiang Fengmian beranjak dari tempat duduknya bersiap pergi dari ruang makan

"Paman Jiang,"Wei Wuxian yang sedari tadi bungkam akhirnya buka suara.

"Aku sudah selesai.Kalian lanjutkan sarapan."

Wei Wuxian memalingkan wajahnya ke arah Lan Xichen begitu Jiang Fengmian menghilang di balik pintu dan mendapati pria itu duduk lemas,menumpukan kepalanya di atas meja.

"Kak Xichen!"

---

Semasa hamilnya Jiang Cheng tinggal di kediaman Jiang,tak diijinkan kembali ke Gusu.Ia keluar dari pekerjaannya sebagai editor komik atas perintah ayahanda tercinta dan menetap di Yunmeng tanpa mengerjakan apa-apa.Sepupunya,Wei Wuxian juga tak kembali ke Gusu untuk menemani Jiang Cheng sampai lahiran.Wei Wuxian tak kuasa menolak saat Jiang Cheng menatapnya dengan kitty eyes menggemaskan meminta dirinya untuk tetap tinggal.Beruntung pekerjaannya sebagai programmer di sebuah perusahaan otome game memungkinkan dirinya mengerjakan dari rumah.Tak terlalu repot meminta ijin mengingat pemilik perusahaan adalah kekasihnya sendiri.Ya,demi mendukung sang kakak,Lan Wangji pun rela LDR dengan kekasihnya.Sungguh sebuah pengorbanan.

Sehari-hari bila tidak berkutat dengan komputernya,Wei Wuxian akan menemani Jiang Cheng seperti sekarang.Siang hari yang sangat panas,kedua uke manis itu berbaring telentang di beranda samping kamar Jiang Cheng,merasakan dinginnya ubin dan angin semilir yang membawa aroma bunga matahari yang kebetulan kebunnya terletak di depan beranda.

"Uwaaaahhh,panas!"entah kali keberapa Wei Wuxian mengeluh.Ia melepas lagi kancing kemejanya hingga tak bersisa hingga menunjukkan tubuh toples bagian depan.

"Wei Ying,"dan sejak awal kehamilannya,Jiang Cheng berubah sangat manja.Panggilan untuk Wei Wuxian pun berganti menjadi nama kecilnya.

"Apa?"

"Aku lapar."

"Mau makan sesuatu?Aku ambilkan."

Jiang Cheng menoleh pada si sepupu.

"Benar mau mengambilkan?"

'Uh?!'

Wei Wuxian berfirasat buruk.

"Memangnya mau makan apa?"

"Hotpot."

Wei Wuxian menepuk jidatnya.

"Um,A Cheng,my baby,hari ini kita tidak punya hotpot,"jelasnya hati-hati.

"Mau makan yang lain?"

Dan lagi siapa yang akan masak dan makan hotpot di tengah musim panas begini.

"Tidak mau.Kalau tidak ada,buatkanlah."

"A Cheng,aku kan tidak bisa memasak,"elak Wei Wuxian lagi.Ini kenyataan,Wei Wuxian tidak mau meracuni Jiang Cheng dan bayinya dengan masakan yang seringkali kebablasan pedas.

"Wei Ying....,"Jiang Cheng merajuk,menatap Wei Wuxian dengan kitty eyes yang di masa kehamilannya ini jadi seratus kali lipat lebih imut dan jelas membuat Wei Wuxian tak kuasa menolak apapun yang dititahkan.

"Baiklah,aku akan meminta bibi Yu untuk membuatkan."

"Aku tidak mau buatan ibu.Aku mau Wei Ying."

Oh,Jiang Cheng seandainya kalimat terakhir itu bukan dimaksudkan untuk hotpot,pasti Wei Wuxian sudah sangat tersanjung.

"Ayolah,Wei Ying,seperti apapun masakanmu akan kumakan."

Dan akhirnya Wei Wuxian memasak hotpot yang diminta,berbekal resep kilat yang disiapkan oleh Yu Ziyuan.Wanita itu tak membantu sama sekali di dapur karena Jiang Cheng melarang,sebagai gantinya dia menulis resep untuk sang keponakan dengan tujuan agar anaknya tak keracunan karena masakan Wei Wuxian rasanya selalu ajaib.

Jiang Cheng sudah duduk manis di tempat makan begitu Wei Wuxian mengangkat panci hotpot ke atas meja.Sambil tersenyum bangga dia mempersilakan Jiang Cheng memakannya.

"Selamat makan,A Cheng."

Jiang Cheng hanya mengangkat sendoknya sambil menatap Wei Wuxian.

"Kenapa?Ayo,makan!"

"Wei Ying,temani aku makan."

"Huh?"

"Ayo makan bersamaku!"

Tidak!Wei Wuxian bisa mati kepanasan bila makan hotpot di siang bolong begini.Tidakkah Jiang Cheng melihat titik-titik keringat di dahi Wei Wuxian yang dikarenakan kepanasan di dapur.

"Wei Ying!"sekarang suaranya terdengar menuntut.

"Ayo makan!Menyia-nyiakan makanan itu tidak baik tahu."

Wei Wuxian akhirnya menurut.Ia duduk di depan Jiang Cheng dan menyendok pelan-pelan hotpotnya.

"Seharusnya Lan Xichen bodoh,calon suamimu itu yang menuruti kemauan ngidammu bukan aku,"Wei Wuxian menggerutu pelan dan sayangnya terdengar jelas oleh Jiang Cheng.

Si manis yang sedang hamil itu menghentikan makan.Bibirnya merengut mendengar nama Lan Xichen terucap dari bibir Wei Wuxian.

"Ya,Lan Huan itu bodoh.Lihat,setelah kehamilanku dia tak peduli.Yang dilakukannya tiap hari hanya menanyakan kabar lewat telepon,mengirim pesan tiap mengingatkan untuk makan dan beristirahat lalu bicara padaku lewat telepon atau video call dengan babytalk seakan-akan sedang berbicara dengan bayinya."

Bila yang seperti itu dibilang tak peduli lalu mau Jiang Cheng seperti apa?Wei Wuxian tak mengerti.

"A Cheng mau Kak Xichen bagaimana?"

"Harusnya dia menemuiku langsung.Kalau jarak Yunmeng-Gusu terlalu jauh paling tidak kan bisa sekali seminggu."

"Paman Jiang kan melarangnya untuk menemuimu.Sebagai calon menantu yang baik dia harus patuh."

Dan lagi Lan Xichen harus mengembalikan kepercayaan Jiang Fengmian sebagai calon suami terbaik Jiang Cheng.

"Dia takut pada ayahku.Dasar pengecut!Dibilangnya cinta mati sama aku,selalu mengutamakanku tapi tak berani ambil resiko.Kalah dia sama romeo."

Makin kacau.Kenapa juga Jiang Cheng membandingkan Lan Xichen dengan tokoh fiksi.Tapi Wei Wuxian tak berani menyahut khawatir Jiang Cheng makin meledak lagi.

Jiang Cheng menaruh sendoknya dan mendorong mangkuk hotpot ke tengah meja.

"Membicarakan Lan Huan membuatku badmood.Aku tidak mau makan lagi,Wei Ying,kamu yang habiskan."

Tanpa menunggu jawaban Wei Wuxian,Jiang Cheng langsung pergi,melenggang cantik ke kamarnya.Wei Wuxian hanya ternganga menatap panci hotpot yang bahkan belum berkurang banyak.Hasil karyanya berpanas ria di dapur,bersusah payah memasak makanan yang tak pernah dia buat sebelumnya,hanya dimakan oleh si peminta beberapa kali suap saja.

Ponsel Wei Wuxian yang ditaruh di atas counter dapur berbunyi.Pria manis itu segera berlari mengambil dan melihat nama Lan Wangji di layar sebagai caller id.

Wei Wuxian langsung mengangkat dan terdengar suara yang sangat dia rindukan padahal mereka baru teleponan tadi malam.

"Wei Ying..."

"Lan Zhan.....,"Wei Wuxian meratap pilu.

"Wei Ying?"

"Lan Zhan......tolong,bawa aku kembali ke Gusu."

---

Dikarenakan tak tega pada keponakan kesayangan yang sering menjadi bulan-bulanan Jiang Cheng akhirnya Jiang Fengmian mengizinkan Lan Xichen menjenguk putranya.Hanya boleh sekali di akhir bulan tapi itu sudah disyukuri oleh Lan Xichen.Tak henti-henti pemuda itu berterimakasih pada calon mertua saat ia diperbolehkan mengunjungi si calon istri.

Wei Wuxian sendiri sudah menangis haru di kaki Jiang Fengmian saat sang paman mengijinkannya kembali ke Gusu untuk bekerja.Biarpun diwajibkan kembali di akhir pekan,Wei Wuxian sudah merasa sangat beruntung karena bisa lepas dari Jiang Cheng dan tak perlu menuruti permintaannya setiap saat.

Lan Xichen berkunjung di Sabtu siang.Membawakan beberapa makanan khas Gusu kegemaran Jiang Cheng dan beberapa hadiah lain yang sekiranya bisa menyenangkan calon istri tak lupa untuk calon mertua.Ia disambut ramah oleh Yi Ziyuan dan Jiang Fengmian pun sudah tak segarang terakhir kali dia datang.Berbasa-basi sejenak lalu Lan Xichen menuju kamar Jiang Cheng.

Lan Xichen mengetuk pintu pelan dan dibalas dengan suara merdu Jiang Cheng dari dalam.

"Masuk!"

Jiang Cheng tak tahu kalau Lan Xichen datang hari ini.Tersenyum riang,Lan Xichen berusaha kedatangannya akan membuat pemuda manis itu terkaget.

Tapi yang didapatnya saat masuk ke kamar adalah tatapan datar Jiang Cheng yang duduk di kursi malas samping jendela dan sedang mengelus perutnya.

"Wanyin?"Lan Xichen memastikan.

"Siapa kamu?"

"Wanyin,kenapa bertanya begitu?Ini aku,Lan Huan,calon suamimu."

Apakah berpisah dua bulan membuat Jiang Cheng amnesia tentang laki-laki yang sering anu-anu dengannya ini?

"Wanyin,sayang...."

"Aku tak kenal Lan Huan.Siapa dia?"Jiang Cheng memalingkan wajah menghadap jendela.

Uh-oh,sepertinya ada yang salah.

"Wanyin,kenapa?Kamu tidak suka aku datang kemari?"

"Kamu marah padaku?Maaf,apapun kesalahanku kumohon maafkan aku."

Hening sejenak.Lan Xichen tak berani membuka suara,takut Jiang Cheng semakin marah.

"Kenapa kamu harus datang.Tak usah pedulikan aku.Bersenang-senanglah dengan si kuning yang tertawa-tawa sambil rangkulan mesra denganmu kemarin malam itu.Aku tak peduli,aku akan besarkan anakku seorang diri."

"Astaga,Wanyin...,"Lan Xichen berlari mendekat lalu bersimpuh di hadapan Jiang Cheng.Jari telunjuknya mengarah ke dagu Jiang Cheng,mengisyaratkannya untuk menunduk,beradu pandang dengannya.

"Wanyin,apa maksudmu?Si kuning siapa?"

Jiang Cheng mengambil ponselnya,membuka aplikasi Instagram lalu mengunjungi akun Lan Xichen.Di halaman yang ditandai orang lain ada beberapa foto dan video Lan Xichen sedang berangkulan dengan seorang pemuda manis yang mengenakan sweater kuning.

"Jin Guangyao?"Lan Xichen mengernyitkan dahi.

"Lan Huan,kamu berselingkuh.Mentang-mentang istri eh calon istrimu sedang hamil lalu kamu mencari daun muda yang masih segar di luaran sana."

Drama sekali,sepertinya Jiang Cheng mengambil dialog dari tayangan nista di televisi.

"Apa karena aku sudah tak menarik lagi semenjak hamil dan karena kita tak bertemu lalu kamu mencari yang lain.Lan Huan,sungguh tega sekali...."

Jiang Cheng memerah,tangannya mengelus perut yang tak lagi rata.Bibirnya mengatup rapat tak ingin kelepasan menangis.

"Wanyin,aku tak berselingkuh,Sayang.Lelaki kuning yang kamu maksud itu Jin Guangyao,teman sekampusku dulu,kamu juga kenal kan.Yang di foto itu kami sedang reuni ramai-ramai.Ada banyak yang datang,lihat videonya.Dan dia sudah punya pacar.Kalau kamu mau aku akan menghubungi Nie Mingjue sekarang untuk menjelaskan.Dia juga ada di sana."

Lan Xichen mengelus pipi Jiang Cheng berharap kekasihnya itu tenang.

"Mana mungkin aku selingkuh kalau aku sudah punya calon istri yang begini cantik yang akan segera memberiku baby."

Bertumpu dengan lututnya,Lan Xichen mencium lembut perut Jiang Cheng.

"Sampai kapanpun hanya kamu yang aku cinta,Wanyin."

Gombal abis!Tapi Lan Xichen tahu cara ini seringkali mampu meredakan amarah Jiang Cheng .

"Kalau kamu mencintaiku kenapa tak mau menemuiku sejak kemarin?"Jiang Cheng masih merajuk.

"Kan aku harus mendengar perintah ayah Jiang.Aku harus memegang perkataannya agar dia bisa mempercayakanmu padaku.Aku sudah membuatnya kecewa karena menghamilimu sebelum menikah dan tak ingin membuatnya semakin buruk menilaiku.Sebenarnya pun aku sangat merindukanmu,ingin selalu bersamamu tapi aku tidak sanggup mengingkari perintah ayah Jiang."

Jiang Cheng terdiam,menatap lekat mata teduh Lan Xichen yang juga memandangnya penuh sayang.

"Wanyin mengerti?Aku harus mendapatkan restu ayahmu.Mau menungguku untuk itu,kan?Hari ini ayah Jiang mengizinkan kita bertemu jadi ayo lakukan yang terbaik agar ayahmu semakin luluh."

Jiang Cheng mengangguk lalu menghambur ke pelukan Lan Xichen membuat pria itu kepayahan harus menahan berat Jiang Cheng dengan kondisi setengah duduk.

"Maafkan aku,Lan Huan,"ucap Jiang Cheng lirih.

"Aku juga minta maaf karena sudah membuatmu berpikir yang tidak-tidak."

Lan Xichen mengelus punggung Jiang Cheng penuh sayang,menyalurkan rindu yang dipendamnya sejak dua bulan lalu.Saat ini hanya dengan mendekap kekasihnya itu sudah cukup.

Sampai kemudian Jiang Cheng berbisik mesra di telinganya.

"Lan Huan,ayo lakukan!"

"Eh?Melakukan apa?"

Dan Jiang Cheng menjawab dengan kecupan lembut di leher belakang Lan Xichen.

"Lan Huan...."

"Uh,Wan-Wanyin...,"Lan Xichen gelagapan.

Entah bagaimana kali ini Jiang Cheng terduduk di atas pangkuannya.Kitty eyes itu menatap sayu Lan Xichen,mengharap belaian sayang yang lebih.

"Lan Huan...,"setiap panggilannya seakan menganduk afrodisiak.Lan Xichen makin salah tingkah.

"Wanyin..."tangan Lan Xichen mencoba meraih bahu Jiang Cheng yang kini bergerak manja di pangkuan,ditambah beberapa kecupan manis dilayangkan sang pacar itu di wajah dan lehernya.

'Gawat!gawat!gawat!'

Lan Xichen sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak macam-macam mengingat dia harus berperilaku baik di depan calon mertua.Dia harus mendapatkan hati mereka seperti dulu sebelum kesalahannya menghamili Jiang Cheng di luar nikah mengecewakan terutama ayahanda Jiang.Sekarang malah si bungsu Jiang ini malah menggodanya.Lan Xichen sebenarnya tentu saja siap menerkam Jiang Cheng saat ini.Membawa si cantik itu dalam pelukannya,mencium bibir manisnya, memberi tanda cinta di sekujur tubuhnya,tapi.....

Lan Xichen menegang.Aduh,sekarang BELUM waktunya.Demi restu,demi diterima jadi menantu.Lan Xichen harus bertahan.

"Lan Huan!"Jiang Cheng merajuk karena Lan Xichen tak bergeming sedari tadi.

"Hm?"

"Ayolah~!"

Jiang Cheng kini berusaha membuka kancing kemeja Lan Xichen.Bila di kondisi biasa tentu saja Lan Xichen senang tapi saat ini segala kelakuan seduktif Jiang Cheng membuatnya tersiksa.

Lan Xichen menahan tangan Jiang Cheng,"Tidak sekarang,Sayang."

Jiang Cheng menatapnya sayu,"Kamu tidak mau melakukannya denganku?"

Pemuda manis itu menunduk,menyandarkan puncak kepalanya di dada Lan Xichen.

"Kenapa?"tanyanya manja.

"Uh....kita belum tahu apakah akan berbahaya kalau aku menyentuhmu.Aku khawatir menyakiti dia,"Lan Xichen mengusap perut Jiang Cheng.Dia sudah kehabisan akal untuk menolak.

"Kita bisa melakukannya setelah konsultasi dokter,ya?"

Jiang Cheng mendongak,"Benar tak mau?"

"Iya.Demi kesehatan kalian."

"Padahal tubuhmu mengatakan lain,"Jiang Cheng meremas bagian bawah Lan Xichen,membuatnya mengerang pelan.

"Lihat?Sepertinya 'dia' sudah siap menerkamku,"lalu tersenyum miring.

'Grrrrr!'

Lan Xichen menggeleng,"Berhenti menggodaku!Aku sudah berusaha menahannya mati-matian."

"Ahahahaha..."

Dan Jiang Cheng tiba-tiba tergelak.Lan Xichen akhirnya tahu kalau kekasihnya itu dari awal memang berniat menggoda saja.Dia bisa merasakan Jiang Cheng sebenarnya tak ingin sama sekali.

"Wanyin!"

Mood swing-nya parah dan Lan Xichen hanya bisa pasrah.Jiang Cheng mencium bibirnya gemas.

"Aku mau tidur siang dan Lan Huan harus menemaniku,"ia menarik tangan calon suami ke tempat tidur.

"Temani aku!"

Lan Xichen ikut berbaring di sampingnya.Memiringkan tubuhnya menghadap Jiang Cheng.

"Setidaknya,bisakah kamu membiarkanku menyelesaikan urusanku dulu?"

Jiang Cheng melirik wajah masam Lan Xichen lalu tersenyum geli.

"Tidak!"dan dia mengambil lengan Lan Xichen,menggunakannya sebagai bantal.

"Pokoknya siang ini kamu hanya boleh tidur di sini,"titahnya tegas.

'Duh,Sayangku!'

Lan Xichen sekali lagi hanya bisa mengalah,memandangi wajah lelap Jiang Cheng yang manis untuk mengalihkan hasratnya.

---

Pertengahan musim dingin di mana kehamilan Jiang Cheng mencapai bulan terakhirnya.

Jiang Cheng yang semakin kepayahan dengan perut besarnya itu sedang duduk manis merajut sweater bayi warna ungu di kursi kamar saat Lan Xichen masuk.Sudah seminggu Lan Xichen tinggal di Yunmeng menunggu kelahiran buah hatinya dengan Jiang Cheng yang diperkirakan akan lahir di waktu dekat.

Si sulung Lan mendekat,mencium dahi Jiang Cheng,kebiasaannya setiap pulang kerja.Demi menyambut kelahiran bayi,Lan Xichen harus rela bolak-balik Gusu-Yunmeng yang tertempuh tiga jam perjalanan dengan menggunakan kereta cepat.Tidak setiap hari tentu saja.Di waktu yang tak mengharuskannya menghadiri rapat atau bertemu rekan bisnis,Lan Xichen akan di rumah,bekerja dengan laptopnya sambil menjaga Jiang Cheng.

"Sweater yang bagus,"puji Lan Xichen melihat sweater setengah jadi di tangan calon istri.Matanya menatap tumpukan lain di sisi Jiang Cheng.Ada sepatu,topi dan syal bayi berwarna senada yang sudah terajut rapi.

Salah satu aktivitas Jiang Cheng menunggu due date-nya,merajut pakaian untuk bayi mereka yang menurut hasil USG berjenis kelamin laki-laki.

Jiang Cheng hanya mengangguk dan menghentikan kegiatannya,membiarkan Lan Xichen merunduk untuk mencium perut besarnya.

"Hai,anak Papa,baik-baik kan sama Mama?"

Jiang Cheng bersemu merah.Panggilan yang sebentar lagi tersemat untuknya itu selalu bisa membuat hatinya hangat saat Lan Xichen yang mengucapkan.

Lan Xichen tertawa geli lalu mencubit pelan pipi Jiang Cheng.

"Sayang,aku ingin menunjukkan sesuatu."

Lan Xichen menyerahkan ponselnya pada Jiang Cheng.Aplikasi galeri sedang terbuka di sana dan menampakkan bagian depan sebuah rumah.

"Ini....."

"Rumah kita nanti setelah menikah."

Jiang Cheng tak asing dengan rumah itu.Bagaimana tidak,rumah itu persis dengan rumah imajinasi yang ada di sketsanya bertahun-tahun lalu saat berada di klub seni SMA.Sketsa itu adalah salah satu karya terbaik Jiang Cheng dan ia menyimpannya di ruang kerja apartemen mereka.

"Lan Huan...,"Jiang Cheng terharu.Bagaimana bisa Lan Xchen membuat rumah yang begitu persis bahkan tanaman yang dulu digambarnya asal pun mirip.

"Ingat,kamu sering bilang ingin punya rumah yang seperti itu."

Jiang Cheng memang pernah mengatakan bahwa rumah di sketsa itu adalah idamannya.Tak perlu mewah,yang penting nyaman dengan banyak tanaman di sekitarnya.Saat tahu akan menikah dengan Lan Xichen sebenarnya Jiang Cheng tak mau berharap banyak tentang tempat tinggal masa depan.Ia mengira Lan Xichen akan membawanya tinggal di apartemen lama mereka.

Jiang Cheng menggeser foto demi foto.Interior rumah,bagian ruang tamu hingga kamar tidur,lalu taman di samping dan onsen buatan di belakang rumah yang dulu hanya bisa digambarnya kini terealisasi dan membuatnya takjub.Lan Xichen tak menanyakan selama ini tapi semuanya bisa sesuai selera Jiang Cheng.

"Kapan kamu membangunnya?Kenapa aku tidak tahu?"

"Aku sudah mempersiapkannya sedari dulu tapi baru membangunnya saat awal kehamilanmu.Aku pikir akan menyenangkan berkeluarga dan membesarkan anak kita di rumah itu."

Jiang Cheng mengangguk senang lalu meletakkan ponsel di nakas.Tangannya meraih Lan Xichen lalu memeluk perutnya.

"Terimakasih."

Lan Xichen mencium puncak kepalanya,"Kamu senang?"

"Um,"Jiang Cheng mengangguk lagi.

"Syukurlah."

Lan Xichen merasakan badan Jiang Cheng bergetar dan isakan kecil lolos dari bibirnya.Dia tersenyum,bahagia bisa membuat calon istrinya terharu.

Tapi isakan itu tak lama berubah menjadi erangan kecil dan pelukan Jiang Cheng yang melingkar di pinggangnya menjadi remasan kuat.

"Wanyin?"

"Urrghh,Lan Huan....,"Jiang Cheng menengadah,menampilkan raut muka kesakitan.

"Wanyin?!"Lan Xichen panik.

"Uhhh...sepertinya aku......,"Jiang Cheng meringkuk,memegangi perutnya.Lan Xichen akhirnya menyadari apa yang terjadi dan langsung berlari keluar.

"Ibu!!Jiang Cheng mau melahirkan!!"

--

Si Kecil Jin Ling mengedip pelan memandang box bayi di samping tempat tidur Jiang Cheng.Lima jam yang lalu Jiang Cheng melahirkan dan setelah penuh perjuangan putra yang menjadi cucu kedua keluarga Jiang itu lahir dengan selamat.Mereka masih d rumah sakit sekarang,menempati kamar VIP lantai teratas sambil menunggu segala urusan beres.

Tangan Jin Ling hendak mencolek pipi gembul bayi merah yang tertidur pulas itu tapi segera dihentikan oleh sang ibu.

"A Ling,"Jiang Yanli menegur dan Jin Ling langsung menyembunyikan tangannya di belakang punggung.

Jiang Cheng yang setengah berbaring tak jauh dari Jin Ling mengelus sayang keponakannya.

"Nanti A Ling boleh menggendong setelah pulang dari sini."

Jin Ling mengangguk penuh semangat lalu berlari keluar mencari ayahnya yang sedang terlibat obrolan serius antara keluarga Lan dan Jiang tentang rencana pernikahan Lan Xichen dan Jiang Cheng.

"A Cheng,bagaimana perasaanmu?"tanya Jiang Yanli.

"Aku....bahagia,"mengabaikan rasa sakitnya Jiang Cheng tersenyum lembut pada sang kakak.

"Masih sakit?"

"Masih tapi tak apa,aku bisa menanganinya."

Jiang Yanli berkaca-kaca,mengelus pipi adiknya.

"Adikku kini sudah dewasa."

Di ujung sofa,Wei Wuxian sedang menangis haru di pelukan Lan Wangji.

"Hiks....akhirnya...Lan Zhan....,"suaranya patah-patah.Lan Wangji mengelus rambutnya,menenangkan.

"Hei,Wei Wuxian!"Jiang Cheng memanggilnya serak,suaranya pelan demi menghindari sakit dijahitannya bila dia berteriak.

"Huaaaaa,Lan Zhan....!"Wei Wuxian mengeraskan tangisnya.

"Jiang Cheng tidak memanggilku Wei Ying lagi,"isaknya sedih.

Jiang Cheng memutar matanya.

"A Cheng,tidak ingatkah bagaimana kamu manja padaku,memanggil namaku dengan manis dan selalu ingin bersamaku di masa kamu hamil?Kenapa kamu harus kembali galak lagi?"

Jiang Cheng terdiam,mengingat-ingat kelakuannya pada Wei Ying bulan-bulan yang lalu dan perutnya tiba-tiba kembali mulas.

'God damn!tu sungguh mengerikan!'

"Wei Ying....,"akhirnya Jiang Cheng memanggilnya lembut.

"Un?"Wei Wuxian mendekat.

"Maafkan aku.Kamu pasti kerepotan meladeniku."

"Tidak,tidak,tidak!Aku senang A Cheng bermanja-manja padaku.Kamu boleh menyusahkanku selama yang kamu mau."

Dasar masokis.Serepot apapun Wei Wuxian,dia akan tetap mengerjakan semua yang diperintahkan dengan sepenuh hati meskipun nantinya akan mengeluh tiada henti.

"Jangan begitu,sebagai gantinya kamu boleh ganti menyusahkanku nanti bila kamu hamil."

"Wei Ying,mau hamil?"Lan Wangji di pojok sana ikut menimbrung.

Wajah Wei Wuxian memerah.

"Huh?Iya.....tapi nanti kalau sudah sah."

"Aku akan segera menikahimu kalau kamu mau."

"Lan Zhan!Oh iya,A Cheng,siapa namanya?"Wei Wuxian yang salah tingkah berusaha mengalihkan pembicaraan.

Jiang Cheng menoleh menatap wajah anaknya yang mirip sekali dengan Lan Xichen.Hanya bibir tipis khas keluarga Jiang yang diturunkan Jiang Cheng padanya.Belum sempat ia menjawab,suara derit pintu yang terbuka mengalihkan dan ada Lan Xichen di sana,masuk bersama anggota keluarga Lan dan Jiang plus Jin Zixuan yang sedang menggendong Jin Ling.

"Kami baru saja membicarakan tentang rencana pernikahan kita,"Lan Xichen duduk di tepi tempat tidur Jiang Cheng dan mencium dahinya.

"Lalu?"tanya Jiang Cheng.

"Mereka setuju kita menikah bersamaan dengan perayaan tiga bulanannya,"mata Lan Xichen tertuju pada bayi yang sedang mengerjapkan matanya di box samping Jiang Cheng.

Si kecil itu bangun dari tidur dan Lan Xichen mengambilnya dari dalam box.Nampak tenang mencari kenyamanan di gendongan ayahnya.Dalam hati,si sulung Lan itu terharu bisa menggendong makhluk kecil yang mirip dengannya itu.Bibirnya mencium jemari bayi yang terangkat ke dada.

"Kakak ipar,sudahkah kamu menentukan nama untuk bayimu?"tanya Wei Wuxian lagi.

"Huh?"

"Kalau belum,biar aku yang memberi nama,"usulnya penuh semangat.

"Jangan!"Jiang Cheng yang menjawab.Wei Wuxian itu tidak kreatif dalam menamai sesuatu.Ia tidak mau anaknya dinamai aneh.

"Aku sudah memikirkan satu nama,"Lan Xichen tersenyum.

"Oh?Siapa?"

Lan Xichen menunduk,mencium kening bayinya.

"Zeyan,"ucap Lan Xichen lembut.

"Namanya Lan Zeyan." (*)

###

.

.

.


(*) Diambil dari nama salah satu karakter game Love and Producer,Li Zeyan.Otome Cina favorit pengetik yang mendapat adaptasi anime di musim panas tahun ini ^^.

Continue Reading

You'll Also Like

576 193 28
"Ok,,,,,, BUUU BAKSO DUA SAMA ES TEH NYA DUA " teriak Elena dan menjadi pusat perhatian satu kantin. " SIAPPP NENGG" jawab ibu ibu warung tersebut. "...
93.2K 7.9K 18
bagaimana caramu menemukan seseorang yang merupakan 'mate' mu di antara milyaran orang di bumi ini? warning! BxB Omegaverse Age gap Eren (30) Levi (2...
Bakemono By Kaeb

Fanfiction

4.8K 652 12
SasuNaru Fanfiction. Konon, bila rembulan mencapai titik tertinggi maka cahayanya akan menyinari hutan Uzu yang mana seakan membentuk jalur setapak...
408K 33.1K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.