My Hater Next Door

By holonely

16.9K 2.5K 213

Tetanggaan sama Hater sendiri? ©chaarice, 2020. More

하나
다섯
여섯
일곱
여덟
아홉
열하나
열셋

열둘

784 153 23
By holonely

✍️ My Hater Next Door ✍️

Dinginnya malam kembali menyapa. Pedestrian yang kini masih di penuhi orang-orang berlalu lalang menjadi target bagi Jennie untuk menumpahkan kekesalannya kepada sang adik. Gadis itu hanya berbalut hoodie yang sama sekali tak membantu menghangatkan badannya di tengah dinginnya malam ini.

"Brengsek banget jadi adik!", Jennie menggeram sambil menghentak-hentakkan kakinya di atas pedestrian. Hal itu mengundang tatapan bingung dari orang-orang yang berlalu lalang disana.

Jennie kembali terlihat frustasi. Segala macam hal yang ada disekelilingnya itu Ia jadikan tempat untuk menumpahkan segala kekesalannya hari ini. Dengan rasa panas yang ada di kepalanya masih tetap tak bisa membantunya menghangatkan badannya saat ini.

Jennie menghela nafas dengan rambutnya yang kini berantakan. Ia yakin, orang-orang yang tengah berlalu lalang saat ini pasti menganggapnya gila. Jennie tak peduli. Ia kembali melanjutkan langkahnha dengan sedikit juntai. Padahal Ia tahu Ia tak baru saja meneguk alkohol. Tapi rasanya berat untuk membawa badannya berjalan saat ini. Kemana Ia harus pulang?

Ditengah dirinya yang masih frustasi, wanita itu tiba-tiba dapat mendengar dengan samar sesuatu. Sesuatu yang kedengarannya sedang mencoba melarikan diri.

Jennie menoleh, tepat di sampingnya berdiri Ia dapat menangkap tiga orang bandit seperti sedang memalaki seorang wanita tua di gang sempit pedestrian.

Jennie hanya memandang kejadian itu sebentar dengan tatapan kosong. Ia tak seharusnya khawatir dengan nasib wanita tua yang sedang diganggu para preman gang tersebut. Itu bukan urusannya.

Jennie akhirnya mulai mengambil langkah untuk melanjutkan perjalannya--- yang entah akan kemana.



















































Wanita dengan balutan hoodie itu nampak kembali memundurkan langkahnya. Dirinya mulai mengambil rute menuju gang sempit yang kini hanya diisi oleh tiga orang bandit dan seorang wanita tua yang sudah beruban.

"Woy!"

Panggilan Jennie yang terkesan menantang itu sukses membuat ketiga orang preman, termasuk sang wanita tua menoleh.

Jennie mencoba menahan kaku di badannya akibat kedinginan. Ia tak ingin menjadi seorang pencundang karena meninggalkan wanita tua yang lemah itu sendirian bersama para bandit yang ingin memalaknya, sementara Ia merupakan saksi di tempat tersebut.

"Lo bertiga laki?", Jennie melemparkan pertanyaan sarkas sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku hoodienya.

"Lo siapa? Jangan sok keras jadi perempuan!", ujar salah satu dari ketiga bandit tersebut.

Jennie hanya menyengir dengan tatapan sinisnya, "Pantesan gabisa jawab. Gak mungkin ada laki yang berani malakin orang tua. Kerja, dong! Masih pada muda juga lo bertiga!", Jennie kembali melemparkan sarkasme dan sindirannya kepada tiga orang tersebut.

Tiga orang preman itu saling melempar tatap, "jangan bikin kita mukulin lo, ya!", ancam salah satunya.

Jennie kembali tertawa hambar. Kini terlihat jelas hembusan uap dari mulutnya akibat dinginnya malam saat itu. Wanita itu mulai mengambil sebuah tongkat yang tergeletak disamping jalan, kembali menatap ketiga pria itu dalam pandangan meremehkannya, "Lah, sama orang tua aja berani. Masa sama gue gak berani? Keliatan kan bencongnya," Jennie dengan begitu berani menusuk ketiga pria itu dengan kata-kata pedasnya.

Habis sudah kesabaran ketiga pria itu. Mereka benar-benar sudah tidak peduli lagi dengan siapa orang yang akan mereka pukuli saat ini.

Jennie langsung menyerang dengan tongkatnya ketika salah satu dari mereka mulai datang mendekat.

Salah satu jatuh terkalahkan hanya dengan satu pukulan, Jennie kembali dihadapkan oleh pria lain yang ikut mendekatinya. Wanita itu mencoba melemaskan tangannya yang mulai kaku akibat dinginnya malam saat ini.

Baru saja berhasil menjatuhkan satu pria, Jennie merasakan sesuatu mengenai wajahnya.

Pria terakhir baru saja menembakkan tinjuannya ke wajah Jennie. Alhasil wanita itu langsung terpental di atas jalanan sempit gang tersebut.

Cepat-cepat wanita berusia 26 tahun itu memberi kode kepada sang wanita tua agar segera meninggalkan tempat tersebut.

Baru akan bangun setelah matanya sudah tak melihat sang wanita tua tadi, Jennie kembali merasakan satu buah tendangan mengenai perutnya. Jennie meringis kesakitan.

Salah satu pria yang pertama kali Ia serang tadi mulai menarik hoodie Jennie. Kini dapat Ia pandang wajah Jennie yang dipenuhi memar dan luka, "Gue bisa aja bunuh lo malam ini. Tapi lo beruntung! Lain kali, jangan suka campurin urusan orang!", ujarnya mengancam sambil langsung mencampakkan Jennie begitu saja ke atas jalanan. Ketiga pria itu mulai meninggalkan tempat tersebut.

Hanya tinggal Jennie sendirian. Dengan dadanya yang terasa sesak dan wajah serta perutnya yang sakit. Wanita itu hanya ingin berteriak malam itu. Namun Ia merasa tak ada yang mendengarkan teriakannya.








































Wanita berusia 26 tahun itu akhirnya mengeluarkan uangnya untuk 2 botol soju. Dengan kondisi wajah dan tubuhnya yang berantakan, kasir sevel tadi pasti sudah memikirkan hal-hal yang tidak-tidak tentangnya. Namun Jennie tak peduli.

Wanita itu mulai meneguk botol soju pertama langsung dari botolnya. Jennie benar-benar tak ingin membiarkan airmata mengucur dari pelupuknya. Ia terus mengusap matanya agar airmatanya tak terjatuh.

Ia tahu itu sangat menyakitkan. Dadanya sangat sesak saat ini. Namun mengingat prinsipnya yang tidak ingin mengasihani diri sendiri, Jennie tak akan mau menangis.

"Lo bukan cewe lemah! Jangan nangis! Jangan cengeng! Ini cuman memar biasa! Jangan manja!", Jennie memberitahu dirinya sendiri dengan tangan yang gemetar.

Rasanya Ia semakin frustasi ketika dirinya sendiri bahkan tak mau membelanya.

"Arghhhh!!!!!", dengan reflek wanita itu memecahkan botol soju yang bahkan belum Ia habiskan isinya. Menyisakan leher dan mulut botol yang masih berada ditangannya.

"Kenapa, sih gak pernah ada yang mau ngebela gue? Kenapa, sih Bin lo jauh banget? Gue gak punya siapa-siapa kecuali lo!", akhirnya wanita itu membiarkan airmatanya berderai mengingat sang adik yang rasanya tak pernah menghargai kehadiran dan usaha kerasnya. Rasanya alasan Jennie hidup adalah untuk Soobin, sang adik. Tapi apakah adiknya itu memiliki alasan hidup yang sama?

Nafasnya terlihat terengah-engah akibat tangisan yang sedari tadi Ia tahan akhirnya Ia biarkan terlepas.

Jennie menatap leher botol soju yang masih berada di tangannya. Ujung-ujung tajam dari pecahan botol itu membuat pikiran Jennie melayang kemana-kemana.

Wanita itu mulai mendekatkan pecahan botol soju itu ke pergelangan tangannya. Hingga tiba-tiba telinganya dapat menangkap satu suara yang begitu familiar.

"Mau bunuh diri bareng?"

Jennie menoleh, menemukan Song Kang, dengan balutan baju serba tertutup itu tengah berdiri sedikit berjarak dengannya.

Jennie menatap pria itu dengan balutan mata berkaca-kaca, wajah memar dan luka serta kondisinya yang berantakan dalam diam. Suara menenangkan itu kembali menusuk gendang telinganya.

"Mau bunuh diri bareng gue?"

Jennie masih belum bereaksi. Hingga gak lama pria itu menarik pecahan botol soju dari tangan Jennie.

Mata wanita itu melebar ketika pecahan botol soju itu Song Kang arahkan ke pergelangan tangannya, "Lo apaan, sih!", Jennie secara refleks menarik pecahan botol soju itu dari tangan Song Kang dan langsung membuangnya ke sungai.

Pria itu mulai menatap Jennie, "lo mau bunuh diri, kan?", pertanyaan tersebut kembali membuat Jennie tak tahu harus menjawab apa.

"Gue bisa lihat, lo punya kehidupan yang sulit. Tapi lo keras. Ternyata perempuan keras kayak lo bisa punya pikiran untuk bunuh diri," Song Kang berujar, masih dengan suara menenangkannya.

"Gue gak suka membandingkan kehidupan gue sama orang. Tapi dengan posisi gue saat ini, dengan beragam kebencian yang gue dapet, gue juga udah siap untuk mati, kok. Jadi kalo lo mau mati bareng gue, ayok!", pria itu kembali berujar lagi.

Jennie mulai mengepalkan tangannya. Kini Ia dapat melihat pergerakan dari Song Kang. Pria itu mulai melangkah mendekat, menatap wajah Jennie yang penuh dengan memar dan luka, "kalau gue jadi lo, gue pasti bakal nyerah. Gue malu, lo bisa sekuat ini sebagai perempuan," pria itu kembali berujar dengan suara menenangkannya.

"Gue anter lo ke rumah sakit, ya,"


halo gaisss!!!! akhirnya aku balik hehehehehe

maaf banget udah ilang dengan waktu yang lumayan lama. there were several problem going on me yang bikin aku sedikit terpuruk. but guess what, im still here. im fine right now. im gonna learn how to be nicer to myself when i fucked up.

btw, kalian gimana kabarnya? sorry nelantarin my hater next door untuk waktu yang sedikit lama hehehehe. semoga chap yang ini suka yaaa walau vibenya agak kelamm

btw dua hari lagi lebaran, nih!! mohon maaf lahir batin ya semua!! semoga kalian bisa menghabiskan waktu lebaran bareng keluarga dan orang-orang tercinta.

enjoy ur time. enjoy ur life.

be happy, always!!
lopuuu

-heyra

Continue Reading

You'll Also Like

394K 546 4
21+
133K 4.7K 38
menceritakan tentang perjodohan antara laki laki cantik dan seorang CEO tampan namun kasar, tegas, dan pemarah #bxb #homo jika salah lapak langsung...
107K 2.2K 8
slow up ‼️
461K 7.1K 19
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...