TXTZY Series : OMC (Oh My CEO)

Bởi YhuKaito

4.4K 565 125

Bagaimana sih rasanya punya pemimpin yang rese? Apa tindakan yang perlu dilakukan jika pemimpin tersebut seri... Xem Thêm

Prologue
OMC : 01
OMC : 02
OMC : 04
OMC : 05
Announcement
OMC : 06

OMC : 03

472 74 18
Bởi YhuKaito

Mari berkenalan dengan para karyawan dan karyawati yang bekerja di Perusahaan I.

(Hwang Yeji, 25 tahun)

Hwang Yeji, itulah nama lengkapnya. Cantik, pintar, baik, tetapi judes dan dingin. Jangan salah paham dahulu, ia tidak judes ke semua orang ... judesnya hanya diperuntukkan kepada kalangan pria saja. Punya tatapan tajam dengan netra yang mirip kucing, menambah kesan dingin pada dirinya. Dengan tinggi badan yang mencapai 170 cm, wanita ini terbilang cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan.

Telah bekerja di Perusahaan I selama tiga tahun dengan reputasi yang baik, ya... walaupun sebenarnya perusahaannya yang tidak baik-baik saja. Selama tiga tahun tersebut, ia bekerja mulai dari posisi bawah sebagai karyawati kantoran biasa hingga sampai ke posisi saat ini, kepala divisi. Baru satu tahun lebih menjabat sebagai kepala divisi manajemen, terhitung dari Februari 2019 hingga sekarang.

Sebagai karyawati, ia adalah seseorang yang rajin, teliti, dan profesional. Punya kakak kembaran bernama Hyunjin, satu kantor dengannya, tetapi berbeda divisi. Berasal dari keluarga sederhana, dan memutuskan untuk menjadi wanita karir demi membantu perekonomian keluarganya.

(Hwang Hyunjin, 25 tahun)

Pria yang merupakan kakak kembarnya Yeji ini masuk dan bergabung di Perusahaan I bersamaan dengan sang adik, yaitu tiga tahun yang lalu. Walaupun tidak kembar identik, garis wajahnya terlihat mirip dengan Yeji.

Tidaklah terlalu pintar, tetapi merupakan seorang yang pekerja keras dan dapat diandalkan. Ia membuktikan pada orang-orang bahwa orang yang tidak pintar juga dapat berambisi. Terbukti, dengan terpilihnya ia sebagai kepala pemasaran dua bulan yang lalu.

Orangnya hiperaktif alias cacing kepanasan, juga susah diatur. Ia suka sama Heejin, loh. Sstt... jangan bilang-bilang, soalnya ini rahasia.

(Jeon Heejin, 25 tahun)

Cantik, lugu, dan agak telmi sedikit. Meskipun demikian, wanita satu ini banyak disukai oleh kaum pria, dan jangan salah sangka ... Heejin punya segudang mantan, loh. Daebak! Ia berpacaran bukan karena dasar suka atau cinta, melainkan dengan tujuan untuk memoroti pacarnya. Ish... jangan ditiru ya teman-teman.

Biarpun begitu, dirinya ini berperan sangat penting sebagai moodbuster bagi para rekan-rekan sekantornya.

Jika menyangkut pekerjaan, Heejin terbilang cukup cepat mengerti. Ia telmi itu pada beberapa momen saja. Telah bekerja selama dua tahun di Perusahaan I, dan berhasil mendapat jabatan supervisor di divisi manajemen baru-baru ini.

(Park Minyoung, 31 tahun)

Bersurai cokelat terang, dan punya wajah yang masih cantik di usianya yang telah menginjak kepala tiga. Baik hati serta ramah kepada rekan pegawai yang lain. Orang yang paling lama berada di perusahaan I, sembilan tahun sudah ia bekerja di perusahaan ini.

Sekretaris yang pengalaman dan kemampuannya tak perlu diragukan lagi. Cepat tanggap dan peka terhadap keadaan maupun orang lain.

(Kang Kidoong, 30 tahun [Left])
(Lee Dawit, 28 tahun [Right])

Sama-sama telah bekerja dan berjuang bersama-sama selama enam tahun, menjadikan dua rekan ini layaknya kakak dan adik kandung. Punya jabatan yang sama pula, yakni kepala divisi. Bedanya, Kang Kidoong itu kepala divisi humas, sedangkan Lee Dawit kepala divisi perencanaan. Tak ada yang spesial, mereka hanya pegawai kantor biasa yang berusaha bertahan hidup di kerasnya kehidupan ibukota.

Mereka memang tak spesial, tetapi kehadiran mereka selalu dinanti-nantikan setiap harinya. Jika mereka tidak masuk, suasana kantor akan terasa sepi karena selain menjadi karyawan, mereka merupakan penghibur kantor. Julukan mereka di kantor adalah duo lawak.

O.M.C

Esok harinya, tepat setelah sang CEO baru mengunjungi kantor, datang beberapa truk boks serta pekerja asing yang tak diketahui asalnya dari mana. Para pekerja itu mulai memindahkan barang-barang dari truk boks ke dalam kantor. Sekretaris Park yang berdiri di depan pintu lobi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pemindahan barang. Keadaan semula damai, sampai pada akhirnya Yeji cs datang, mengacaukan ketenangan. Pagi yang tenang pun berlalu begitu saja.

"E-eonni, apa yang terjadi?" Begitu tiba di hadapan Sekretaris Park, Yeji langsung panik sendiri.

"Ahh...! Jangan bilang kantor ini diambil alih?! Ahh...! Aku belum siap!" Heejin menambah runyam suasana.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Nuna?" Hyunjin jadi ikut-ikutan panik gara-gara kedua wanita tadi.

"Dawit–ah, senang mengenalmu selama enam tahun ini. Mungkin inilah saatnya kita berpisah," ujar Kidoong dengan tampang mewek.

"Nado, Hyeong." Ia dan Kidoong saling berbagi pelukan sambil menangis histeris.

Bukan perkara yang aneh jika para rekannya Sekretaris Park berperilaku random. Beginilah adanya mereka, aneh bin ngangenin. Menanggapi kelakuan rekannya, Sekretaris Park hanya bisa tepuk jidat. Memilih untuk tak menjawab, ternyata merupakan pilihan yang buruk baginya karena bukannya diam, para rekannya malah makin gencar menyerbu dengan ucapan.

Untungnya, CEO baru mereka datang di waktu yang tepat. Begitu turun dari mobil mewahnya, CEO tersebut langsung menghampiri Sekretaris Park dengan gaya berjalan andalannya—berjalan sambil menyusupkan tangan ke saku celana. "Bagaimana, Sekretaris Park?" tanya sang CEO, Choi Yeonjun.

"Semuanya lancar, Sajangnim."

Sementara yang lain memberi salam hormat, Heejin dengan tidak sopannya menempel pada Yeonjun sambil merangkul tangan pria tersebut. "S-Sajangnim, apa benar kantor kita diambil alih?

Melepaskan rangkulan bawahannya, Yeonjun lantas berkata, "Kau sepertinya salah paham. Kantor kita tidak diambil alih, tapi akan direnovasi."

"Benarkah?" Sang CEO mengiakan pertanyaannya Heejin. "Hore!!!" serunya gembira. Saking gembiranya, ia sampai melompat-lompat kegirangan.

Memasang tampang cemberut, Yeji lantas menggerutu, "Kak! Kenapa tidak bilang kalau mau direnovasi?!"

"Bagaimana mau bilang jika kalian mencerocos terus?"

"Parah nih Kak Minyoung. Pasti sengaja tidak mau kasih tahu," omel Hyunjin.

Sekretaris Park menghela napas pelan, bersamaan dengan hal tersebut Yeonjun berucap, "Kalian sepertinya sangat akrab, ya?"

"Iya, Sajangnim. Kami telah bekerja bersama cukup lama di kantor yang tidak teru–" Seketika, Minyoung mengatup mulutnya, lantaran hampir keceplosan.

"Maksud Anda tidak terurus, Sekretaris Park?" Yeonjun terkekeh pelan. "Ucapan Anda benar, kok. Perusahaan ini memang tidak terurus, tapi bukan berarti ayah saya mengabaikannya," ia menengadah, memandangi gedung kantor yang menjulang, "beliau sangat-sangat ingin perusahaan ini kembali berjaya, tapi beberapa oknum tak bertanggung jawab selalu menghancurkan harapannya."

"Ya, saya tahu itu. Hoejangnim tak pernah mendiskriminasi apapun, termasuk perusahaannya sendiri. Perihal dana tahunan pun dibagi sama rata, tapi... dana itu entah ke mana larinya." Minyoung menunduk dalam. Geram, tangannya mencengkeram erat papan alas hitam yang dipegangnya.

"Mulai sekarang, Anda tak perlu khawatir lagi, Sekretaris Park. Masalah dana tahunan itu sudah saya selesaikan."

"Sungguh? Bagaimana caranya?"

Yeonjun tersenyum, ada perasaan puas yang terukir jelas di wajahnya. Sementara itu, para bawahan menatapnya dengan heran dan bingung.

O.M.C

Di tempat lain masih di gedung yang sama, tepatnya di ruangan wakil direktur utama, seorang pria tua dengan sebagian rambut yang sudah memutih sedang serius menelepon. Perbincangannya dengan lawan bicara di seberang tampaknya tak berjalan lancar. Terbukti, dari tampang masam pria tersebut.

"Hoejangnim... ini sudah lewat tiga bulan dari jadwal pemberian dana. Mau sampai kapan–"

"Saya sudah berikan dana tahunan kepada anak saya. Apa dia belum menginformasikannya kepada Anda?"

"A-apa? Pimpinan sedang tidak bercanda, kan?"

"Tidak, saya serius."

"Kenapa harus diberikan kepada anak Anda? Biasanya juga kan direktur keuangan yang terima."

"Itu permintaannya, syarat jika ingin menjadikannya CEO di Perusahaan I."

"C-C-CEO?"

"Iya, mulai minggu depan, dia akan mengisi jabatan CEO yang telah kosong cukup lama ... maaf Pak Sung, sepertinya saya tidak bisa bicara lama-lama karena sebentar lagi ada rapat. Jika ada pertanyaan lagi, Anda tanyakan langsung saja kepada anak saya, namanya Choi Yeonjun." Pihak penelepon di seberang memutus panggilan.

"Halo? Halo, Pimpinan? Halo?! Sialan!" Ia membanting gawainya ke lantai. Kesal, ia lantas berkacak pinggang sambil mengatur napasnya. Tersadar telah membanting ponselnya, ia segera memungut kembali benda pipih tersebut. Diceknya kondisi benda pipih itu sambil sesekali dibolak-balik. "Syukurlah tidak ada yang retak atau lecet. Cicilannya masih satu tahun lagi." Dielus-elusnya gawai lipat keluaran terbaru itu, layaknya anak sendiri.

O.M.C

Sembari menyilangkan tangan di depan dada, Yeonjun mengamati ruangan yang tengah dirapikan dan direnovasi. Ruangan itu nantinya akan menjadi kantor pribadi miliknya.

Kelima pegawai yang ditemuinya di lobi tadi ikut membantu merapikan dan mengeluarkan barang-barang yang sekiranya tidak penting. Sekretaris Park tidak ikut karena harus mengawasi ruangan lain yang sedang direnovasi juga, sama halnya dengan sekretaris pribadinya Yeonjun, Lee Jeno.

Tidak hanya mengawasi, CEO muda itu juga sesekali ikut membantu, dan jika ternyata hasil merapikan atau merenovasi ruangan tidak benar, ia akan meminta dengan baik-baik agar kesalahan tersebut dapat diperbaiki. Calon pemimpin yang baik, nih.

Saat yang lain sibuk dan fokus pada tugasnya masing-masing, hanya Heejin seorang yang tampaknya sering mencuri pandang ke arah CEO. Entah, ia memang menaruh rasa atau sekadar hanya ingin memoroti saja, tetapi terlihat jelas bahwa wanita itu sangat tertarik pada atasannya.

Berbekalkan kemoceng, ia menyapu bersih debu yang menempel pada rak buku. Lantaran tak fokus, ia tak sadar ada Yeji yang tengah merapikan buku-buku di rak. Alhasil, wanita bermata kucing yang tak punya salah apa-apa itu harus rela disapu dengan kemoceng kotor penuh debu, mana tepat di mukanya lagi.

"Heejin! Kotor tahu!" sergahnya kesal.

"Aduh... maaf, Yeji. Aku tidak tahu kalau kamu ada di situ."

Yeji berkacak pinggang. "Masa aku yang sebesar ini tidak terlihat oleh kamu? Pasti kamu sedang tidak fokus, kan?"

"Hehe," Heejin tertawa cengengesan, "Habis... sajangnim kita gantengnya keterlaluan, sih," bisiknya.

"Mata tuh dijaga, jangan jelalatan ke mana-mana. Sebagai seorang perempuan, kita ha ..." Bersamaan dengan terputusnya kalimat, Yeji terdiam dengan mata sayup-sayup terpejam.

"Kita ha apa?"

"Ha ... ha ... hatsyi!!" Ia bersin tepat di depan muka Heejin, hujan lokal membasahi wajah teman sekaligus rekan sekantornya itu. Suara bersinnya cukup keras untuk ukuran seorang perempuan, dan secara tak langsung menarik perhatian orang lain. Tak sengaja, sikunya beradu keras dengan rak buku. "Aduh! Sikuku..." ringisnya. Namun tak cukup sampai di situ, sebuah buku ensiklopedia besar jatuh karena tak tersusun dengan benar, ditambah lagi terkena guncangan akibat benturan tadi. Buku tersebut mengarah tepat ke kepala Yeji.

"Yeji!!" pekik Heejin.

Bergerak cepat, Yeonjun yang diam-diam mengamati interaksi dua karyawatinya, berlari kencang menuju lokasi karyawati yang berjarak 2 meter dari tempatnya. Begitu sigapnya dirinya, ketika terpaut selangkah lagi, ia segera meraih tangan karyawatinya yang menjadi sasaran jatuhnya buku.

Brukk!

Buku ensiklopedia tadi menghantam permukaan lantai, suara yang timbul olehnya terdengar keras dan bergema, entah apa yang akan terjadi jika buku itu mengenai kepalanya Yeji.

Bagaimana dengan Yeji?

Yeonjun mengamankannya ... di pelukannya. Tak ada maksud lain, itu secara refleks terjadi begitu saja. Karyawatinya tertarik, berputar 90°, dan mendarat di tubuhnya. Lebih tepatnya sih membentur bukan mendarat, karena dadanya kini terasa cukup sakit.

Sama halnya dengan Yeji, wanita itu tanpa tahu apa-apa sudah berada dalam dekapan pria bertubuh jangkung dengan aroma parfum maskulin yang menguar dari kemeja warna putihnya. Dapat ia rasakan betapa bidangnya dada pria di hadapannya tatkala kepalanya mendarat mulus di sana.

Jauh di sudut kantor, Hyunjin, Dawit, dan Kidoong, melongo kaget kala melihat pemandangan asing jauh di sana. Merasa tak terima, Hyunjin menggulung lengan kemejanya, dan berencana untuk melabrak atasannya yang ia rasa cukup kurang ajar. Namun, Dawit dan Kidoong mengadangnya.

"Awas! Aku mau buat perhitungan sama dirut baru itu. Seenaknya saja memeluk adikku ... minggir!" Ia naik darah.

"Santai, Hyunjin. Niat sajangnim baik, kok. Dia cuma mau menolong Yeji." Kidoong memberikan pengertian.

"Aku tidak pedu– hmmph! Hmmph!" Mulutnya sesegera mungkin dibekap oleh Dawit. Kemudian, kedua rekannya membawanya masuk ke dalam toilet, dan menguncinya di sana.

"Ya! Keluarkan aku dari sini! Sialan kalian berdua!" Hyunjin memekik dari seberang ruangan sambil menggedor-gedor pintu, sedangkan kedua temannya terkikik-kikik pelan.

Menuju kembali ke suasana romantis yang tercipta karena ketidaksengajaan. Yeonjun terdiam dengan salah satu tangan yang bertumpu pada punggung karyawatinya, sedangkan Yeji sama diamnya dengan mata yang berkedip lebih sering dari biasanya.

Akhirnya, pelukan tersebut terlepas saat Yeji mendorong pelan tubuh atasannya guna menjauh dari dirinya. Salah tingkah bercampur malu, ia pura-pura merapikan pakaian dan rambutnya, padahal tidaklah kusut atau acak-acakan sama sekali. Jika pihak perempuan jadi begitu, berbeda halnya dengan pihak laki-laki, Yeonjun.

Ia tak bereaksi macam-macam, tenang seperti biasanya. Malahan, ia sempat berkata, "Kepalamu keras sekali, aw! Dada saya sampai sakit. Apa semua kalsium mengalir ke tengkorakmu? Aduh, sakit."

Yeji mendengus tak percaya. Kau yang lebih dahulu memelukku, dan sekarang kau yang protes? Sungguh menyebalkan! batinnya. "Wahai Pak Dirut yang terhormat, Anda baru saja memeluk saya tanpa izin. Lalu, sekarang Anda mengomeli saya, bukankah itu keterlaluan namanya?"

"Memangnya siapa yang memelukmu? Saya cuma melindungimu agar tidak kejatuhan buku itu," jawabnya sambil menunjuk ke arah buku yang dimaksud. Kemudian, tangannya bersilang dan matanya terpejam. "Tapi... jika tahu kepalamu sekeras itu, saya tidak akan repot-repot berlari ke sini."

Dia ini memang mengajak ribut, ya? Kalau bukan CEO, sudah kuhajar sejak tadi, gerutunya dalam hati.

"Saya tinggal kalau begitu. Hati-hati, saya tidak ingin ada yang terluka atau cedera karena jujur, kita sebenarnya kekurangan orang." Dari semula berjalan menjauh, ia berhenti, lalu berbalik badan. "Buat yang di sana," tangannya menunjuk ke arah Heejin, "berhenti memperhatikan saya, dan fokus saja pada pekerjaanmu." Setelahnya, ia kembali mengawasi jalannya renovasi, dan sesekali berbicara kepada pekerja yang merenovasi.

To Be Continued...

OMC bakal update tiap hari Senin dan Sabtu, ya...
Bagi yang mau lihat jadwal update yang lain, cek aja di bio Yhu. 😁

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

49.1K 7.7K 45
Rahasia dibalik semuanya
47K 3.3K 49
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
60K 5.4K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...