Desire

By shantymilan

445K 34.7K 9.7K

Ditinggalkan mantan istrinya karena tidak bisa memuaskan dalam hubungan seksual mereka, Mario Abimanyu ingin... More

Announcement
Prolog
2 - Rasa Penasaran
3 - Penolakan
4 - Mr. Pamer
5 - (Terpaksa) Makan Malam
6 - Yakin Mau Berhenti?
7 - (18+) Ahli Pijat
8 - Trauma di Masa Lalu
9 - (18+) Sebuah Kesenangan
10 - Kembalinya sang Mantan
11 - (18+) Pembuktian
12 - Toko Pakaian Dalam
13 - Time for Sella
14 - (18+) Melamar
15 - Cemburu
16 - Tertindas
17 - (18+) Memergoki
18 - Jennifer Berulah
19 - Merubah Penampilan
20 - Menginap Sementara
21 - (18+) Salah Paham
22 - (18+) Dihasut
23 - Penolakan Sella
24 - Rencana Pernikahan
25 - Kejutan yang Buruk
26 - (18+) Sampai Pagi
27 - Saingan di Dapur
28 - (18+) Di Bawah Meja
29 - Sebuah Kabar
30 - (18+) Ibu Senang, Bayi pun Senang
31 - Racun
32 - High School Reunion
33 - Pisah Ranjang
34 - (18+) Menyewa Kamar Hotel
35 - Kemarahan Tavisha
36 - Kekejian Jennifer
37 - (18+) Rencana Liburan
38 - Honeymoon yang Tertunda
39 - (18+) Seranjang Bertiga
40 - (18+) Bukan Anakmu
41 - Keadaan Gawat
42 - Clovis Cullen
43 - Surprise
44 - Kemarahan Mario
45 - Kepergian Tavisha
46 - (18+) They're back
47 - (18+) Epilog
Extra Part (18+)

1 - Sang Petualang

28.4K 1.3K 167
By shantymilan

Diperlukan banyak pembuktian untuk membuatmu percaya kalau aku benar. Tunggu saja, bukti-bukti itu sedang aku kumpulkan.

***

Mario mendorong kepala wanita yang ada di antara kedua pahanya. Wajahnya terlihat tidak puas, sehingga tidak ada kata-kata terima kasih meski telah dibantu mencapai pelepasannya. Dia menarik relseliting celananya, lalu mengeluarkan sejumlah uang di dalam dompet.

"Thanks, Mario." Wanita itu menjilat bibirnya yang masih berbekas dan basah. Dia menatap Mario secara sensual, sambil menyunggingkan senyum menggoda.

"Pergi lah," suruh Mario datar.

Wanita itu mendesah, tubuhnya masih berbalut kostum sexy yang ternyata tidak berguna. Mario, sang petualang sex itu telah mengusirnya bahkan sebelum dia bermain. "Sepertinya kamu perlu ke dokter, Mario."

Mario mengepal kedua tangannya, itu jenis nasihat yang paling dia benci. "Jangan pernah men-dikte-ku tentang apa yang harus aku lakukan," desisnya marah.

"Aku hanya menasehati," balas wanita itu santai. Setelah memasang pakaiannya, dia pun melenggang dari kamar hotel itu. Sebelum benar-benar keluar, dia sempat berkata, "baru dua menit sudah ejakulasi."

Blam!

Pintu ditutup dari luar.

Mario meremas rambutnya. Dia merasa frustasi dengan keadaannya sendiri. Entah sudah berapa banyak wanita yang dia bayar untuk memberikannya kepuasan. Nyatanya, tidak ada yang berhasil.

Apakah ini penyakit?

Mario sudah mendatangi dokter mana saja di belahan dunia ini dan tidak ada yang bisa mengatasinya. Mereka bilang Mario tidak menderita penyakit apapun, dia sehat.

Tapi kenapa?

Kenapa kejantanannya hanya sanggup bertahan dua menit saja?

"Arrgghhh!"

Mario melepas pakaiannya dengan kasar, lalu setelah itu dia masuk ke kamar mandi dan berdiri di bawah shower. Dia menunduk ke bawah, hal yang menjadi kelemahannya itu sedang ikut mentertawakannya. Merasa kesal, Mario memainkan miliknya sendiri dengan kasar, berupaya membangunkannya.

Tidak berhasil.

Dadanya naik turun disulut emosi. Dia meninju keramik dinding dengan keras, menunduk pasrah.

Kamu suami yang baik, tapi tidak cukup pandai memuaskanku. Maaf aku pergi, Sella tidak kubawa, karena aku tahu dia lebih bahagia bersamamu.

Lupakan aku,
Jennifer.

Tiba-tiba isi di dalam surat yang Jennifer tinggalkan terdengar kembali di telinganya. Seperti mata pisau yang mengiris-iris sampai ke jantung.

Satu-satunya wanita yang Mario pikir bisa menerima dirinya apa-adanya, ternyata sama saja dengan wanita lainnya.

Setelah kepergian Jennifer, Mario baru mengetahui kalau ternyata wanita itu berselingkuh darinya sejak satu bulan setelah pernikahan mereka. Mario benar-benar merasa dikhianati, tapi tidak mampu berbuat apa-apa.

Bisikan lain mengatakan, Jennifer tidak salah. Wanita itu membutuhkan kepuasan, sementara dia tidak pernah satu kali pun memberikan itu lewat penyatuan mereka. Satu-satunya yang bisa Mario lakukan untuk Jennifer hanyalah memberikan apa saja yang diinginkannya.

***

"Papi!" Sella langsung berlari mendekati Mario yang baru saja pulang.

"Princess Papi, belum tidur?" Mario menggendong Sella penuh kasih sayang.

"Sella nungguin Papi," jawab Sella dengan senyum bahagia. "Kalau Papi sudah pulang, Sella baru bisa tidur."

"Kalau begitu, tidur sekarang. Papi akan bacakan cerita untukmu." Mario membawa Sella ke kamar gadis kecilnya itu.

Sella dibaringkan di ranjang, diselimuti hingga ke batas dada. Lalu Mario mengambil salah satu buku cerita di rak, membawanya duduk ke dekat Sella.

"Ini cerita Putri Salju dan Tujuh Kurcaci, kamu mau Papi bacakan, sayang?" tanya Mario.

"Sebenarnya dongeng itu sudah pernah Mami bacakan, tetapi tidak apa-apa. Mungkin saja Versi Papi lebih menarik." Sella sangat suka dibacakan cerita, biasanya Jennifer melakukan itu setiap malam. Tapi semenjak enam bulan belakangan ini, Mario menggantikan peran wanita itu.

"Baiklah, Papi akan bacakan." Mario mulai membaca bagian awalnya. Dia terlihat sangat mendalami peran. Setiap karakter tokoh akan dia perankan dengan cara yang berbeda. Intonasi suaranya juga berganti dari satu tokoh ke toko lainnya.

"... dikarenakan apel beracun itu, sang Putri Salju akhirnya tertidur." Mario menoleh pada Sella, putrinya itu telah lelap. Dia pun menutup buku cerita itu dan menatap Sella lekat. "Maafkan Papi, Sella."

Mario mencium kening Sella dengan lembut. Dia menaruh kembali buku itu ke tempat semula. Lalu mematikan lampu utama dan keluar dari kamar Sella.

"Maaf Tuan, apa Tuan mau makan? Biar saya panaskan makanannya," tanya Bik Parta, ART yang telah bekerja lama di rumah itu.

"Nggak perlu, Bik. Saya mau istirahat," jawab Mario seadanya.

"Baik, Tuan."

Mario pun masuk ke kamarnya.

Kamar yang gelap. Lampu yang tidak pernah dinyalakan. Kamar yang tidak pernah disentuh oleh siapa pun, karena Mario melarang orang lain masuk. Bahkan ART di rumahnya tidak dia izinkan untuk membersihkan kamar itu.

Kegelapan membuat Mario merasa lebih tenang, terutama bila sedang tidur sendirian.

Suhu pendingin ruangan menyergap kulit, Mario mengambil sebotol whiskey dan membawanya ke balkon. Dia duduk sembari menyulut rokok dan menenggak minumannya sedikit demi sedikit.

Selalu seperti ini, kenangannya bersama Jennifer selama delapan tahun menjalani rumah tangga akan berputar kembali di kepala. Momen di mana mereka tidak pernah terlihat ada masalah. Semua terasa baik-baik saja, terlebih Jennifer istri yang pandai membuat Mario terhibur.

***

"Selamat Pagi, Papi."

Mario tersenyum, lalu mencium pundak kepala Sella. "Papi harus segera pergi, kamu makan yang banyak agar tidak lapar di sekolah."

Bik Parta menoleh sedikit ke arah Mario, seperti ingin bilang sesuatu tapi diurungkan karena takut. Padahal dia sudah menyiapkan makanan, tapi tak pernah majikannya itu sentuh selama enam bulan terakhir ini.

"Bik, pastikan semua tetap berjaga di depan gerbang sekolah Sella. Jangan sampai ada yang lengah," ujar Mario memerintah.

"Akan saya sampaikan, Tuan."

Mario mengangguk. "Papi pergi duluan ya, sayang. Kamu ingat pesan papi?"

"Sella tidak boleh bertemu siapa pun di luar sekolah, sekali pun itu Mami." Sella mengingat pesan itu dengan baik, karena Mario selalu mengulanginya bila ada kesempatan.

"Good." Mario mencium puncak kepala Sella, kemudian melangkah lebar keluar dari rumah megah itu.

Mario hanya memiliki Sella, dia tidak ingin kehilangan satu-satunya hal berharga dalam hidupnya.

Mobil membawa Mario melesat menuju Perusahaanya, dia memang selalu datang lebih pagi. Mencari kesibukan adalah salah satu cara Mario melupakan rasa sakit. Meski sesaat.

CIIIIIITTTTT!

Tubuh Mario tersentak ke depan, nyaris mengenai kursi sang sopir.

"Ma-maaf Tuan, ada sepeda motor yang tiba-tiba menyeberang di depan mobil kita." Supir pribadi Mario itu terlihat takut, dia sangat tahu watak majikannya yang paling tidak menyukai kecerobohan.

Pemilik sepeda motor yang dimaksud nampaknya menyuarakan protes, dia seorang wanita. Wanita itu mengetuk kaca jendela supir, sambil berbicara tidak jelas.

"Ganti berapa saja yang dia mau, cepat selesaikan ini," suruh Mario.

"Baik, Pak." Dengan cepat supir itu keluar dari mobil dan mengajak wanita tadi lebih ke pinggir.

Waktu terus berjalan, Mario melirik arlojinya berulangkali. Entah apa yang dilakukan supirnya di luar sana sehingga sangat lama. Dia pun membuka tirai jendela dan menunduk sedikit untuk melihat keluar.

Deg!

Jantung Mario tiba-tiba saja berdebar. Aneh, ini tidak bisa dijelaskan penyebabnya. Dia menatap terpaku pada sosok wanita yang terlihat sedang mengomel di luar sana. Sambil bibirnya tak berhenti bergerak, tangannya juga ikut menyertai ekspresi serius dan marah itu.

Mario membuka pintu mobilnya, lalu turun. Wanita yang tadi mengomel, menoleh ke arah nya, tapi hanya beberapa detik, kemudian kembali mengomel.

Dia bahkan tidak melihatku lebih dari lima detik.

"Ada apa Pak Bagas?" tanya Mario, tapi matanya mengarah pada wanita itu.

"Begini Pak, Ibu ini meminta tanggung jawab secara berlebihan. Dia bilang motornya jadi mogok gara-gara saya tabrak dan meminta untuk membawa motornya ke bengkel, lalu mengantarnya ke suatu tempat."

"Bapak bilang berlebihan? Lihat dong, motor saya benar-benar rusak." Wanita itu menjulurkan tangan pada sebuah motor matic yang di bagian belakangnya terdapat semacam kotak hitam berukuran besar, sepertinya tempat untuk menyimpan barang. Di badan kotak itu tertempel tulisan, T-laundry.

"Bu, ini jelas-jelas Ibu yang tiba-tiba melintas dan membuat saya kesulitan mengelak." Pak Bagas membela diri.

"Pak, kalau Bapak bawa mobilnya pelan, kecelakaan ini tidak akan terjadi. Bapak bayangkan dong berapa banyak kerugian saya gara-gara ini? Time is money, Pak!"

Tanpa sadar Mario tersenyum tipis.

"Begini Bu ..."

"Pak Bagas, turuti saja. Telepon bengkel langganan kita dan suruh mereka bawa motor ini untuk diperbaiki." Mario menyela. "Memangnya kamu minta diantar ke mana?" tanyanya pada wanita itu.

"Saya harus mengantar lima cucian milik pelanggan," jawab wanita itu.

"Baiklah, akan saya antar." Mario mempersilakan wanita itu masuk ke dalam mobil.

"Terus motor saya? Nanti hilang dong kalau ditinggal gitu aja. Orang bengkel masih lama?" Wanita itu malah sibuk memikirkan motor butut yang akan ditinggalkan di trotoar itu.

Memangnya ada yang mau ambil? "Ehm, Pak Bagas, Bapak sebaiknya tetap di sini menunggu orang bengkel ambil motor itu," perintahnya.

"Tapi, Pak?"

"Apa saya yang harus menunggu?" tanya Mario spontan.

Pak Batas sontak menunduk dan mundur dengan tangan di depan tubuh, pertanda dia akan mengikuti perintah Mario.

"Silakan Nona, time is money." Mario mengulurkan tangan kembali.

Wanita itu membuka kotak hitam di belakang motor dan mengeluarkan lima bungkusan berisi pakaian. Aroma khas laundry kiloan pun tercium sangat menyengat. Tanpa meminta izin, dia memasukkan benda-benda itu ke kursi belakang.

Mario pikir hanya barangnya yang akan dimasukkan, tetapi ternyata wanita itu juga masuk dan duduk bak seorang ratu.

Dia menganggapku supir? Mario tidak percaya seorang CEO dari perusahaan besar diperlakukan seperti ini oleh wanita tidak dikenal. Tapi anehnya, dia malah menurut saja.

"Ke mana dulu kita, Nona?" tanya Mario setelah mobil dia jalankan.

Wanita itu menyebutkan alamat pertama yang ingin dia datangi. Secara lengkap, beserta nama pemilik rumah itu.

Mario tidak banyak bicara, hanya saja matanya terus mengawasi wanita itu lewat kaca spion. Paras ayu wanita itu membuatnya tertarik, ditambah lagi ...

Ah, shit!

Mario mulai gelisah saat tiba-tiba bagian bawah tubuhnya tegang. Celana bahan yang dia pakai cukup sempit, sehingga kejantanannya tidak leluasa. Ini disebabkan karena wanita di belakangnya ini duduk sembarangan, memamerkan yang tidak seharusnya dari rok pendek itu.

Double shit!

Damn it!

***

Continue Reading

You'll Also Like

790K 23.3K 27
Sebagian part sudah unpublished. Cerita ini sudah tersedia dalam bentuk novel dan e-book. Jun30,2015 ©
29.5K 1.8K 13
annyeong haseyo❤ ini adalah cerita pertama saya, karena saya suka bumsso jadi saya buat karakter ceritanya bummsso... langsung saja.. Disini ceritan...
14K 588 51
"I'm glad we met that day," "If we didnt, I don't know what would happen to the future us," "Sonwoo is the starter," "Seyoon is the finisher." "I l...
288K 2.3K 5
Menikah di usia 17 tahun? Bukan masalah bagi Carina. apalagi suaminya adalah mantan artis yang sangat tampan dan kaya raya. namun apa jadinya kalau p...