Long Distance Relationship

By Windystory11

8.2K 761 541

Bukan kah suatu hubungan dilandasi kepercayaan. Atau itu hanya sebuah ucapan yang tiada arti. Bahkan jarak ya... More

Prakata✨
Prolog✨
LDR 01✨
LDR 02✨
LDR 03✨
LDR 04✨
LDR 05✨
LDR 06✨
LDR 07✨
LDR 08✨
LDR 09✨
LDR 10✨
LDR 11✨
LDR 12✨
LDR 13✨
LDR 14✨
LDR 15✨
LDR 16✨
LDR 17✨
LDR 18✨
LDR 19✨
LDR 20✨
LDR 21✨
LDR 22✨
LDR 23✨
LDR 24✨
LDR 25✨
LDR 26✨
LDR 27✨
Epilog✨
Cerita baru
Hallo, apa kabar semua?✨
Extra part 1✨

LDR 28✨

213 14 9
By Windystory11

Happy reading ❤️

"Ini awal dari kisah kita yang sesungguhnya, kau sanggup menghadapinya?"

Farhan semakin bingung dengan keadaan yang bahkan ia sendiri gak tau harus bagaimana. Tadinya ia ingin berangkat sekarang juga ke Indonesia. Tapi postingan Reina membuat dirinya kembali ragu. Apa gadis itu sudah menemukan tambatan hati yang baru?

Padahal niatnya ingin memperbaiki hubungan mereka yang kandas ini. Farhan terus menatap ponselnya dengan sendu. Ia berharap bisa menemukan identitas pria tersebut. Namun sayang, Reina bahkan tidak menandai pria tersebut pada postingan itu.

Sebuah notifikasi muncul, nama Kesya tertera disana. Farhan langsung membukanya.

Kesya
Han, makasih banyak buat semua.
Makasih, lo udah ngasih gue kenangan manis selama di London.
Doa 'kan gue, ya.
Semoga Angga bisa dengarin penjelasan gue.

Farhan ikut perihatin dengan Kesya. Pasti ia bersedih karena hubungannya dengan Angga yang mulai renggang.

Me
Apa perlu gue ngomong sama dia?

Kesya
Gak perlu, Han.
Seperti yang lo bilang, kalau jodoh pasti bersatu hehe

Me
Wkwkw, lo kalau ada apa-apa bicara aja sama gue.
Jangan pernah sungkan.
Lo udah gue anggap sodara gue.

Kesya
Terimakasih banyak Faan.

Me
Cuma Reina yang boleh manggil gue Faan!

Kesya
Bucin abis lo

Baru saja Farhan hendak mau membalas pesan dari Kesya. Namun pesan dan panggilan dari Indah masuk secara beruntun yang membuat Farhan mengalihkan room chat.

Kuskus
P
P
P
P
Bangke
Farhannnn
Parah lo
📞2 panggilan tak terjawab
Bangsul
Gak usah sok sibuk lo
Jingannn lah
Kalau dalam waktu tiga jam lo gak sampai di Indonesia, lo bakal nyesel.

Farhan mnegerutkan keningnya heran pada pesan terakhir Indah. Emangnya ada apa dengan tiga jam itu? Tanyanya sendiri.

Farhan langsung menghubungi nomor Indah. Dan sialnya nomor gadis itu tidak aktif.

Farhan menatap jam dinding kamarnya. Ini masih pagi, waktu menunjukkan pukul delapan. Berarti di Indonesia pukul dua siang. Dan tiga jam dari jam delapan itu jam sebelas. Itu artinya di Indonesia pukul lima sore.

Farhan pun bergegas menghubungi orang kepercayaannya untuk memesankan tiket pesawat sekarang juga.

Beberapa menit kemudian ia menerima pesan bahwa ia akan berangkat dalam waktu kurang satu jam.

Farhan mengetok pintu kamar orang tuanya. Kila keluar disusul suaminya.

"Ada apa, Han?" tanya Kila sembari menyisir rambutnya.

"Farhan boleh ke Indonesia, Bun Pa?" izin Farhan.

"Silahkan, jangan lupa minggu depan kamu bakal pindah ke Jerman!" ingatkan Andi.

"Iya, pa. Farhan juga mau pamit sama Reina."

"Jam berapa kamu berangkat, sayang?" tanya Kila.

"Ini Farhan mau siap-siap, Bun. Setengah jam lagi waktu keberangkatan Farhan," ucapnya sembari melirik jam ditangannya.

"Yaudah, hati-hati kamu!"

Farhan mengangguk, ia pun lantas menyalami tangan orang tuanya.

"Farhan pergi, pa bun," pamit Farhan.

Farhan memasuki mobil yang sudah ada diparkiran. Selama perjalanan Farhan masih memikirkan hal yang terjadi di Indonesia. Apa maksud dari pesan sepupunya itu.

Tak terasa ia tiba dibandara. Farhan langsung memasuki area tempat tunggu untuk menunggu keberangkatannya sekitar sepuluh menit lagi.

***

Selepas dari acara prom night itu. Reina bersama Adit pulang, sesampainya mereka dirumah Reina terkejut melihat kehadiran orang tuanya. Mereka pulang dikarenakan mendengar kabar bahwa Reina akan mengurus perusahaan yang ada di London.

Setelah perbincangan yang sempat memicu perdebatan pun akhirnya memilih jalan keluar. Iya, awalnya Nesa selaku mama Reina tak mengizinkan putrinya untuk mengurus perusahaan yang terbilang besar. Nesa khawatir jika putrinya akan stres mikirin perusahaan itu nantinya.

Namun, Adit menegaskan pada mamanya bahwa ia akan membantu adiknya disana. Dan, soal usahanya di Bali ia bisa serahkan pada temannya.

Dan Reina memutuskan untuk berangkat sore ini. Reina pikir lebih cepat lebih baik. Reina pun menyusun beberapa pakaian yang akan ia bawa. Hanya beberapa, karena ia akan membeli baju disana. Alasannya agar ketika ia balik ke Indonesia ia tak perlu membawa baju lagi.

Indah masuk kedalam kamar Reina tanpa mengetuknya terlebih dahulu. "Ehhh sahabat gue mau berangkat nih," goda Reina.

Tangan Indah membantu Reina menyusun pakaiannya. "Sorry, ya Rei. Gue gak bisa nemenin lo di London," ucap Indah sedih.

"Gak papa kok. Lo sama yang lainnya jadi satu kampus?" tanya Reina setelah ia mengetahui bahwa Claudia juga mau satu kampus dengan Jesi dan Aulia.

"Yups, kita berempat satu kampus. Dan kita juga udah janji kalau libur semester mau ke London. Jadi lo harus siapkan kita penyambutan yang istimewa," ucapnya dengan mata yang berbinar.

"Datang aja belum, kalau udah datang mau kemana aja kita jabani!"

Mereka pun lantas tertawa bersama. Hingga indah mengingat suatu hal.

"Oowh iya, Farhan gimana?"

Reina langsung menghentikan tawanya. Reina masih ingat pesan yang Farhan kirim padanya, dan Reina baru membacanya tadi malam sepulang dari acara.

Reina kembali bersedih dengan keadaan yang akan ia lewati. Reina mencoba ikhlas, setidaknya ia harus melepaskan Farhan.

"Rei!"

Reina langsung tersadar dari lamunannya. Ia menatap Indah dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Indah yang peka pun langsung memeluk tubuh Reina, menyalurkan kekuatan bagi sahabatnya ini.

"Gue benci sama situasi ini, Ndah. Kenapa gue diberi ujian seberat ini? Apa enggak bisa gue bahagia untuk selamanya? Takdir gue kejam banget, ya?!" ucap Reina ngawur.

Reina masih senggugukan ditempatnya. Sementara Farhan yang mendengarkan itu lewat panggilan di ponsel Indah pun menahan sesak di dadanya.

Setengah jam yang lalu ia tiba di Indonesia, dan keberangkatan Reina diundur hingga malam. Farhan bersyukur ia masih bisa mendengar suara mantan kekasihnya. Indah langsung menjelaskan semuanya ketika Farhan meminta penjelasan.

Saat ini Farhan tengah berada di hotel. Rencananya malam ini ia akan mendatangi rumah Reina untuk memperbaiki hubungan mereka.

"Mereka udah tunangan, ya?"

Tanya seseorang yang Farhan ketahui suara Reina. Farhan menggeleng kuat.

"Gue harus berangkat sekarang," ucapnya kemudian pergi bergegas menuju rumah Reina.

Farhan mematikan panggilan tersebut tanpa mendengarkan selanjutnya.

***

Seorang gadis tengah menangis senggugukan didepan makam seseorang. Tangannya bergerak membersihkan makam tersebut dari beberapa rumput yang ada.

"Aku sombong banget 'kan sama kamu? Kemari kalau lagi ada masalah aja," ucap orang itu monolog.

"Lang, hari ini Reina bakal pergi ke London. Gak tau bakal bisa mampir kesini kapan. Kalau Reina jarang kesini, maafin Reina, ya!" pintanya, seolah orang tersebut berada didepannya.

"Andai aja Gilang masih disini, pasti Reina bakal senang banget. Reina benar-benar kangen sama Gilang." Reina mulai menangis ditempatnya.

"Gue cengeng banget 'kan?"

Reina masih asik berceloteh dengan mantan pacarnya itu.

Sementara dilain sisi, Farhan tengah berusaha untuk memanggil nama Reina.

"Rei, kasih gue kesempatan sekali lagi. Gue bisa jelasin semuanya ke lo! Perjodohan itu udah batal!" Farhan teriak dari depan pagar rumah Reina.

Indah yang menyaksikan itu hanya diam sambil sesekali ia tertawa. Adit yang baru turun dari kamarnya langsung mengerutkan keningnya melihat tingkah sahabat adiknya.

"Lo ngapain di situ?" selidik Adit.

Indah langsung menutup mulut Adit dengan tangannya. Adit menatap wajah Indah dengan kagum. Seketika ia tersadar dan langsung menepis tangan Indah secara halus.

"Di depan ada Farhan, dia manggil Reina dari tadi. Gue mau ngerjain dia. Dasar bego tuh anak, hahaha," tawa Indah pecah langsung.

Lagi. Adit menatap tawa Indah yang menurutnya manis itu.

Farhan terduduk di depan pagar rumah Reina. Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Reina. Namun nomor gadis itu tak aktif. Hingga tak lama Farhan mengalihkan perhatiannya dari ponsel tersebut kala sebuah taxi berhenti tepat didepannya. Tak lama seorang cewek keluar dari taxi tersebut.

Farhan menatap orang tersebut heran. Lain dengan Farhan, Reina sendiri mematung ditempatnya. Ia bingung harus bagaimana saat ini, hatinya menginginkan pelukan orang tersebut. Namun otaknya memaksa untuk menjauh.

Reina pun akhirnya melawati Farhan begitu saja. Namun dengan gesit tangannya langsung dicekal oleh Farhan.

"Do you miss me?" tanya Farhan seperti pesannya tempo hari.

Reina memberanikan diri menatap mata Farhan. "Ada apa?"

"Bukan itu yang aku harapkan. Apa enggak ada pelukan lagi?" tanya Farhan dengan senyum masam.

Adit keluar dari tempatnya ketika melihat Reina didepan. Ia ingin adiknya menjelaskan semuanya dengan baik. Mereka sudah sama-sama dewasa, apapun itu harus diselesaikan.

"Masuk dulu!" titah Adit pada Reina dan Farhan.

Mereka pun masuk, Adit langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa mau ke London?" tanya Farhan untuk memulai pembicaraan mereka setelah diam beberapa saat.

"Mau ngurusin perusahaan papa," jawab Reina tanpa melihat Farhan.

"Tatap mata aku," ucapnya lembut.

Reina pun menatap mata Farhan. Reina bisa melihat mata yang memancarkan putus asa itu. Reina semakin tak tega melihatnya.

"Apa kita gak bisa balikan seperti semula?"

Reina menggeleng lemah. "Aku gak mau nyakitin perasaan keluarga kamu, juga Kesya. Aku gak mau egois, mungkin kita memang bukan jodoh," Reina langsung menangis senggugukan.

Farhan pindah dari tempat duduknya, mendekati Reina dan merengkuh tubuh mungil orang yang ia cintai.

"Semuanya udah selesai, gak ada perjodohan lagi. Semuanya batal, dan itu bukan karena kamu. Sayang, lihat aku!" Reina langsung melihat Farhan dengan mata yang bengkak.

"Papa udah bicara sama keluarga Kesya. Mereka gak keberatan sama keputusan ini, perusahaan papa juga udah baik-baik saja. Apa yang masih kamu takutkan?" tanyanya Farhan. Ia sengaja menundukkan kepalanya agar sejajar dengan Reina. Farhan mengecup kening itu sekilas. Reina yang diperlakukan seperti itu pun tersipu malu.

"Gak ada lagi," Reina tersipu malu dan menyembungikan kepalanya didada Farhan.

"Pipinya kenapa, tuh?" goda Farhan.

Reina langsung menjauhkan tubuhnya dari Farhan secara kasar. "Apaan sih!" ketus Reina.

"Iya, iya maaf. Sini peluk lagi! Kangen banget sama kamu," Reina langsung menubruk tubuh Farhan.

"Kangen kamu," aku Reina. Seketika ia ingat sesuatu. "Kamu berapa hari di sini?"

"Gak tau, kenapa?" tanya Farhan heran.

"Malam ini aku berangkat ke London," jawab Reina. "Gimana kalau kita pergi bareng? Dan aku senang karena kita udah gak ldr lagi," ucap Reina antusias.

Farhan mengelus rambut Reina dengan sayang. "Minggu depan aku berangkat ke Jerman. Kita bakal tetap ldr, Rei."

"Kita LDR lagi, ya?"

"Nanti aku bakal sering ngunjungi kamu kok. Kamu tenang aja, ya."

"Bohong, kemarin juga kamu janji mau datang liburan semester. Aku tungguin ternyata kamu gak ada kabar, apaan gitu! Mending gak usah janji deh!"

"Iya sayang, Faan gak akan janji lagi. Faan akan buktikan lewat tindakan!" ucap Farhan kemudian memeluk Reina kembali.


End

Hei, terima kasih udah bertahan membaca sejauh ini. Semoga kalian tetap sehat di tengah-tengah pendemi ini, ya.

Sampai jumpa di epilog nanti malam. Aku ngetik ini tiga jam hahah, seharusnya bisa kelar lebih cepat. Part terpanjang yang aku ketik hehe

Dua jam waktu buat epilog bisalah, ya?
Bayyyy

Windystory11



Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 125K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
61.2K 1.5K 81
Antologi puisi. Tentang rasa yang tak terkata. Dengan sepatah kata aku berbahasa Mengenai secuil kata hati Dan mengenai sepotong manah Yang tak terku...
53.6K 1.2K 15
Kumpulan puisi dari drama A Poem A Day yang aku suka (FAVORITE) beserta hangul. My favorites poem in drama A Poem A Day With hangul 🌸
1M 214K 47
STORY 16 Sudah jatuh, tertimpa buah durian juga, mungkin itu pepatah yang tepat untuk Gaudi. Tepat dimalam ulang tahunnya yang ke-30 tahun, ia bukan...