Limerence

By DyahUtami

562K 44.7K 3.4K

A wattpad dark romance story DON'T PLAGIARISM! I DON'T HAVE ANY RESPECT FOR SOMEONE WHO COPY MY WORK! Book 3... More

Copyright
Author Note
Basic Information
The Characters 1
The Characters 2
Prologue
BAB 1. Lucifer Club
BAB 2. Pertemuan Tak Terduga
BAB 3. Tangisan dan Trauma
BAB 4. The Deadly Don
BAB 5. Forced Marriage
BAB 6. Welcome to Italy
BAB 7. L'oscurità
BAB 9. Queen & Slave
Bab 10. Private Island
Bab 11. The Calm Lion
BAB 12. Gambino Family Donna
BAB 13. The Light Punishment
BAB 14. Tears of despair
BAB 15. Running Away
BAB 16. Airport
BAB 17. The Real Punishment
BAB 18. Pilihan
BAB 19. Kekalahan
BAB 20. Guilt and Sadness
Bab 21. The Great Black Dane
BAB 22. Porcelain Doll
BAB 23. The Mafia Elite Ball
BAB 24. The Jealousy
BAB 25. The Psychopath
BAB 26. Love and Obsession
BAB 27. My Bambolina...
BAB 28. Dying
BAB 29. Light in Darkness
BAB 30. Freedom
EPILOGUE
Extra Chapter - Choice
SEQUEL
New Journey

BAB 8. Puttana

12.9K 1.1K 56
By DyahUtami

UPDATE DI DINI HARI!!!

mafkan daku guys karena update di waktu2 kyk gini, tapi bersyukurlah kalian yang begadang wkwk

Ceritanya aku banyak godaan kalo mau update dan kali ini godaanku adalah nonton filmnya Kim Soo Hyun yang judulnya Real. Salahkan TikTok yang memunculkan cuplikan film ini.

Dan pas selesai nonton. Aku bingung luar biasa. Ga ngerti sama sekali alur ceritanya. Endingnya juga gada penjelasan, bikin diriku kesal. Dua jam lebih guys!

Bagi kalian yg udh nonton film Real, dan ngerti jalan ceritanya. Kasih tau dong. Aku bener2 bingung, apa emang otak aku aja ya yg ga kesampean?

Oke deh langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx

⚠️Warning! Ada Adegan pembunuhan mengerikan di chapter ini, bagi yang belum cukup harap mundur ⚠️


Danielle merinding dan secara reflex berlindung di balik tubuh Luciano. Kedua tangannya secara otomatis menggenggam erat jas pria itu dengan begitu erat. Seluruh bulu kuduknya meremang dan Danielle merasakan kakinya bergetar. Apalagi dengan kakinya yang terluka harus dipaksa menggunakan heels. Ia ingin sekali bertanya arti dari kalimat yang pria itu ucapkan. Apa yang pria itu katakan hingga semua pria menyeramkan di dalam ruangan ini menatapnya bagaikan daging segar?

Luciano mendengus pelan dan melepaskan genggaman dari wanita yang sedang berlindung padanya. Ia memberikan tanda pada Ivan, yang sudah terlebih dahulu tiba di ruangan ini. Luciano berbalik dan mencengkram lengan Danielle, menarik tubuh wanita itu hingga begitu dekat dan berbisik di telinganya. "Behave." Kemudian memberikan kecupan kecil di pipi dan bibir Danielle.

Luciano melepaskan Danielle dan memberikan anggukan singkat pada Ivan. Tanpa bertanya dua kali, Ivan langsung meraih Danielle dan membawa wanita itu keluar ruangan. Mereka kembali berjalan menyusuri lorong hingga sampai pada sebuah pintu yang sepertinya tertutup rapat. Ivan meletakkan telapak tangannya di mesin pemindai dan Danielle terkesiap ketika pintu di depannya bergerak dan yang terlihat dibaliknya bukan merupakan sebuah area duduk, melainkan sebuah kamar. Ivan mendorong pelan tubuh Danielle, memberikan perintah pada wanita itu untuk masuk, lalu setelah Danielle berada di dalam ruangan, Ivan kembali menutup pintu dan memastikan pintu tersebut terkunci rapat.

Danielle menarik napas dan menatap pintu sekilas sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada kamar yang Ia masuki. Ia merasa seperti berada di hotel bintang lima. Dengan desain dan semua furnitur yang ada di dalam ruangan ini. Ia semakin berjalan ke dalam dan langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sesuatu yang janggal. Jantungnya berdegup cepat dan perlahan kakinya mendekati satu titik yang menarik perhatiannya.

Seluruh tubuhnya bergetar dan napasnya terasa sesak. Wajahnya memucat dan rasanya Ia ingin sekali lari dari tempat ini. Danielle mencoba menenangkan emosinya yang campur aduk, namun itu begitu sulit ketika melihat apa yang ada di depannya. Danielle meneguk ludahnya dan perlahan merentangkan tangan. Perlahan jemarinya menyentuh kaca yang memisahkan dirinya dari objek yang ada di depannya.

Danielle tidak akan merasa takut jika yang Ia lihat adalah pisau atau pistol. Mungkin hal itu adalah hal lumrah bagi seorang pria seperti Luciano, namun yang Ia lihat saat ini sungguhlah berbeda. Di balik kaca yang ada di depannya, adalah sebuah lemari penyimpanan dan di dalam lemari penyimpanan tersebut, berbagai macam seperti torture device terpajang dengan rapih. Danielle merinding membayangkan jika salah satu alat itu menyentuh tubuhnya.

Danielle merasakan tubuhnya semakin gemetar. Apakah pria itu akan menghukumnya dengan benda-benda itu? Seketika matanya terasa panas dan tidak terasa satu persatu air mata mulai menetes. Apa pria yang sekarang sudah menjadi suaminya adalah seorang psikopat? Seharusnya Ia tidak terkejut karena pria itu sama sekali tidak merasa bersalah ketika menyakiti dirinya, namun Danielle tidak tahu seberapa sadis pria itu.

Rasanya Ia ingin meringkuk di sudut ruangan, namun ini adalah ruangan yang begitu asing baginya dan Danielle sama sekali tidak merasa aman di dalam ruangan ini.

Tiba-tiba tubuhnya menegang ketika mendengar suara mesin pemindai dari luar dan tidak beberapa lama kemudian pintu terbuka. Ia membeku di tempat ketika mendengar suara langkah kaki yang berat penuh intimidasi mendekatinya, lalu Ia merasakan jantungnya berhenti berdetak ketika tubuhnya di peluk dari belakang. Dari aroma parfum serta maskulin yang melingkupinya bagai kepompong, Danielle sudah tahu siapa yang memeluknya.

"Hebat bukan? Semua koleksi mainanku." Satu isakan lolos dari bibir Danielle. Tubuhnya bagaikan patung. Sama sekali tidak bergerak, apalagi ketika pria itu meletakkan dagunya di bahu Danielle. "Aku sering memainkan mainanku itu di ruangan ini." Danielle kembali terisak. "Rasanya begitu menyenangkan. Melihat darah mengalir dengan deras dari orang-orang yang telah mengkhianatiku. Kau mau tahu satu hal bambolina? Setiap orang yang masuk ke dalam ruangan ini, maka mereka keluar dari sini sudah berupa mayat yang tidak berguna."

Danielle menggigit bibir bawahnya menahan teriakan yang sudah ada di tenggorokannya. "Tapi tenang saja, kau adalah pengecualian sayang. Kau, adalah istriku. Kau memiliki tempat istimewa. Tempatmu bukan disini." Luciano memberikan kecupan di ceruk leher Danielle, tepat dimana arteri wanita itu.

Danielle berdehem pelan. Ia berusaha mengatur ketakutannya dari monster yang sedang memeluknya. "Ka...kau..." Ia merutuki diri sendiri karena tidak mampu merangkai kata. Suaranya bergetar karena ketakutan yang begitu besar. Danielle merasakan satu tangan pria itu meraih tangannya, memainkan cincin emas bertatahkan berlian yang melingkar manis di jari Danielle. Cincin yang menandakan bahwa belum lama ini mereka berdiri di altar dan mengucap janji suci. Walaupun Danielle berada dibawah keterpaksaan, namun tetap saja Ia mengucap janji setianya pada monster yang juga merupakan suaminya. "Apa yang kau... katakan pada mereka?" Tanya Danielle. Setidaknya Ia bisa menyelesaikan kalimatnya walaupun masih bergetar.

Luciano menyeringai. Tangannya yang semula memainkan cincin Danielle, perlahan bergerak mengusap perut wanita itu sebelum merayap turun dan berhenti tepat di paha Danielle, tempat dimana lukanya berada. "Hmm... kau mau tahu?" Tanya Luciano dengan tenang. Danielle mengangguk singkat. "Kenapa?"

"Karena mereka menatapku dengan tatapan yang membuatku risih," gumam Danielle pelan. Lebih baik Ia berkata jujur, karena Ia sendiri tidak bisa memprediksi emosi Luciano. Bagaimana jika pria itu menyakitinya karena Ia berbohong? Ia tidak membutuhkan kekerasan saat ini, tubuhnya masih dalam proses pemulihan. "Mereka membuatku tidak nyaman."

"Tatapan seperti apa?" Tanya Luciano sekali lagi.

Danielle kembali meneguk ludahnya. "Tatapan seperti... aku adalah seorang... pelacur..." gumam Danielle dengan begitu pelan, hingga terdengar seperti sebuah bisikan.

Luciano menyeringai. Ia menjauhkan diri Danielle dan berjalan memutari wanita itu. Danielle bergidik karena seringai itu merupakan pertanda buruk baginya. Danielle menunduk dan mencengkram dressnya dengan begitu kuat. Lalu teriakan lolos begitu saja dari bibir Danielle ketika rambutnya dijambak dan ditarik dengan begitu kencang hingga tubuhnya melengkung. Rasanya begitu menyakitkan dan Ia juga merasa seperti seluruh helai rambutnya akan lepas dari kulit kepalanya. Danielle menangis histeris dan kedua tangan mungilnya mencengkram tangan Luciano yang menjambaknya keras.

Luciano mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling bersentuhan. Manik abunya menatap Danielle dengan tatapan yang begitu menakutkan. Danielle ingin sekali berlari sejauh mungkin dari monster yang ada di dekatnya, namun Ia sendiri telah terbelenggu oleh monster itu dan hanya kematian yang dapat membebaskannya. "Lu...cia...no..." erang Danielle di sela isak tangisnya.

"Kau mau tahu apa yang aku katakan pada mereka hmm?" Luciano mendesis tajam. Satu tangannya yang bebas meremas bokong Danielle dengan begitu kasar hingga Danielle mengeluarkan pekikan. Kemudian pria itu menaikkan dress Danielle dan merobek pakaian dalam Danielle, membuat wanita itu tidak berdaya. "Aku mengatakan pada mereka, kalau kau adalah pelacurku. La mia piccola puttana." Luciano mendesis di wajah Danielle dengan nada tajam nan mematikan. [My little whore/pelacur kecilku]

Danielle terisak dan meronta, berusaha melepaskan tangan kasar Luciano dari rambutnya, namun yang Ia dapatkan adalah tamparan di pipi dan tubuhnya di lempar dengan begitu keras ke lantai hingga kepala Danielle terantuk lantai. Ia meringis dan menangis. Tubuhnya gemetar penuh teror. "Aku tidak salah bukan? Kau sengaja untuk menggoda mereka dengan pakaianmu itu?"

Danielle menggeleng cepat. "Kau... kau yang memilihnya untukku... aku..."

"Kau benar." Luciano menyetujui ucapan Danielle. Pria itu terdiam sebentar dan tiba-tiba seringai kembali muncul di bibirnya. Matanya menatap Danielle dengan misterius, lalu dengan sekali gerakan, Ia meraih lengan Danielle dan menarik wanita itu agar berdiri. "Aku harus segera menyelesaikan pertemuanku, jadi bersikaplah sebagai pelacur yang baik sampai aku mendapatkan apa yang kuinginkan."

"Apa maksudmu?" Danielle tidak tahu rencana apa yang ada di dalam otak monster ini.

Luciano tersenyum dan melepaskan tangannya, kemudian dengan lembut merapikan penampilan Danielle yang berantakan. Beruntung Danielle menggunakan makeup tahan air hingga seluruh makeupnya tidak luntur walaupun Ia menangis. "Turuti saja perintahku." Lalu Luciano meraih tangan Danielle dan menarik wanita itu agar berjalan mengikutinya.

Danielle tidak tahu apa yang akan dihadapinya saat mereka kembali ke tempat sialan itu, tapi satu hal yang pasti, Ia harus menyiapkan mental dan batin yang kuat untuk bertahan.

Danielle ingin sekali menangis lagi. Air mata sudah berkumpul di sudut matanya dan siap untuk jatuh kapan saja. Tangannya saling bertaut dengan erat, tubuhnya gemetar ketakutan dan kepalanya tertunduk dalam. Rahangnya mengeras menahan teriakan yang sekali lagi mengganjal di tenggorokannya.

Saat ini Ia sedang berada di tempat dimana Luciano sedang melakukan bisnis ilegalnya. Semua berjalan dengan lancar dan Danielle mulai rileks duduk di samping Luciano, ketika salah satu partner bisnis Luciano membisikkan sesuatu di telinga pria itu.

Danielle semula tidak curiga apapun, namun ketika Luciano melirik ke arahnya dan menganggukkan kepala, saat itulah Danielle akan kembali di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Benar saja setelah percakapan pelan kedua pria itu, Luciano memerintahkan Danielle untuk berpindah tempat. Tepat di sebelah pria yang berbicara pelan dengan Luciano.

Ketika Danielle pindah dan pria itu memperkenalkan dirinya dengan nama Kazimir, saat itulah nasib Danielle sudah ditentukan. Kazimir adalah anggota dari Mafia Rusia. Pria itu sepertinya merupakan perwakilan dari kelompok Rusia untuk menemui Luciano. Kazimir memiliki postur besar dan tinggi. Tubuhnya dipenuhi otot dan juga tato, rahangnya diumbuhi jambang yang cukup tebal, namun itu semua membuat Kazimir menjadi pria yang menarik. Banyak wanita penghibur yang datang dan mencoba menarik perhatian pria itu, namun sepertinya perhatian itu mengarah pada Danielle.

Danielle semakim menundukkan kepalanya ketika tangan Kazimir mulai membelai tubuhnya dengan menggoda. Sudah tiga puluh menit lamanya Ia duduk di samping Kazimir dengan begitu dekat. Danielle berharap Luciano dan Kazimir dapat menyepakati apapun bisnis mereka sekarang juga. Danielle ingin kembali ke kastil dan membersihkan tubuhnya yang kotor oleh sentuhan pria asing.

Danielle mendongak dan mencoba untuk memberikan tatapan memohon pada Luciano, namun semua itu hilang begitu saja saat melihat seorang wanita penghibur atau pelacur---Danielle tidak peduli---sedang duduk di pangkuan Luciano, menyuapi Luciano dengan makanan ringan dan memberikan kecupan-kecupan menggoda di seputar leher pria itu. Danielle menggertakkan giginya dan kembali menunduk. Ia tidak mau melihat pemandangan menjijikkan itu. Bagi Danielle, jika Luciano bercinta dengan wanita itu ataupun wanita lain sekalipun, sama sekali tidak masalah untuk Danielle. Baginya itu merupakan pertolongan, namun yang membuat hatinya mendidih adalah ekspresi Luciano. Luciano sengaja menempatkan wanita itu di pangkuannya. Apa tujuannya juga Danielle tidak tahu. Itu terbukti dari manik abu Luciano yang terus mengarah padanya bagaikan elang dan juga seringai kecil yang tidak luntur dari wajahnya.

Kazimir bergerak dan membisikkan sesuatu di telinga Danielle, namun Danielle tidak menggubris. Pikirannya dipenuhi oleh berbagai macan skenario terburuk yang akan terjadi setelah semua ini selesai. "Jadi Kazimir, bagaimana? Apa kau setuju?" Tanya Luciano santai.

"Boss pasti menyetujui kesepakatan ini. Profit yang akan kita dapatkan saling menguntungkan dan kau juga menjanjikan proteksi pada barang kami yang nantinya memasuki wilayah Italia. Namun aku mau menandatanganinya dengan satu syarat."

"Apa itu?"

"Biarkan pelacurmu, menemaniku malam ini. Melayaniku hingga pagi. Maka aku akan menandatangani kesepakatan kita."

Tanpa berpikir dua kali Luciano langsung menjawab, "deal." Dan setelah itu senyum penuh kemenangan memenuhi wajah Kazimir. Ekspresi Luciano tetap tenang dan datar. Mereka sama-sama menandatangani kesepakatan dan saling berjabat tangan. Danielle tidak tahu apakah harus marah atau sedih karena pria yang menjadi suaminya, dengan mudah menjual dirinya pada pria asing. Bukankah pria itu tidak mau ada pria lain yang menyentuh dirinya?

Danielle membeku ketika tangan kekar Kazimir melingkari tubuhnya dan satu tangannya yang lain bergerak meremas buah dadanya dengan sensual. Danielle mendengar Kazimir mengerang dan berbisik senang karena tubuh Danielle yang menurut pria itu begitu sempurna.

Luciano berdehem dan mengusir wanita yang sedari tadi menempel padanya. Kemudian Ia merapikan jasnya dan menatap Kazimir yang sedang memperhatikannya. "Kazimir, bagaimana jika aku tunjukkan ruangan privat padamu? Kau bisa menggunakan ruangan itu semalaman penuh bersama dengan pelacurku. Aku sering menggunakan ruangan itu untuk bersenang-senang," tawar Luciano dengan ramah dan bersahabat.

Namun entah kenapa Danielle merasakam bahwa Luciano tidak sepenuhnya jujur.

Kazimir menatap Luciano dengan bersemangat. "Benarkah? Apa aku perlu membayarmu?"

"Oh tentu saja tidak perlu. Anggap ini sebagai hadiah kesepakatan kita. Aku yakin bossmu akan senang juga karena aku menyambut baik anggotanya."

Kazimir mengangguk dan berdiri. Tangannya terulur ke arah Danielle, dan wanita itu mau tidak mau menerima uluran tangan Kazimir. Setelah itu mereka berjalan keluar ruangan menuju lorong yang beberapa jam lalu Danielle lalui. Wajahnya memucat dan secara tidak sadar genggamannya di tangan Kazimir mengerat. "Ada apa Cherry?"

Danielle menggeleng dan menarik napas ketika melihat Luciano menatapnya dari balik punggung dengan tatapan tajam, walaupun hanya beberaoa saat namun itu sukses membuat seluruh tubuh Danielle gemetar penuh terror.

Luciano berhenti di depan pintu dan meletakkan tangannya di mesin pemindai. Tidak lama kemudian pintu terbuka dan Ia berjalan masuk. Kazimir serta Danielle berjalan mengikuti, walaupun langkah Danielle terasa begitu berat. Setelah mereka berada di dalam, pintu kembali tertutup dan mengeluarkan suara klik tanda terkunci.

Daniells meneguk luduhnya. Sedangkan Kazimir berdecak. "Aku tidak tahu kau memiliki selera yang begitu mewah seperti ini." Kemudian mata Kazimir tertuju pada lemari kaca. "Cool stuff," komentarnya santai. "Jadi..."

Luciano mengeluarkan sarung tangan dari kantung jasnya, kemudian memakai sarung tangan hitam berbahan kulit terbaik dengan begitu hati-hati. Ia sama sekali mengabaikan Kazimir yang sedang mengungkapkan kebingungannya karena kehadiran Luciano yang masih berada di dalam ruangan. Luciano menyeringai dan menarik revolvernya dari kantung jas yang lain sebelum memutar tubuhnya dan menembak kaki Kazimir.

Seketika pria itu mengerang dan jatuh terduduk sedangkan Danielle bergerak menjauh. "Diam disitu Danielle!" Seketika Danielle menghentikan kakinya. Tubuhnya kembali seperti patung, begitu tegak dan kaku. "Biar aku tunjukan padamu, apa yang akan terjadi pada pria yang berani menyentuhmu. Berani menyentuh milikku."

"Apa?" Desis Kazimir tidak percaya. "Apa kau---" Kazimir kembali mengerang ketika peluru kedua menembus kakinya yang lain. "Kau yang menyetujuinya! Kau yang mengatakan iya saat aku meminta wanita pelacur itu!"

"Dan seharusnya kau tahu, aku tidak suka apa yang menjadi milikku disentuh oleh tangan kotor pria lain."

"Milikmu? Dia hanya pelacur!"

"Seharusnya kau tahu Kazimir, jika ada wanita yang berdiri bersamaku, itu artinya dia milikku. Sudah seharusnya kau tutup mulut dan tidak menuruti hasratnu itu."

"Apa... kau akan membayarnya!" Geram Kazimir pada Luciano dengan tatapan penuh dendam. "Kau menjebakku!"

"Aku tidak menjebakmu. Kau sendiri yang sudah menempatkan dirimu di dalam situasi ini. Seharusnya kau tidak melirik wanitaku." Setelah itu Luciano mengarahkan moncong pistolnya ke mata Kazimir. "Seharusnya kau tidak memperbolehkan tubuhmu terangsang oleh kecantikan wanitaku."kali ini Luciano mengarahkan moncong pistolnya ke area privat Kazimir dan menembaknya. "Seharusnya kau tidak menyentuh wanitaku dengan kedua tangan menjijikkanmu itu," Luciano menembak kedua tangan Kazimir. Tubuh Kazimir sudah terbaring sekarat, namun Luciano belum puas. Ia mendekat dan berkata tajam, "seharusnya kau tidak memiliki pikiran kotor pada wanitaku. Tidak memikirkan tubuhnya bahkan suaranya di dalam otakmu itu." Luciano menembak kepala Kazimir. Tepat diantara dua mata pria itu.

Kazimir mati seketila dengan keadaan mengenaskan. Darah mengalir dengan deras membasahi lantai. Danielle merasakan tubuhnya lemas dan Ia jatuh ke lantai. Tubuhnya gemetar penuh terror, melihat pembunuhan serta darah di depannya, itu membuatnya terasa lemas. Untuk kedua kalinya Ia melihat Luciano membunuu seseorang. Tepat di depannya. Tidak ada rasa bersalah atau perasaan apapun yang terlihat dari pria itu, yang ada hanyalah ekspresi datar dan pancaran sadis bercampur senang.

Danielle merasakan dadanya sesak. Hidungnya dipenuhi oleh bau anyir darah dan Ia ingin sekali mengeluarkan isi perutnya. Bahkan Danielle bisa melihat selain darah, ada hal-hal menjijikkan lainnya yang keluar saat Luciano menembak kepala Kazimir.

Luciano mengokang senjatanya kembali ke mode aman dan memasukkan benda itu kembali ke kantung jas. "Sekarang kau tahu konsekuensi bagi pria yang menyentuhmu. Jadi jangan main-main denganku Danielle, jika sekali saja aku tahu ada pria yang melirikmu, maka aku pastikan kematiannya akan lebih menyakitkan daripada Kazimir."

"Kau monster..." lirih Danielle.

"Tentu dan aku tidak peduli."

"Kau membunuhnya!"

"Dia sudah mendapat hukumannya, namun kau belum."

"Apa maksudmu?" Tanya Danielle dengan suara tercekat.

"Hukumanmu. Kau sudah membiarkan Kazimir menyentuhmu. Membiarkan tangan itu menyentuh apa yang menjadi milikku."

"Aku..."

"Apa aku memerintahkanmu untuk membiarkannya menyentuhmu? Aku hanya memerintahkanmu untuk pindah ke sisinya, namun bukan berarti kau memperbolehkannya menyentuh tubuhmu."

"Aku pikir..."

Luciano mendengus, dengan satu tendangan, Ia membuat mayat Kazimir berpindah posisi agar tidak menghalangi jalannya. "Hukumanmu semakin bertambah bambolina, aku tidak sabar dengan esok hari." Luciano berjalan keluar kamar, meninggalkan Danielle dengan mayat Kazimir yang tergeletak di tanah. Danielle masih diserang shock hingga tubuhnya tidak mampu merespon perintah otaknya untuk bangkit dan keluar dari ruangan ini.

Luciano menghubungi Ivan untuk datang mengahadapnya. "Bereskan mayat Kazimir. Buat Kazimir seperti mati mengalami kecelakaan. Hilangkan semua bukti kalau dia mati tertembak."

"Don Luciano?"

"Aku tidak mau kesepakatan dengan Bratva berantakan. Lakukan tugasmu Ivan. Jangan kecewakan aku."

"Baik Tuan."

"Satu lagi." Luciano melirik ke dalam kamar dimana Danielle masih berada. "Siapkan helikopter dan persiapkan kebutuhanku di villa pulau pribadiku. Aku akan membawa Danielle dan menghabiskan bulan maduku disana. Jangan ada yang menggangguku jika itu bukan hal penting. Laporkan semuanya pada Stephano."

"Baik Tuan."

Continue Reading

You'll Also Like

Exonerate By ered

Teen Fiction

632K 34.4K 31
[PSN#1] ⚠︎ Mature themes, Contents kissing scene, and Bilingual. Kazael membutuhkan Audy layaknya oksigen yang dia hirup tiap detik untuk bertahan hi...
994K 105K 44
[COMPLETED] "Aku tidak akan menggugat, kau tak perlu kembali pada kehidupan lamamu yang melarat. Satu syaratnya, gantikan peran kakakmu." - Kim Taehy...
1.2M 60K 68
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.5K 378 15
"Nobody fuckin understand me like you do." Shea Silverio mengiyakan permintaan mamanya untuk tinggal di bersama keluarga tirinya. Shea tidak menyadar...