Long Distance Relationship

By Windystory11

8.2K 761 541

Bukan kah suatu hubungan dilandasi kepercayaan. Atau itu hanya sebuah ucapan yang tiada arti. Bahkan jarak ya... More

Prakata✨
Prolog✨
LDR 01✨
LDR 02✨
LDR 03✨
LDR 04✨
LDR 05✨
LDR 06✨
LDR 07✨
LDR 08✨
LDR 09✨
LDR 10✨
LDR 11✨
LDR 12✨
LDR 13✨
LDR 14✨
LDR 15✨
LDR 16✨
LDR 17✨
LDR 18✨
LDR 19✨
LDR 20✨
LDR 21✨
LDR 22✨
LDR 23✨
LDR 25✨
LDR 26✨
LDR 27✨
LDR 28✨
Epilog✨
Cerita baru
Hallo, apa kabar semua?✨
Extra part 1✨

LDR 24✨

136 10 8
By Windystory11

Happy reading ❤️

"Apa semuanya memang sudah berakhir? Apa enggak ada kesempatan buat aku memperbaiki kesalah pahaman ini?"

Farhan hanya bisa menghela nafas berkali-kali. Ternyata sifat Reina balik ke seperti semula. Cuek dan keras kepala. Farhan memaklumi itu semua, ia pikir Reina mau mendengarkan penjelasannya. Namun sayang, gadis itu langsung pergi.

Flash back on

Farhan menggenggam jemari Reina yang langsung ditepis kasar oleh pemiliknya. Farhan hanya tersenyum kecut.

"Aku gak suka lihat dia megang tangan kamu," aku Farhan dengan kerisauannya.

"Lo gak punya hak buat larang siapa pun megang tangan gue," jawab Reina ketus.

"Oke. Kasih aku waktu buat jelasin semuanya."

"Gak ada yang perlu dijelasin lagi!"

"Ada!"

"Satu hal yang perlu lo tau. Sekalipun lo jelasin semuanya sama gue, gak akan merubah keputusan keluarga lo atas perjodohan itu. Gue harap lo gak egois." Reina menatap Farhan sengit. "Dan satu lagi, kita udah gak ada apa-apa. Jadi lo gak punya hak tentang gue!"

Flash back off

Farhan mengambil ponselnya yang berbunyi. Nama mamanya terpampang jelas.

"Iya, Bun," ucapnya.

"Kamu ngapain di Indonesia, Han?" tanya bunda Farhan.

"Bun, Farhan mau selesaikan semua masalah kita. Farhan gak bisa dengan perjodohan ini," jawab Farhan sembari memijit keningnya yang terasa pusing.

"Han, Bunda tau yang Farhan rasakan. Bunda juga gak bisa apa-apa. Kalau misalnya kamu gak berhasil, bagaimana?"

Farhan tidak akan berhenti jika ia tidak menyelesaikan masalah ini.

"Farhan belum mencoba, Bun. Kalau pun Farhan gak bisa menemukan orang itu, Farhan akan bicara sama papa Kesya. Bunda doakan aja Farhan," ucap Farhan.

"Bunda selalu berdoa buat Farhan. Maafin bunda, ya sayang?" Pintanya.

"Farhan sayang sama bunda, sama semuanya. Farhan lakukan ini bukan karena Farhan gak suka sama Kesya. Tapi kita berdua emang gak bisa bersatu, Bun. Banyak hati yang terluka jika kita bersama," tutur Farhan.

Farhan menatap pintu kamar hotelnya yang diketuk. Berjalan untuk membuka, ketika dibuka wajah pria paruh baya yang ia lihat.

"Maaf mengganggu waktunya Tuan, satu jam lagi kita berangkat ke bandara," ucap pria tersebut.

Farhan mengangguk, kemudian lewat matanya ia meminta untuk keluar. Setelah keluar, Farhan kembali pada ponselnya.

"Farhan mau berangkat, Bun. Nanti Farhan kabari lagi bagaimana kelanjutannya."

Farhan mematikan panggilan tersebut, tentunya setelah bundanya mengizinkan Farhan dan berpesan agar berhati-hati.

Farhan pun mulai berkemas, ia hanya membawa koper yang ia bawa dari London.

Sesampainya ia di lobi hotel, Farhan langsung diarahkan untuk masuk ke dalam mobil yang telah disiapkan.

"Dari bukti yang saya dapatkan, saat ini beliau tinggal di daerah terpencil kota Medan. Beliau juga sedang sakit parah, tapi saya belum tau pasti akan berita yang saya dapatkan, Tuan," pria paruh baya itu berbicara tentang apa yang ia dapatkan.

"Semuanya harus kita tuntaskan hari ini juga. Saya gak mau masalah ini berlarut yang berakibat pada hancurnya perusahaan papa," ucap Farhan.

Tak butuh waktu lama, dua jam waktu yang mereka butuhkan untuk sampai di kota Medan.

Farhan langsung menyuruh semua orang kepercayaan yang berjumlah sepuluh orang itu untuk berkumpul. Mereka harus menyusun rencana sebaik mungkin.

"Intinya, kita semua harus kerja sama. Saya akan turun tangan langsung menuju lokasi," tutur farhan.

"Baik Tuan," sahut mereka semua.

***

Setibanya mereka di tempat yang merupakan lokasi di mana orang tersebut berada. Farhan menatap orang suruhannya, memastikan apa yang ia lihat di depannya.

"Rumahnya benar ini?" tanya Farhan.

"Iya, Tuan. Ini rumah pak Hando."

Farhan jadi bimbang, bagaimana mungkin orang tersebut tinggal di rumah yang bahkan lebih lebih besar dari ruang tamu rumahnya. Farhan mengetok pintu kayu itu, tak lama seorang gadis belasan keluar.

Gadis itu menatap orang didepannya dengan takut. Wajahnya tampak pucat, bahkan matanya sudah berkaca-kaca. "Anda siapa?" tanyanya.

Farhan meneliti penampilan gadis itu dari atas hingga bawah. "Apa benar ini rumahnya pak Hando?"

Gadis itu mengangguk, air matanya jatuh. "Tolong, jangan bawa papa Intan. Intan cuman punya papa," gadis itu terisak. Kepalanya ia tundukkan.

Farhan yang melihat itu pun bingung sekaligus iba. Ia mengusap bahu gadis itu, gerakan Farhan berhasil membuat ia mendongak. Hingga mata mereka saling bertemu, Farhan tertegun dengan mata biru itu.

"Bisa saya bertemu dengan papa, Anda?"

Intan pun mempersilahkan Farhan beserta yang lainnya untuk masuk.

Hal pertama yang Farhan lihat adalah sosok lelaki paruh baya yang terbujur kaku di kasur yang terletak di ruang tamu. Farhan tidak tau dia siapa, bahkan Farhan tidak tau seperti apa sosok Hando.

"Ini papa Intan," ucapnya saat ia duduk di pinggir kasur.

"Ini pak Hando?"

"Iya, Intan tau tujuan Anda datang ke sini untuk apa. Setelah papa pulang dari London, papa mengalami kecelakaan. Akibat benturan yang cukup kuat pada bagian kepala, membuat sebagian saraf papa rusak. Papa juga gak bisa mendengar, saraf di bagian telinga juga rusak. Papa lumpuh ... papa gak bisa apa-apa hiks ... tolong jangan bawa papa Intan," ucapnya terisak.

Farhan mengalihkan pandangannya, bagaimana pun ia juga manusia. Punya sisi kemanusiaan juga. Farhan berjalan mendekati Hando.

"Udah di bawa kerumah sakit?" Farhan menatap gadis itu.

"Intan gak punya banyak uang. Oowh, iya, sebentar," ucap gadis itu dan pergi meninggalkan Farhan.

Farhan menatap Hando. "Saya harus bagaimana? Tadinya saya mau jebloskan anda ke penjara. Anda beruntung punya anak seperti Intan. Dia gadis yang baik, saya gak mungkin biarkan dia bersedih di usianya yang masih muda. Cuma anda keluarga yang ia punya," Farhan akan mencari jalan keluar.

Intan datang dengan membawa celengan ayam dan berjalan menghampiri Farhan. Gadis itu tersenyum, namun ada raut sedih dibalik senyuman itu.

"Ini buat ganti uang yang papa ambil, Intan tau ini gak seberapa. Intan janji bakal cicil uang yang papa Intan ambil dari Anda," gadis itu menyerahkan celengannya kepada Farhan.

Farhan menatap celengan itu, matanya beralih menatap mata Intan yang sudah berair. "Usia intan berapa?"

"Enam belas tahun,"

Farhan mendekati Intan, ia bawa gadis itu untuk duduk di bangku plastik yang ada disitu.

"Intan dapat uang ini dari mana?" tanya Farhan selembut mungkin. Usia Intan tak jauh beda dari adiknya.

"Di sekolah, Intan bantuin ibu kantin jualan, pulang sekolah Intan jual koran dulu. Setelah itu Intan pulang buat ngurusin papa. Alhamdulillah, uang yang Intan dapat bisa buat makan sama ngisi celengan ini. Intan minta maaf, ya, Bang buat kesalahan yang papa lakukan."

Farhan memeluk gadis itu saat bahunya bergetar. Farhan merasa beruntung selama ini, ia hidup dari kecil dengan kekayaan, dengan keluarga yang lengkap, dengan semua yang apa pun bisa ia dapatkan dengan mudah.

"Uangnya Intan simpan aja. Mulai sekarang, Intan jangan lakukan hal gitu lagi! Saya yang akan menanggung kehidupan Intan beserta papa Intan. Saya tidak akan membawa kasus ini lebih lanjut. Intan harus fokus sekolah, Intan harus banggakan papa Intan. Ingat! Intan cuma punya papa, begitupun sebaliknya!" Farhan paham apa yang baru saja ia katakan. Hati nuraninya mengatakan ingin membantu gadis ini, walaupun ia tau, jika saat ini kondisi ekonomi keluarganya sedang tidak baik-baik saja. Namun Farhan sedang berusaha untuk memenangkan tender yang saat ini tengah ia lakukan. Dan, jika ia menang, maka perusahaan keluarganya akan kembali seperti semula.

"Terimakasih banyak, Bang. Intan berhutang sama Abang."

Farhan lega melihat senyum manis intan. Senyuman nya mengingatkan Farhan dengan sosok Reina.

Tbc

Terimakasih masih setia membaca. Aku tau cerita ini gak jelas, kalian boleh kritik jika itu memang pantas buat di kritik. Jangan lupa vote dan komentar nya, ya. Maaf jika masih ada typo hehe.

Windystory11

Continue Reading

You'll Also Like

131K 14.6K 21
Banyak yang bilang, mantan itu tempatnya di tong sampah. Sudahlah, buat apa dikenang lagi, mending move on dan cari pengganti. Itu menurut orang, buk...
575K 43.7K 44
Sebut saja aku pengecut. Aku tidak pernah berani untuk mengatakan perasaan ku secara langsung pada dia. Yang aku lakukan hanya mengirim nya surat set...
1M 215K 47
STORY 16 Sudah jatuh, tertimpa buah durian juga, mungkin itu pepatah yang tepat untuk Gaudi. Tepat dimalam ulang tahunnya yang ke-30 tahun, ia bukan...
2.7M 131K 39
Ini tentang Azalea yang harus menjalani pernikahan semu bersama Hagantara. Seorang gadis yang masih memendam trauma masa lalu dan harus terjebak dala...