DAVIN {Slow Update}

Door iintan052

5K 1.3K 377

[On Going] Semua orang mengenal Davin dengan baik. Di dunia ini, mungkin tidak akan ada seseorang yang bisa m... Meer

Prolog✨
1. Mimpi Buruk
2. Pangeran
3. Siap Tempur
5. Klub Roller Skates
Cast✨
6. Tanggung Jawab
7. Makan Bareng
8. Cemburu
9. Nonton Bareng
10. Nenek
11. Stop
12. Strong
13. Berkemah
14. Perhatian Kecil

4. Maaf

367 104 38
Door iintan052

Memikirkanmu sudah menjadi kebiasaanku, memimpikanmu sudah menjadi canduku, dan mencintaimu adalah konsekuensi yang tak bisa kuhindari.
«««

Ketika Galen melihat Davin yang tidak berbicara, dia menggaruk rambutnya dan untuk sementara waktu dia tidak tahu harus berkata apa pun, dia hanya diam.

Listrik di rumah Nadine padam dan dia tidak bisa tidur.

Tiba-tiba ponsel Nadine berdering. Gizel masih marah dan notifikasi itu dari Gizel.

Gizzy
Kak Davin sombong banget sih! Dia memang cocok dengan sabutan manusia es. Dia nggak tahu cara menghormati orang sama sekali!

Nadine menatap langit-langit tanpa berkedip.

Gizzy
Yah, Nad. Kok nggak di balas sih? Lo mikirin apa?"

Nadine menghela nafas dan mengetik pada layar ponselnya.

Nadine

Gue nggak memikirkan apa pun.

Gizzy
Lo nggak berniat untuk mengejarnya lagi kan?

Nadine mengerutkan bibirnya dan tidak tahu bagaimana menjawab chat Gizel.

Gizel menunggu sebentar dan mengirimkan satu chat lagi.

Gizzy
Kalau gue jadi lo, gue pasti berhenti mengejar dia.

Nadine terdiam kemudian menghela nafas dengan lembut.

Keesokan harinya.

Dalam perjalanan ke kelas, Gizel bertanya kepada Nadine, "Kemarin lo mikirin apa?"

"Kenapa?"

"Davin Adelio Keenan, lo masih suka sama dia?"

Nadine mengerutkan bibir bawahnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Melihat Nadine tidak berbicara lagi, Gizel menghela nafas, "Gue nggak tahu apa yang aneh. Lo juga menyentuhnya nggak berlebihan."

Begitu kata-kata itu lepas, Gizel melihat ke depan dan melihat wajah yang sudah dikenal.

Nadine juga melihat, "Kak ... Kak Davin nggak ke kelas?"

Davin keluar dari kelas dan memandang Nadine dengan lekat.

Nadine memandangnya, untuk pertama kalinya dia tidak tahu harus berkata apa. Setelah apa yang terjadi tadi malam, keberaniannya tampaknya sedikit berkurang.

Anehnya, Davin tidak segera pergi dan keduanya saling memandang.

Nadine merasa sedikit malu dan membuka mulutnya, "Gue mau ke kelas. Gue pergi dulu."

Setelah mengatakan itu, Nadine berjalan meninggalkan Davin.

Ketika Nadine berjalan, tiba-tiba dia mendengar suara orang yang menyebut namanya. "Nadine."

Nadine terhuyung sesaat, badannya terasa kaku dan berbalik lagi ke Davin.

Davin tiba-tiba menurunkan tas sekolah hitam yang dibawanya di satu bahu, lalu membukanya dan mengeluarkan sekotak susu dari dalam.

Nadine membeku, matanya membulat sempurna.

Davin menyerahkan susunya, "Soal kemarin gue minta maaf."

Kejutan datang terlalu tiba-tiba, ketika Davin memberikan sekotak susu, Nadine merasa otaknya tiba-tiba tidak bisa berfungsi.

Dia benar-benar bodoh, Nadine mendongak dan menatap lurus ke arah Davin. Nadine lupa untuk mengambil susu dari tangan Davin.

Davin terus menyodorkan sekotak susu. Setelah menunggu beberapa menit. Davin melihat Nadine tidak mengambilnya, Davin meletakkan kotak susu itu ke tangan Nadine kemudian berbalik.

Nadine memegang susu yang diberikan Davin, sampai Davin berjalan jauh dan hampir tidak terlihat.

Nadine menoleh dan menatap Gizel, ekspresinya sedikit malu, "Ini mimpi kan? Yang tadi benaran ... Kak Davin?"

Faktanya, Gizel juga sedikit terkejut. Menurut legenda, Davin yang sangat dingin yang hampir tidak pernah berbicara dengan cewek mana pun, hari ini benar-benar memberi sekotak susu pada Nadine.

Meskipun Nadine masih tidak percaya. Namun, Davin benar-benar menguasai pikirannya.

Di kelas, Nadine menatap kotak susu yang diberikan Davin selama dua puluh menit.

Nadine memegang pipinya dengan tangannya, lalu menyandarkan kepalanya, sosok Nadine menjadi gila.

Gizel benar-benar tidak tahan, dia mengulurkan tangannya dan ingin mengambil susu Nadine.

Tiba-tiba dia melihat tangan Nadine menyilang memeluk kotak susunya seperti bayi, "Gizzy, lo mau apa!"

Gizel tersenyum simpul, "Cuite pie, lo sudah menyeringai sama kotak susu ini selama dua puluh menit. Sadar Nad."

Nadine memegang susu di tangannya dan tersenyum, "I am happy."

Gizel menggelengkan kepalanya tak berdaya, "Kak Davin ngasih lo obat apa sih? Cuman dikasih sekotak susu lo bahagianya sudah seperti orang gila."

Nadine tersenyum ke bawah dan memasukkan sekotak susu itu ke dalam ranselnya.

Melihat ini, Gizel bertanya dengan rasa ingin tahu, "Lo nggak minum?"

"Yes, ini dari Kak Davin. Gue nggak sanggup meminumnya. Susu ini bakal gue pajang di kamar."

Gizel tidak bisa menahan rasa kesalnya, "Lo gila?"

"Stop, jangan bicara lagi. Gue bakalan kejar Kak Davin dan ini pemberian pertama dari Kak Davin, jadi harus dijaga agar awet seperti cinta gue ke dia."

Nadine mengatakannya dengan sangat serius, sepertinya dia akan berjuang lagi.

Untuk sementara waktu Gizel kalah dari Nadine.

Tiba-tiba Nadine menoleh dan menatap Gizel, "Gizzy."

Gizel menatap balik, "Kenapa?"

Mata Nadine bersinar dengan ekspresi antisipasi, "Gizzy, kenapa Kak Davin ngasih gue susu? Apa mungkin dia suka sama gue?" tanya Nadine.

"Kok lo diam?" keluh Nadine.

Gizel menarik napas dalam-dalam, akhirnya mengangkat tangannya dan menepuk bahu Nadine. "Sayang, otak lo di mana?"

"Seharusnya lo marah, kemarin dia itu hampir mencelakai lo," tambah Gizel.

Nadine mendengus, mengangkat pipinya dengan satu tangan dan menatap langit-langit ruang kelas lalu bergumam pada dirinya sendiri, "Gue rasa dia suka sama gue."

Berkat sekotak susu pemberian Davin. Nadine kembali lagi, bahkan lebih percaya diri daripada sebelumnya.

Menurut Nadine, Davin memberinya susu sebagai tanda dia memberinya kesempatan secara rahasia!

Gizel benar-benar greget ingin memukul Nadine, "Gue rasa dia itu cuma minta maaf" kata Gizel.

Anetha yang datang secara tiba-tiba langsung bersuara, "Jangan melawan kepercayaan Nadine."

***

Nadine yang begitu percaya diri, bangun lagi keesokan paginya. Nadine mandi, keramas, memakai make-up, mengganti jaket yang tak terhitung jumlahnya dan akhirnya mengenakan sweter rajutan pink muda untuk menutup baju sekolahnya. Memakai sepasang sepatu flat putih dan membawa tas rangsel hitam, keluar dengan gembira.

Dia menerima informasi dari Galen tadi malam. Hari ini guru Matematika mereka sedang keluar kota. Ketika tidak ada kelas biasanya Davin akan pergi ke perpustakaan untuk belajar mandiri. Dan kebetulan sekali hari ini Nadine belajar Penjas, dengan alasan sakit dia sudah terbebas dari pelajaran yang satu ini. Dia juga sudah meminta izin untuk belajar di perpustakaan selama jam Penjas.

Nadine keluar dari rumah, membeli dua cangkir kopi di gerbang sekolah kemudian pergi ke perpustakaan dengan gembira.

Menurut informasi yang diberikan Galen, Davin biasanya di ruang belajar di lantai tiga, jadi dia naik lift dan langsung menekan lantai tiga.

Nadine datang ke perpustakaan untuk pertama kalinya, perpustakaan itu sunyi dan hampir tidak ada suara yang terdengar.

Melalui kaca, Nadine melihat wajah-wajah serius di ruang belajar. Nadine tiba-tiba merasakan perasaan kagum di hatinya. Davin memang seorang Davin, dia tinggal di perpustakaan begitu tenang dan membaca buku. Sedangkan Nadine, dia memperkirakan tidak bisa duduk diam selama sepuluh menit.

Ruang belajar itu besar. Karena Davin sangat tampan, dia menonjol dari kerumunan, sehingga Nadine dengan cepat menemukannya.

Dia duduk di dekat jendela dengan setumpuk buku tebal di depannya, kepalanya menunduk dan dia belajar dengan keras.

Nadine berjalan dengan ringan, mengambil buku dari rak dan berjalan ke arah Davin.

Meja perpustakaan bisa memuat dua orang. Posisi di seberang Davin kosong. Nadine berdiri berhadapan dan berbisik, "Kak, ada orang di sini?"

Davin berkonsentrasi membaca dan tiba-tiba mendengar suara yang dikenalnya. Dia sedikit kaget lalu mendongak dan melihat Nadine.

Nadine menunduk dan tersenyum padanya.

Ketika Nadine melihat Davin mendongak, tanpa menunggu dia setuju Nadine membuka kursinya dan duduk di samping Davin. Dia menyapa sambil tersenyum dan berkata, "Gue nggak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi gue pikir kita ditakdirkan untuk bersama."

Nadine memberikan Davin secangkir kopi yang baru saja dibelinya, "Tadi gue beli dua. Silahkan minum dan lanjut belajar lagi."

Nadine mendongak lagi dan menatap Davin lekat.

Tidak mudah untuk bertemu Davin di sekolah sebesar ini, bahkan untuk memberinya secangkir kopi saja sangat sulit.

Nadine tersenyum, terlepas dari apakah Davin menginginkannya atau tidak dia tetap meletakkan kopi tepat di depan Davin.

Davin menatap Nadine dengan dalam, kemudian menundukkan kepalanya dan lanjut membaca.

Duduk di sisi yang berlawanan, Nadine tidak berbicara. Nadine memegang dagunya menatap Davin sambil tersenyum.

Davin masih dapat berkonsentrasi pada bacaannya, tetapi tiba-tiba ada banyak orang yang menatapnya. Davin berusaha untuk menghiraukannya. Setelah beberapa saat, dia mengangkat kepalanya dan menatap Nadine, "Lihat apa?"

Mata Nadine tertunduk dan dia tersenyum dengan sangat baik, "Ngelihatin lo." jawab Nadine.

Nadine tertawa kecil, "Oke, oke, gue nggak akan ngelihat Kak Davin lagi, gue nggak akan mengganggu, gue janji."

Davin menatapnya dengan curiga, akhirnya Davin percaya padanya kemudian memeruskan membaca.

Nadine tidak menatap langsung ke arah Davin, dia membalik-balik buku di tangannya.

Nadine mengambil satu buku dengan santai dan benar-benar tidak dapat memahami isi buku itu.

Nadine menopang kepalanya dengan satu tangan dan membalik beberapa halaman dengan santai. Karena merasa bosan akhirnya Nadine menutup buku dan mengeluarkan buku catatan dan pulpen dari tas.

Berbaring di atas meja dan menulis di notepad.

Setelah menulis, Nadine mendorong notepad itu ke Davin.

Davin melihat sebuah buku kecil tiba-tiba didorong di depannya, matanya tertuju di atas kertas putih. Di sana ada sederet tulisan indah yang bertuliskan: Kak Davin, Kakak ngasih susu kemarin karena Kakak suka sama gue ya?

Update lagi gengs

Gimana perasaan kalian setelah membaca chapter 5 ini? Gemes nggak? Hehhehe.

Jangan lupa komen dan beri vote yah gengs😊.
LopYouuuAll🌹🌹🌹

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

736K 35.9K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
834K 82.5K 47
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
554K 40.5K 29
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
4.3M 255K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...