KAMELEON

By melkiiimel

2.6K 955 722

[ ON GOING ] Menurut seorang Leon Galdevino, semua cewe itu membosankan. Sampai kini, tak ada yang bisa menyi... More

P R O L O G
╱╱ O1. Si Cupu 🌿
╱╱ O2. Pacar Mainan 🌿
╱╱ O3. Pingsan 🌿
╱╱ O4. Nyebelin 🌿
╱╱ O5. Nomor Tak Dikenal 🌿
╱╱ O6. Kecewa 🌿
╱╱ O7. Pesta Melanie 🌿
╱╱ O8. Cantik 🌿
╱╱ O9. Tercyduk 🌿
╱╱ 1O. Nasi Padang Bikin Baper 🌿
╱╱ 11. Kakel Ketos 🌿
╱╱ 12. Belajar Bareng ? 🌿
╱╱ 14. Anak Baru Cantik 🌿
╱╱ 15. Bimbang 🌿
╱╱ 16. Camping (1) 🌿
╱╱ 17. Camping (2) 🌿
╱╱ 18. Tersesat 🌿
╱╱ 19. Panik 🌿
╱╱ 20. Nyesek 🌿
╱╱ 21. Resah 🌿

╱╱ 13. Belajar Bareng Leon 🌿

85 29 25
By melkiiimel

NOW PLAYING | Terindah Di Hidupku - Reygan

0:00 ●───────── 3:26
↺ << ll >> ⋮≡

@melkiiimel

· · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·

Karamel POV

Seperti ucapan Leon tadi di taman sekolah, ku kira dia hanya bergurau saja mencari perhatian. Namun ternyata kini ia benar-benar ada di depan rumahku. Hanya memakai kaos hitam polosan dan celana trainning. Ku lihat ia juga tak membawa satupun buku, dia niat belajar tidak sih?

Chh, belum juga ku ijinkan masuk, dia bahkan sudah menyelonong masuk duluan ke rumahku. Dasar tak ada sopan santun.

Leon langsung duduk di atas tikarku. "Masuk woy, ngapain berdiri di pintu terus?" Tanyanya padaku sembari meluruskan kakinya.

Aku berdecak, lihat bahkan dia sudah seperti pemilik rumah, seharusnya aku yang memperlakukan dia seperti itu.

"Ga ada sopan santun, emangnya situ pemilik rumah ini?" Aku menatapnya sinis, berdiri di hadapannya.

"Tamu kan raja, jadi lo harus memperlakukan gue seperti raja. Ga boleh galak-galak sama raja ntar gue usir."

Aku melotot tajam menatapnya, "enak aja ini rumahku! Tamu macam apa yang ga tau sopan santun. Permisi kek, punten kek, nyelonong masuk aja!" Cerocosku kesal.

Dia hanya menghendikkan bahu, "terserah deh. Apa perlu gue ngulang keluar, ngetuk pintu, teriak punten?"

Aku mendengus, "telat!" Ya gimana, dia saja sudah duduk santai begitu. Hendak saja aku duduk namun dia kembali memerintah.

"Minum dong, seret nih tenggorokan gue."

Ck, menyebalkan. Tetapi aku harus selalu sabar, tetap saja dia itu tamu, harus diperlakukan seperti raja.

Dasar raja iblis.

Aku pun berjalan ke dapur, mengambil gelas kaca dan menuanginya air putih. Di rumahku hanya ada air putih saja untuk di minum.

Bagaimana lagi, mau beli teh atau kopi saja tak sempat, uang darimana memangnya? Gaji kerja part time ku saja belum keluar.

Tidak apa, air putih itu lebih segar dan sangat bagus untuk kesehatan tubuh.

Ku lihat di dapur juga ada biskuit yang di celup-celup, bukan biskuit roma irama loh ya. Aku pun mengambilnya juga untuk cemilan.

Segeraku kembali ke ruang tengah, membawa minuman dan biskuit yang sudah ada di tanganku.

"Silahkan di minum ndoro." Ku sodorkan minuman untuk Leon sembari menirukan gaya seseorang yang melayani raja. Namun tetap saja bibirku mencebik tak sudi.

Dia melirikku sejenak, mengambil minumnya dan meneguknya hingga setengah. Kemudian meraih biskuit yang ku taruh di depannya, menguasai biskuit itu seperti miliknya sendiri.

Terserah raja saja lah.

"Kamu tumbenan banget sih ngajak belajar bareng? Secara kamu lihat buku aja malas." Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulutku. Dari tadi aku juga bingung, seorang Leon mau belajar? Sungguh tak bisa di percaya.

Dia masih terus mencomot biskuit bungkus merah itu, sesekali mencelupkan pada air putih.

Gila, perasaan ku lihat iklan di televisi kan dicelupin teh, susu atau kopi. Ini air putih?

Okelah terserah raja. Aku cantik, aku diam.

Dia memincingkan matanya, "masa pengen pinter ga boleh? Dasar perusak generasi bangsa lo, gue aduin ke pak Jokowi nih."

Pengen ku unyel-unyel itu mulutnya pake cabe.

Tapi aku masih heran, dia pengen pinter? Dapet motivasi dari mana tuh? Ya kali dia kesambet orang rajin.

Bodolah, aku hanya ingin hari ini cepat berlalu, dan Leon segera pergi dari rumahku. Malas sekali berlama-lamaan berhadapan dengannya, bisa hipertensi mendadak.

Ku keluarkan buku-buku yang ada di dalam tas kesayanganku, menyerahkan semuanya pada Leon.

"Hari ini aku jadi ibu guru, ga boleh bantah. Kalo bantah dan ga mau nurut aku usir dari alam semesta." Ku tatap dia tajam, seperti dosen killer yang lagi pms.

Dia mencebik, "guru itu mengajar dengan ikhlas, tulus, dan sabar. Apaan galak banget, bu Tutik lewat tuh."

Ku benarkan kacamataku yang hampir melorot, "sekali lagi ngomel, lari keliling kampung dua puluh kali."

"Stress!" Dia meraih buku matematika, membolak-balik lembar buku dengan enggan. Sepertinya benar, buku pelajaran itu bagaikan musuh bagi Leon.

Tapi kenapa dia tetap bersikeras untuk belajar ya? Oh, mungkin takut ga lulus kali ya.

Eh, tapi dia kan anak sultan, walaupun ga lulus pun bisa pakai embel-embel sogokan. Chh, enaknya jadi orang kaya. Mau ini itu tinggal kasih uang segepok, urusan pun selesai.

Aku mendekat ke arah Leon, ikut mengamati buku yang ia pegang. "Dari semua bab, bab yang mana menurut lo paling susah?"

"Semua."

Aku geleng-geleng kepala, tapi bukan goyang tok tik. Aku tau goyangan geleng-geleng itu karena sering melihat para teman sekelasku memainkan tok tik. Heran, mereka seperti orang gila, joget-joget tak jelas di depan ponsel.

Lupakan.

"Kamu serius? Semua bab menurut kamu susah?" Aku sedikit terkejut sih, namun tak heran juga. Aku sering memperhatikannya selalu bermain dengan para temannya, tak pernah tuh ku lihat dia membaca buku sekalipun.

Dia kembali mencebik, "iya gue tau gue goblok. Lo mau ngejek gue kan? Jujur aja lo!"

Ingin rasanya aku dosa, tapi takut tertawa.

Eh, kebalik ya?

"Pfttt, bukan aku yang bilang goblok loh ya." Aku cekikikan sendiri, melihat tampangnya ingin kembali mengamuk.

"Terserahlah. Cepetan ajarin gue."

Aku menghela nafas, menghentikan tawaku. Aku harus serius nih.

Aku pun mengambil alih buku di tangan Leon, mulai mengajarkannya perlahan. Leon kini benar-benar seperti anak didikku dan aku gurunya.

Sesekali aku terkekeh, melihat wajah Leon yang kebingungan menjawab pertanyan soalku.

"Oke, aku kasih kamu soal buat nguji apa kamu udah paham atau belum. Kalau bener semua, aku kasih hadiah deh." Aku mulai menulis soal di buku catatan tentang yang sudah aku ajarkan padanya. Hanya lima soal, tak banyak kok.

Ku sodorkan buku catatan itu ke Leon "Nih, jawab yang bener." Mataku terhenti tepat di kedua bola matanya, ternyata sedari tadi dia menatapku lekat. Tatapan yang begitu beda, seperti bukan Leon si menyebalkan.

Lalu dia tiba-tiba memalingkan pandangannya, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ku lihat, telinganya memerah.

Heh? Apa dia malu kepergok menatapku?

Leon berdiri dari duduknya, "gue ke kamar mandi dulu." Ia pun melangkah beranjak pergi, namun dia malah melangkah ke arah dapur.

"Heh kamar mandi sebelah kiri, itu dapur!" Tegurku.

Dia menoleh ke arahku, kelihatan bingung seperti anak kucing nyasar. Lalu ia pun menepuk jidatnya dan berjalan cepat ke kamar mandi.

Aneh.

Tapi kenapa jantungku berdetak dua kali lebih cepat saat mata kami bertemu?

Bahaya ini mah.

Aku meneguk air putih milikku hingga habis. Perasaan itu kembali muncul.

"Ga boleh baper, ga boleh baper."

Dasar perempuan, baperan.

Aku perempuan dan aku sadar.

Leon kembali muncul keluar dari kamar mandi, ia melangkah ke arah ku tempat kami belajar.

Namun kejadian selanjutnya yang membuat jantungku ingin meledak.

Bruakkk!

Leon jatuh tersungkur tersandung tikar, namun sialnya ia jatuh menimpa tubuhku. Tepat di atasku.

Oh tuhan, mungkin jika orang lain melihat pasti mengira sedang melakukan adegan mesum!

Aroma mint dari tubuh Leon menguar, nafas kami saling berbenturan karena jarak wajah kami yang hanya terhalau beberapa centi saja, lalu mata kami yang saling menatap lekat. Mata Leon bergerak turun, tertuju ke bibirku.

Sial rasanya aku ingin berubah menjadi kodok saja!

Cepat-cepat aku mendorong tubuh Leon untuk menjauh. Lagi-lagi pipiku memanas. Rasanya jantungku berdetak cepat seperti sedang berlari marathon ratusan meter.

"K--kamu ya! Argghh nyebelin! Dasar mesum!"

Aku membalikkan badan. Menggigit bibir bawahku, menahan malu. Aku bahkan kembali sok sibuk dengan buku-buku di tanganku, pura-pura membaca.

"Itu buku nya kebalik."

Aku tertegun mendengar suara Leon, fokusku pun teralihkan. Bodoh! Buku fisika yang sedang ku baca ternyata terbalik, aku pun mengatup mataku rapat-rapat.

Double kill!

Aku kembali melirik dia, namun tampaknya ia tak banyak bicara, wajahnya lempeng-lempeng saja tuh seperti tak terjadi apa-apa.

Ck, memang aku saja yang berlebihan.

Leon mulai mengerjakan soal-soal yang telah ku berikan, namun tampaknya ia mulai kelihatan lelah, matanya menahan kantuk.

Bluk!

Leon tertidur dengan posisi tengkurap. Kepalanya ia taruh di atas buku soal yang masih terbuka.

Aku geleng-geleng kepala, padahal ku lihat dia masih mengerjakan satu soal. Segitu saja sudah teler, ckck.

Aku melirik jam yang tertempel di dinding, jarum jam masih menunjukan pukul delapan malam.

Biarkan sajalah Leon tertidur dulu.

Aku merapikan buku-buku yang berserakan setelah terpakai belajar. Lalu aku pergi ke kamar, mengambil selimut milikku.

Tertidur di lantai hanya beralas tikar itukan dingin. Tak tega, aku pun memakaikan selimut di tubuh Leon.

Senyum tipis terulas di bibirku melihat Leon yang tertidur sangat pulas.

"Leon kalo tidur adem ayem ini dunia."

To Be Continued . . .

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.6M 309K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 38.7K 17
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.4M 123K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
860K 64.8K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...