Couple Or Trouble - OH SEHUN...

By epiepi21

32.4K 3.8K 566

[Completed] ✅ .... "Well, ini hukuman ketigamu, karena mengabaikanku, tidak bicara padaku. Dan aku mencintaim... More

Cast Introduction - Prolog
1 - Drunk Girl
2 - Interrogation
3- Skenario
4- Past
5- Dinner
6- Stealer
7- Ring
8- Message
9- Bad Dream
10- Save Me
11- Hello, My Ex!
12- Have Fun
13- Enemy
14- New Years
15- Hugging
16- Jealous?
17- I Kinda Like You?
18 - Couple or Trouble?
19- Baby Sitter
20 - Worried
21 - Puzzle
22- Secret
23- A Lie
24- Don't Want to Acknowledge
25- Mine
26 - On My Regret
27 - Document
28 - Missed Call
29 - Incoming Call
30 - Rainy Day
32 - Trauma
33 - First Love
34 - Forgive Me.
35 - Somebody Else
36 - Blushed
37 - Tidings of Die
38 - Fake
39 - Autumn
40 - Cinderella
41 - Punishment
42 - Can't Give Up On You
43 - Letter
44 - Dating
45 - Shadow
46 - Who Are You?
47 - Was Happy
48 - Something About You
49 - Little Bit Better?
50 - Love Story
51 - Spring Day
52 - Been Through
53 - On Me
54 - Oh Sera
55 - 이젠 안녕 (Ending)
56 - Epilog

31 - Sweet Morning

430 53 10
By epiepi21


Enjoy Be Reading🖤
---------------------

🐣🐣🐣🐣🐣🐣

Butuh waktu lebih dari 5 menit untuk Sehun bagun, tapi Ahra tidak mempermasalahkannya. Alangkah lebih baiknya, Sehun tetap tidur dan beristirahat. Tapi kini, Ahra sedang sibuk mengumpulkan nyawanya, duduk termenung di atas kursi kayu sembari menatap tubuh Sehun yang sedang sibuk memasak.

Bertanya dalam hening, Ahra menatapi tangannya yang terbungkus kasa, kenapa terasa perih? Pasti sehabis meminum 1 gelas Wine itu, Ahra melakukan hal aneh bukan?

"Sehun, kapan kau datang?" Lelaki yang setengah mengantuk itu menoleh, mengalihkan seluruh atensinya pada gadis yang terlihat lesu di sana.

"Pukul 9 malam lebih beberapa menit." Ahra berdeham lesu menanggapi ucapan Sehun.

Padahal setelah 5 menit yang lalu itu Ahra bersikeras, menolak tawaran makan di jam 1 malam. Dia memang tidak sedang diet, yang benar saja tubuhnya sudah kurus. Tapi makan di jam seginikan, Ahra takut mendadak gendut besoknya. Tapi Sehun tetaplah si keras kepala yang Ahra tau, kalau keinginannya tidak bisa dibantah!

"Kau tidak lelah?" Sehun menggeleng pelan, membuat Ahra tersenyum tipis.

"Hanya memasak ramyeon, ini bukan pekerjaan melelahkan." Balas Sehun sibuk kembali, memotongi beberapa daun bawang.

"Padahal, aku ingin makan sup daging pedas." Keluh Ahra meredakan detak jantungnya yang berantakan, Sehun benar-benar manis.

"Lain kali aku akan membuatkannya untukmu, nanti setelah aku meminta Kyungsoo mengajariku memasak." Ahra membenarkan posisinya, agar lebih leluasa menatapi Sehun dari sini.

"Aku hanya becanda tuan Oh, kau benar-benar tidak kelelahan? Aku dengar, jadwal grupmu padat sekali tahun ini." Sehun hanya tersenyum tipis, melihat Ahra begitu mengkhawatirkannya.

"Sehun–"

"Ya?" Sehun menghela napas rendah, menatapi Ahra yang kembali sibuk melihat pergelangan tangannya yang terluka.

"Aku memang lelah, sangat lelah kalau kau ingin tau. Tapi, lelahku hilang ketika melihatmu– aku mengkhawatirkanmu, Ra." Jawab Sehun, sukses membuat hati Ahra berdesir asing.

"Aku tidak tahu, sudah berapa lama kamu duduk sembari memeluk lutut seperti itu. Pecahan botol Wine, dan darah di tanganmu membuat lelahku hilang begitu saja." Ahra kembali menatapi tangannya yang memang di balut tipis kain kasa, rasanya memang perih.

Ini alasan kenapa Siwon, selalu menempatkan satu orang di sampingnya. Anak gadisnya sering kehilangan dirinya sendiri, dia cenderung mudah menyakiti dirinya sendiri ketika ingatan masa kecilnya datang menghampiri.

"Kamu bahkan masih terjaga ketika mabuk, duduk ketakutan dan terus memanggil nama ibu sembari meminta tolong. Aku lebih mengkhawatirkanmu, dibanding rasa lelahku sendiri." Ahra lihat Sehun yang sedang berdiri, di depan kompor yang menyala. Seolah yang mengajaknya bicara, adalah rebusan mie itu.

"Kau mengkhawatirkanku karena tanganku terluka, atau karena aku bertindak seperti orang gila?" Tebak Ahra, membuat iris gelap Sehun jatuh pada sosok perempuan yang sedang duduk termenung menatapi tangannya yang dibalut kasa.

"Aku tidak tau apa yang membuatmu setakut itu, tapi aku yakin itu karena pengaruh alkohol yang kau minum." Membuat Ahra menatapi Sehun dari atas sampai bawah.

Dia sempurna, tampan, baik dan bisa diandalkan. Lalu Ahra? Apa ada yang bisa di banggakan dari dia?

"Maaf yah, aku selalu merepotkanmu. Setiap kali aku sendiri dan hujan turun aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri." Sebab disetiap turun hujan, Ahra selalu mengingat detik di mana dia hampir mati di bawah guyuran air yang semakin lama semakin menderas.

Sehun hanya menggeleng, lalu melangkah membawa 2 mangkuk ramyeon dan sekotak kimchi ke hadapan Ahra.

"Tidak sama sekali, kau tidak merepotkan." Ahra tertawa lirih, memandangi ramyeonnya tidak nafsu.

"Sudah tidak usah dibahas, aku tidak apa-apa dan aku lega kau baik-baik saja. Sekarang makan saja ramyeonnya kalau tidak dimakan aku akan–"

"Berhenti mengomel Oh Sehun, aku akan memakannya!" Putus Ahra membuat Sehun tersenyum menang.

Sampai beberapa menit berlalu, ruangan itu hanya di penuhi oleh dentingan sumpit ke mangkuk, juga bunyi air hujan yang juga belum mereda. Mungkin karena saat itu turun hujan, Ahra bisa mengerti apa yang Sehun khawatirkan.

"Ra, boleh aku minta sesuatu padamu?" Ahra mengangkat naik kepalanya, membalas tatapan Sehun yang sudah selesai menghabiskan semangkuk ramyeonnya.

"Bicara saja, apa maumu?" Tanya Ahra, menelan ramyeonnya dengan susah payah.

"Aku ingin kamu kembali," satu halis Ahra berjenggit naik dia tidak mengerti.

"Meski aku tidak tau bagaimana masa kecilmu, aku yakin kau dulu adalah gadis yang ceria." Ahra tersenyum kecut, setelah mengerti maksud ucapan Sehun.

Dia sendiri tidak ingin mengingat sedikitpun, tentang masa kecilnya. Ah ralat! Dia bahkan tidak mengingat hal membahagiakan apa yang dia punya di masa kecilnya, Ahra bahkan lupa dengan siapa dia banyak menghabiskan waktunya saat itu. Kecuali ingatannya dengan Wonwoo. Yang teringat jelas di kepalanya adalah, dia yang hampir mati di tepi jurang.

Sehun menatap Ahra tenang, ketika gadis itu memandangi sekitar dengan gelisah. Oke, sepertinya Sehun salah bicara. "Kau harus ingat, tidak ada yang berani menyakitimu ketika aku ada di sisimu."

Ahra mengatur napasnya yang berantakan, mencoba mengukir senyum. Menenangkan diri, untuk membuat Sehun tidak mengkhawatirkannya lagi.

"Aku tau, lelaki tampan seperti kamu mana mungkin menyakiti aku." Jawab Ahra, yang sedari tadi sudah menghentikan aktivitas makannya.

Tersenyum tipis, Sehun hanya mengangguk kecil menanggapi

"Sehun," panggil Ahra lirih. "Sekarang aku boleh bertanya padamu?" lelaki berbibir kecil itu mengangkat naik satu halisnya yang menukik tajam.

"Ya?" Sehun menyahuti, sedikit tidak menduga kalau Ahra punya pertanyaan untuknya.

"Kenapa pria hebat sepertimu, harus berurusan dengan gadis payah sepertiku? Kenapa kamu harus menerima hukuman—"

"Syuttt!" Ahra menghentikan keluh kesahnya, ketika Sehun menaruh jari telunjuk di bibirnya sendiri.

"Kau, aku, kita semua sama. Tidak ada yang benar-benar payah dan tidak ada yang benar-benar hebat. Tuhan itu adil, dia memberikan kita ujian agar kita tidak lupa untuk bersyukur. Tuhan hanya ingin tau, sejauh mana kita bisa bertahan dari semua keadaan yang sudah Tuhan gariskan." Kedua iris tidak sewarna itu kembali bertemu, Sehun melukis senyum terbaik di bibir kecilnya.

"Ra, ini kehidupanku ini takdirku dan kamu adalah bagian dari keduanya, jadi jangan pernah berpikir seperti itu lagi." Ahra tersenyum tipis, meski dia tidak mengerti kalimat tentang takdir yang Sehun ucapkan.

"Bagian dari keduanya?" Sehun mengangguk membenarkan.

"Iya, keduanya. Kamu adalah bagian dari kehidupan dan takdirku." Ahra dibuat bungkam, tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Di sini," kata Sehun menepuk pelan dadanya sendiri.

"Kau harus yakinkan diri dan hatimu sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Berhenti mengeluh, berhenti menyalahkan dan merendahkan dirimu sendiri. Kamu adalah manusia yang berharga, di mata Tuhan dan di mata orang-orang yang menyayangimu."

Ahra tidak tau dia harus bereaksi bagaimana, tapi rupanya dia sudah menangis ketika mendengar ucapan Oh Sehun yang biasanya menyebalkan kini terdengar menenangkan.

Dia benar-benar menenangkan Ahra, terlepas dari semua kesakitannya selama ini. Choi Ahra yang sering mengatai dirinya sendiri, kalau dia adalah pecundang.

Tapi bagi Sehun, Ahra adalah seorang gadis lemah yang lebih butuh perhatian dan kasih sayang yang lebih. Bukan karena dia kekurangan, tapi bagi Sehun, gadis ini istimewa.

"Jadi, mari bahagia. Perlahan-lahan saja lupakan rasa sakit yang selama ini membuatmu terluka ketika mengingatnya, kau harus ingat ada aku yang selalu berdiri di sampingmu untuk membantu berdiri." Ahra hamburkan tubuhnya ke dalam pelukan pria berpiyama biru tua itu, yang disambut hangat tangan Sehun dengan mengusapi kepala dan punggungnya.

"Kamu tau? Di dunia ini tidak ada yang namanya keabadian, termasuk  kesedihan dan kebahagiaan. Hidup saja tidak abadi kan? Jadi, jangan habiskan sisa hidupmu dengan kesedihan. Berbahagialah, karena tidak semua hari harus di lalui dengan air mata. Sedang aku usahakan Ra, kamu, ah kita—"

"Sudah Sehun, hentikan bicaramu. Aku tidak bisa berhenti menangis karena kau berbicara terus." Sehun kecup puncak kepala Ahra lama, menjauhkan tubuh ringkih gadis itu dari pelukannya.

Memupus sisa-sisa air mata Ahra yang masih jatuh beruraian, sembari melengkungkan sudut bibirnya.

"Terima kasih, telah menerima aku apa adanya. Aku akan sangat senang jika aku bisa melupakan, dan memaafkan semua kesalahan di masa lalu tapi aku tidak bisa, aku belum bisa." Sehun mengangguk lantas merangkul bahu Ahra dan menepuknya pelan.

"Sudah aku bilang kau bisa melakukannya pelan-pelan." Menatap dalam satu sama lain keduanya saling melemparkan senyuman, Sehun dengan wajah lelahnya dan Ahra dengan mata sembabnya.

"Terima kasih, untuk ramyeon dan kata penenangnya, aku suka." Kata Ahra, lalu keduanya terkekeh pelan.

"Aku tidak tau ini sopan atau tidak, tapi aku benar-benar membenci hujan. Boleh tidak aku minta bantuanmu untuk—" Ahra bungkam terlalu malu untuk mengucapkannya, takut-takut Sehun akan salah paham nanti.

Terkekeh geli, Sehun mencoba untuk bersikap waras menghadapi perempuan polos yang sedang memelas gemas.

"Aku mengerti, jadi ayo tidur dan tenangkan pikiranmu itu. Aku juga harus mengobati luka di tanganmu, kenapa sih senang sekali melukai dirimu sendiri." Sekarang Sehun gemas sendiri, ketika melihat Ahra bertingkah seperti anak anjing yang menggemaskan.

Membuat Sehun refleks mencubit pipi Ahra yang tirus itu. "Aigo melihatmu aku jadi ingat anak anjingku! Besok jadwalku kosong, tidak kosong sih tapi besok kita ke rumahku yah?" Ahra langsung menggeleng cepat.

"Aku ada kuliah pagi, dan aku bukan anak anjing!" Jawab Ahra mencoba menghindari, sampai Sehun harus memperingati dirinya agar tidak mencubit pipi Ahra lagi.

Gadis itu sudah mencebik, karena selalu disamakan dengan anak anjing miliknya. Dan Sehun juga cukup peka, kalau Ahra menghindarinya.

"Jam berapa selesai?" Ahra mengangkat jari telunjuknya. "Oke aku akan menjemputmu pukul 1, dan langsung pergi ke rumahku. Oke?" Ahra hanya mengangguk, lantas bangkit ketika Sehun mengajaknya tidur.

🐣🐣🐣🐣🐣

Ditatap lagi wajah damai yang sedang terlelap itu dalam pelukannya, sesekali Sehun benahi poni gadis yang terlihat lugu dan tersenyum setelahnya.

Semalam, selesai mengobati luka di tangan Ahra, Sehun menemani gadis itu tidur tanpa memacam-macaminya. Sehun masih bisa menjaga sedikit kewarasannya, dia mengerti ketika Ahra berbicara bahwa dia membenci hujan.

Mungkin itu yang membuatnya kemarin menemukan Ahra dalam kondisi kacau, dia menangis meminta tolong sembari menutup telinganya.

Maka detik itu juga Sehun jauhkan semua minuman yang bisa membuat gadis ini mabuk, sedikit saja gadis ini kehilangan kesadarannya dia bisa mengamuk seperti hari kemarin. Dan yang paling Sehun benci adalah, ketika tau kalau Ahra melukai dirinya sendiri.

Sehun benci mengetahui fakta, kalau  Ahra ternyata sudah terlalu jauh jatuh dalam lubang ketakutannya. Jujur saja kalau dikatakan lelah, ya Sehun amat sangat lelah. Tapi melihat Ahra seperti itu, membuat nurani Sehun sukses tercabik. Apalagi ketika mendengar dengan jelas Ahra menyebut nama Wonwoo.

"Tolong aku, aku tolong aku, siapapun tolong aku!" Teriak Ahra yang masih membekas di telinga Sehun. Jeritan sama, yang Ahra teriakan ketika usianya masih 10 tahun.

Dan malam sekitar pukul 8 malam lebih setelah Sehun terbangun di bawah langit malam Seoul, dia lekas bergegas menemui Ahra. Dia khawatir ketika Sejong, maupun Ahra tidak bisa dihubungi. Sialnya, Sehun harus memakan waktu sedikit lebih lama, karena jalanan kota Seoul yang hari itu di guyur hujan macet parah.

Untungnya, setelah mendengar bunyi botol pecah beberapa maid bergegas naik, dan menjauhkan segala benda tajam yang mampu melukainya. Tapi telat, Ahra berhasil melukai tangannya tepat setelah kaki Sehun masuk di ambang pintu.

Sehun hembuskan napas kasar, berlari secepat yang dia bisa ketika melihat para bodyguard masih berdiri di tempatnya. Bahkan para maid yang ingin menghampiri Ahra pun ragu, mereka hanya menjauhkan pecahan botol wine itu.

Sebab Ahra sedikit sensitif ketika orang lain masuk ke dalam kamarnya. Siapapun tidak boleh masuk, kecuali atas perintahnya. Sehun berhasil menenangkan Ahra saat sedang meraung ketakutan, dia bawa tubuh ringkih gadisnya ke dalam pelukannya. Sehun tau, yang di butuhkan Ahra saat itu adalah, seseorang yang bisa menenangkannya.

Firasat Sehun sudah buruk, sejak tau kalau Ahra mabuk.

Kesialan selalu menimpa Sehun, ketika dia mengurusi Ahra saat mabuk. Seperti waktu lalu, kali ini Ahra juga menumpahkan semua isi perutnya pada baju Sehun yang sedang mendekapnya.

Ada alasan kenapa tiba-tiba Ahra menemukan Sehun tidur dengannya. Itu permintaan gadis mabuk, yang minta ditemani dan tidak mau sehun tinggal pergi. Jadi mengingat waktu lalu.

Sehun sudah mencoba membujuknya, kalau dia tidak akan pergi dan akan tidur di sofa, tapi gadis itu merengek seperti balita yang Sehun iyakan karena tidak tega melihatnya.

Jadi sekarang, Sehun cubit hidung Ahra ketika dia mengingat kejadian malam itu. Sehingga yang punya indra penciuman itu, sukses Sehun buat terjaga.

"Kau akan tidur, dan memelukku sepanjang hari? Bangun ini sudah pukul 8, katanya ada kuliah pagi." Ahra berdecak sebal, mengutuk bantal guling, yang entah kemana perginya.

Padahal Ahra ingat dengan jelas, semalam dia membatasi jarak dengan bantal guling itu, tapi kenapa saat pagi tiba bantal gulingnya berubah menjadi pinggang Sehun? Untuk hal itu, hanya Sehun yang tahu jawabannya.

Dengan segera Ahra menjauhkan tangannya, yang memeluk Sehun. Tapi lagi-lagi Ahra pasrah, dia sudah mencoba menekan dada Sehun agar jaraknya membelah, tapi Sehun malah mengeratkan pelukannya.

"Sehun, kenapa ucapan dan tindakanmu selalu berbanding balik? Kenapa menyuruhku bangun, sedangkan tanganmu tidak melepas pelukan di tubuhku." Ujar Ahra dengan suara paraunya.

Sehun menggedikkan bahunya pelan, sembari mencebikkan bibirnya menggoda Ahra.

"Aku menyuruhmu bangun, bukan menyuruhmu pergi." Jawaban Sehun sukses membuat Ahra menggerling malas.

"Tidurmu nyenyak?" Tapi setelahnya, Ahra dibuat tersenyum mendengar pertanyaan terindah yang pernah Ahra dapat selama hidup 22 tahun di dunia, ketika bangun tidur.

Tunggu bukan hanya itu, tapi ini adalah kejutan bangun tidur termanis yang pernah Ahra dapat selama hidup.

Pagi ini, Ahra bangun dalam pelukan seseorang, mendapati wajah manusia dengan pahatan sempurna, tersenyum bahkan tertawa ketika mereka saling membagi canda. Dan semuanya itu Ahra dapat, ketika dia bersama dengan pria bernama Oh Sehun.

Sepertinya harus Ahra benarkan, kalau Tuhan sedang bahagia saat menciptakan Sehun. Semua yang ada dalam diri Sehun itu indah. Kecuali kelakuannya yang sering menggoda Ahra, fix itu menyebalkan.

"Tentu saja nyenyak," balas Ahra membuat satu lengkungan tercetak jelas di bibirnya.

"Sehun, aku harus mandi, sarapan dan menyiapkan semuanya pagi ini. Aku bahkan lupa hari ini aku ada kuliah, jika tidak bangun malam tadi." Sehun malah makin mengeratkan pelukannya, dengan satu tangan sibuk memainkan rambut Ahra.

"Sudah aku siapkan semuanya, hari ini istirahat saja lagi. Biarkan luka di tanganmu—" Ahra menahan napasnya, dia mendongkak kepalanya  mengecup bibir Sehun cepat.

Kemudian keduanya saling melemparkan pelototan tajam, Ahra hendak mengucap terima kasih tadi, tapi kenapa dia malah menciumnya?

Oh Damn!

Kecupan singkat tadi sukses membuat Sehun, melepaskan rengkuhannya pada tubuh gadis kurus itu. Membiarkan Ahra bernapas dengan tenang. Sehun bukan orang mesum, hanya saja detak jantung Ahra itu sama dengan detak jantung miliknya. Berantakan. Keduanya lekas bergegas menuruni ranjang besar itu, dengan diam tanpa mengucap sepatas kata apapun.

"Wah, aku tidak tau kalau dia bisa semenggemaskan itu." Sehun bermonolog sendiri, keluar dari kamar Ahra dan terpelonjak kaget, mendapati lelaki dengan pakaian serba hitamnya di balik pintu kamar Ahra.

"Astaga, hyung!" Protes Sehun heboh sendiri, dia bahkan loncat-loncat sambil menggubriskan tangannya menetralkan degup jantungnya yang masih berantakan karena Ahra dan tambah berantakan karena ulah Sejong.

Sumpah demi apapun dia terkejut.

🐣🐣🐣🐣






--------

Ya Ampun Ini Halu Udah Gak Ada Obatnya!😭🤣

Udah Ya Uwu-uwuannya

Ayo Masuk Mode Serius Wkwkwk.

Tonjok Nih 😣


Au Ah ☺️

Dah Ah Cape:')

Gak Cape Apa Ya Jadi Gamntenk 😣😭

See Ya Next Chapt....

Continue Reading

You'll Also Like

7.8K 769 32
Suka dengan tetangga sendiri? Itulah yang dialami oleh Manuel Neuer dan tetangga barunya
BABY By yollann77

Fanfiction

167K 12.4K 47
Bagaimana bila seseorang berusaha memiliki anak tanpa adanya pernikahan. Jiyeon adalah wanita normal, namun pengalaman masalalunya membuat ia sedikit...
224K 30.7K 30
INI SALAH FAHAM! [ff ini akan membuat para jomblo tertawa] [Tydack ada unsur 18+] Peringatan! Jangan pernah membaca cerita ini ketika berada di depan...
71.3K 5.3K 41
[WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Kim Mingyu, dia adalah laki-laki yang menikahiku bukan karena atas dasar cinta. Aku bekerja sebagai 'istri bayarannya'...