Bad Alive | Byun Baekhyun [Te...

By bunnymiracles

2.8K 327 29

Bad Alive | Byun Baekhyun Cover by Pinterest. [Sudah Terbit] [Part Masih Lengkap] Mau novel Bad Alive gratis... More

Blurb and Cast
#01 Nightmare
#02 Crazy Friend
#03 a Mistake
#04 Meeting
#05 Bring You
#06 Awkwardness
#07 Smile on His Face
#08 What Does This Mean to You?
#09 Tears
#10 Hold You
#11 Confession
#12 The Wedding
#13 With You
#14 Who?
#15 Bad Father
#16 Change
#17 Begin
#18 Talk
#19 Pain
#20 Uncertain
#21 He's Back
#22 Truth
#23 I Want Him, Not You!
#25 Catastrophe
#26 Hell
#27 Thank You, Cakra!
#28 Bad Alive
#29 Happiness
#30 Thank You, Rana!
GIVE AWAY NOVEL
Pengumuman Pemenang

#24 Lose

63 12 4
By bunnymiracles

Bara menatap orang di hadapannya nyalang. Kedua tangan ia kepalkan guna menahan emosi yang sudah memuncak sejak di perjalanan tadi. Orang di hadapan Bara kini, tidak pernah membiarkan hidupnya tenang. Elandra selalu saja membayang-bayanginya setiap langkah Bara ke mana pun pria itu pergi. Elandra bahkan tidak membiarkan Bara menghirup udara dengan bebas. Semua pergerakan pria itu selalu diawasi, bahkan saat Elandra sangat jauh dari jangkauannya.

"Bara, akhirnya kau datang menemui Ayah, Nak," ucap Elandra begitu tenang. Bara ingin sekali meninju wajah Elandra tanpa basa-basi. "Kau terlalu lama bermain-main dengan janjimu. Aku sama sekali tidak melihat bagaimana wanita itu tersakiti karena ulahmu."

"Aku tidak akan menyakitinya karena Rana sedang mengandung darah dagingku. Bisakah kau hentikan ini, Ayah? " tanya Bara dengan nada yang terdengar cukup tinggi. Bicara dengan Elandra kini tidak lagi membutuhkan kelembutan.

"Tidak bisa, Bara. Kau sudah berjanji padaku, tetapi yang kau lakukan bukanlah yang kuinginkan." Elandra terlihat muak dengan sikap Bara yang tidak menunjukkan ketegasan. Dari semua janji yang telah dilontarkan anak itu padanya, tidak ada satu pun yang terealisasi. Bara seolah tidak menganggap perjanjian itu ada.

"Tanpa mengurangi rasa hormatku, aku menarik semua janji yang pernah aku ucapkan padamu dulu. Soal bisnismu yang kalah saing oleh ayah mertuaku, tidak ada hubungannya dengan Rana ataupun anakku. Aku harap kau bisa mengerti kali ini, Elandra."

Pria paruh baya itu tertawa renyah. Tidak lupa ia menepuk tangan atas apa yang baru saja Bara lontarkan.

"Aku—tidak salah dengar, 'kan?" tanya Elandra tidak percaya. Ia bahkan masih mempertahankan tawanya, hingga garis-garis halus di wajahnya sangat nyata terlihat. "Kau memanggilku demikian?"

"Kau bahkan tidak pantas disebut sebagai seorang ayah." Kedua obsidian Bara menatap Elandra penuh amarah. Ia tidak peduli jika setelah ini, hubungan ayah dan anak itu akan hancur berantakan. Bara hanya tak ingin melihat istri dan anaknya menderita hanya karena dendam konyol yang dilampiaskan kepada orang yang salah. Bara tidak ingin Rana dan calon bayinya menjadi korban.

Bruk!

Elandra menghantam meja kayu di hadapannya dengan keras. Kesabarannya sudah tidak dapat dibendung lagi. Kali ini ia benar-benar marah karena Bara yang semakin membantah dirinya.

"Tidak bisakah kau menuruti kemauanku?!" Elandra berteriak lantang hingga membuat semua mata pengunjung restoran tertuju padanya.

"Tidak bisa." Bara tersenyum sinis. Pria dengan surai berantakan itu menyeruput kopi hitam yang tadi dipesannya dengan tenang—berusaha mengumpulkan segala keberanian untuk menghadapi pria keparat di hadapannya ini.

"Anakmu." Suara Elandra kembali merendah. Tatapan pria paruh baya itu juga tampak melunak. "Aku tidak akan membiarkan anakmu hidup walaupun kau berjuang untuk menyelamatkannya." Kekehan nyaring yang keluar dari mulut Elandra berhasil membuat nyali Bara sedikit menciut. Baru saja ia ingin mengumpulkan keberanian, ayahnya itu malah menubruknya ke dalam jurang curam yang dipenuhi bebatuan tajam.

Bara mendorong meja hingga kopi yang tadi ia sesap tumpah. Pria itu bahkan tidak segan untuk menarik kerah baju Elandra dan berhasil membuat pria paruh baya itu tercekik. Namun, bukannya terlihat kesakitan, Elandra malah menampilkan wajah menjengkelkan miliknya di hadapan Bara.

"Jangan pernah menyentuh Rana ataupun anakku. Jika kau tidak mendengarkanku, aku bersumpah akan menghabisimu dengan tanganku sendiri!" Ucapan penuh penekanan itu seolah menjadi bukti bahwa Bara tidak lagi memakai kelembutan dalam untaian katanya. Ia sudah muak—terlebih pada ayahnya sendiri. Dalam hati Bara, ia berjanji bahwa setelah ini dirinya akan pergi jauh dari jangkauan pria itu. Elandra terlalu berbahaya.

"Aku tidak menyangka bahwa kau akan seberani ini padaku." Seringaian tak henti menghiasi wajah keriputnya. "Kau bahkan tidak memikirkan resiko yang timbul setelah berani mengucapkan hal itu."

"Berani atau tidak, aku akan tetap ditindas olehmu," geram Bara. "Kau tidak berhak ikut campur dengan urusanku lagi."

"Beda cerita jika kau tidak menghamili Rana, Bara."

"Kau yang menyuruhku melakukan itu!"

"Itu semua karena ayahnya yang telah menghancurkan bisnisku!"

Bara mencekal tangan Elandra kuat. "Itu bukan kesalahan ayah mertuaku. Kau hanya tidak tahu caranya mengelola bisnis! Sifat iri dan dengkimu terlalu kuat sehingga kau mempunyai pikiran bahwa orang lain yang melakukan kesalahan. Kau tidak mencoba mengintropeksi diri!"

"Cukup! Kau tidak berhak untuk menilaiku. Ingat, Bara, aku ini ayahmu! Ayah yang berjuang untuk membesarkanmu sampai kau mahir melawanku. Kau pikir kau siapa?!" teriak Elandra. Kedua matanya memerah, bersamaan dengan seluruh tubuhnya yang berwarna serupa.

"Aku bukan lagi anakmu. Kau perlu mengingatnya mulai sekarang!"

Elandra tertawa begitu nyaring, hingga orang-orang yang menyaksikan mereka menganggap bahwa Elandra mempunyai penyakit gangguan jiwa.

"Terserah apa katamu, Bara ...." Elandra melirik ke arah ponselnya yang menyala—menandakan ada sebuah pesan masuk yang baru diterimanya. "Yang jelas, aku menginginkan Rana dan bayi untuk membuat mertuamu menderita." Elandra kemudian meninggalkan Bara yang masih mengatur napasnya. Emosi masih menyelimuti pria berusia dua puluh enam tahun itu.

"Oh, iya." Elandra membalik tubuhnya kembali menghadap Bara. "Kau ... tidak seharusnya pergi menemuiku."

Bara terdiam sejenak. Kedua netranya masih menatap nyalang Elandra yang justru menampilkan ekspresi tenang.

"Karena kau harus menemuiku, kau jadi tidak mengetahui jika istrimu—"

"Apa yang kau lakukan?!" Bara kembali menarik kerah baju Elandra kuat. Sedangkan pria paruh baya itu tertawa cekikikan.

Bugh!

"Aku tidak bisa menemukannya," keluh Cakra. Pria itu kembali masuk ke dalam mobil saat mengetahui Bara tidak ada di kantornya. Cakra tahu kalau Bara sedang ada dalam masalah, pria itu selalu berdiam diri di perpustakaan ruang kerjanya. Tidak ada tempat yang Bara suka. Ia hanya mengandalkan tempat gelap dan sunyi, dan tempat itu hanya ada di perpustakaan kantornya.

Rana meremas rambutnya frustasi, hingga ia dapat merasakan bahwa rambutnya rontok. Perempuan itu tak kalah pusingnya setelah mengetahui Bara meninggalkan rumah tanpa meninggalkan pesan apa pun.

Cakra melajukan mobilnya ke tempat selanjutnya yang memungkinkan Bara ada di sana. Akan tetapi, sebelum Cakra melanjutkan pencarian, pria bersurai merah itu menoleh ke arah Rana dan melihat bagaimana buruknya keadaan wanita itu. Wajahnya memucat dengan penampilan yang berantakan. Entah kenapa di saat seperti ini, hatinya justru merasa iba saat melihat Rana seperti ini.

"Kau tunggu di sini," ucap Cakra sembari membuka sabuk pengamannya. Rana menoleh ke arah pria itu, dan menampilkan raut wajah bertanya-tanya. "Aku ingin membeli makanan dan minuman. Kau pasti lapar dan haus, 'kan? Tunggu saja di sini. Aku berjanji tidak akan lama."

Setelah mengatakan itu, Cakra bergegas keluar mobil menuju ke sebuah tempat makan cepat saji di seberang jalan. Rana menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi, mencoba mengurangi pening dengan memijit pelipisnya sendiri.

Namun, Rana merasakan ada sesuatu yang aneh. Dengan cepat ia melihat ke arah spion mobil. Di belakang mobil Cakra, terdapat empat orang berpakaian serba hitam yang tengah berdiri di sana. Dari pandangan Rana, orang misterius itu terus saja mengarah ke mobil milik Cakra. Bahkan mereka menunjuknya. Rana sedikit panik karena ia sedang sendirian di dalam mobil. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi.

Tanpa menunggu lama, ia segera meraih ponselnya dan mencari kontak Bara di sana, tetapi nomor Bara tidak dapat dihubungi sama sekali.

Rana juga ingin sekali menghubungi Cakra, tetapi ia bahkan tidak memiliki kontaknya. Perasaannya semakin was-was dan tidak terkontrol. Bagaimana jika orang itu adalah komplotan begal yang sedang beroperasi?

"Ya Tuhan ... lindungi kami." Rana menatap spionsembari mengusap perut buncitnya. Ia benar-benar takut sekarang.

Keempat orang berpakaian serba hitam itu menghampirinya. Hingga kini dua dari empat orang masing-masih berdiri di samping pintu penumpang bagian depan dan belakang—tepat di samping Rana berada.

Tangan Rana semakin bergetar di kala orang itu berusaha membuka pintu. Rana kembali merutuki Cakra karena pria itu tidak mengunci pintu mobil. Di saat Rana beranjak untuk mengunci pintu, orang itu sudah berhasil membuka pintu mobil. Kemudian mereka membawa Rana secara paksa, dan meninggalkan mobil Cakra yang dibiarkan dengan pintu terbuka.

Dan sialnya, Rana tidak dapat merasakan apa pun selain kegelapan.

                                                                         to be continue.

Continue Reading

You'll Also Like

6.6K 1K 26
Bertemu, jatuh hati, dan di pisahkan. Itu adalah sebuah takdir dari Tuhan untuk semua umatnya. Setiap orang pasti akan merasakan apa itu kehilangan. ...
79.8K 13K 37
❝ What does buckwheat flower mean? Lover ❞ +lowercase Started : 2017.04.09 Ended : 2017.09.10
146K 9.5K 16
[ PART DI HAPUS, LENGKAP DI KARYAKARSA] BUKU TERSEDIA DI NAMUBOOKS 18+ [ Morgan Series • Bisa dibaca terpisah ] [ Savana & Vernon ] [ On-Going - Ma...
16.6M 706K 41
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...