Long Distance Relationship

By Windystory11

8.2K 761 541

Bukan kah suatu hubungan dilandasi kepercayaan. Atau itu hanya sebuah ucapan yang tiada arti. Bahkan jarak ya... More

Prakata✨
Prolog✨
LDR 01✨
LDR 02✨
LDR 03✨
LDR 04✨
LDR 05✨
LDR 06✨
LDR 07✨
LDR 08✨
LDR 09✨
LDR 10✨
LDR 11✨
LDR 12✨
LDR 13✨
LDR 14✨
LDR 15✨
LDR 16✨
LDR 17✨
LDR 18✨
LDR 20✨
LDR 21✨
LDR 22✨
LDR 23✨
LDR 24✨
LDR 25✨
LDR 26✨
LDR 27✨
LDR 28✨
Epilog✨
Cerita baru
Hallo, apa kabar semua?✨
Extra part 1✨

LDR 19✨

122 10 14
By Windystory11

Happy reading ❤️

"Sedih bisa tertutupi hanya dengan sedikit candaan. Tapi tak bisa menghapus sedih yang sudah membekas."

Malam ini, mereka berlima sedang menunggu waktu keberangkatan. Kurang dari dua puluh menit waktu yang tersisa. Reina mengecek kembali ponselnya, barangkali pesan yang tadinya ceklis berwarna biru mendapat 'kan balasan. Namun, semuanya hanya khayalan semata.

Reina menatap sekelilingnya, berharap menemukan sebuah jawaban. Kemudian, jemarinya menari dibenda persegi itu. Mengetik sebuah pesan untuk mengatakan perihal keberangkatan dirinya.

Aku berangkat dulu
Aku sayang sama kamu, Han
Di sini udah malam, night, ya🤗

Reina ingin menangis detik ini juga, entah lah. Akhir-akhir ini Reina merasa jika hubungan nya dengan Farhan sedang tidak baik-baik saja. Bukan Reina yang sudah tidak percaya lagi dengan Farhan. Namun, sikap lelaki itu sudah menunjukkan ketidak tertarik 'kan lagi.

Terdengar suara yang mengatakan keberangkatan mereka, Reina pun menarik kopernya.

Mereka berlima tidak terlalu banyak membawa barang, hanya koper berukuran sedang dan sebuah sling bag.


"Oowh iya, Rei nanti kita nginap di hotel dekat bandara aja, ya. Kalau kita langsung ke villa gue, gak memungkinkan. Mengingat kita tiba di sana sekitar jam sebelas kurang," ucap Jesi.

"Yaudah, gue ngikut aja. Dan, yang lo bilang ada benarnya juga. Kita butuh istirahat juga."

Mereka pun memasuki pesawat, untuk pergi menuju kota Lombok.

Tak terasa sudah hampir tiga jam waktu yang mereka gunakan di dalam pesawat. Reina dan yang lainnya mengambil koper mereka, dan berjalan keluar area bandara.  Jesi sudah menghubungi taxi online untuk mengantarkan mereka ke hotel yang berada didekat bandara.

Sesampainya di hotel, mereka semua langsung membersihkan tubuh mereka di kamar mandi. Mereka memesan kamar yang cukup untuk menampung mereka berlima.

Setelah selesai mandi, Aulia berinisiatif untuk menyediakan makan malam untuk mereka. Sebenarnya tadi mereka sudah makan didalam pesawat. Namun, yang namanya habis perjalanan jauh pasti lapar.

Hotel ini juga menyediakan berbagai bahan makanan mentah bagi para penghuninya. Setiap kamar disediakan bahan makanan. Aulia mulai memotong bawang merah dan putih. Kemudian, Aulia mengambil lima bungkus mie instan untuk dimasak.

Terdengar suara derap langkah orang, yang tak lain adalah Jesi.

"Lo, mau ngapain, Aul?" tanyanya sembari mengambil buah yang ada dikulkas.

"Gue mau masak, pasti lo semua pada lapar 'kan," tebak Aulia yang mengetahui sifat temannya ini.

"Mau gue bantuin gak?" tawar Jesi.

"Gue cuman masak indomie goreng doang, gak usah. Lo mending duduk aja, atau gak panggil yang lain!" saran Aulia.

"Yaudah, gue panggil mereka, ya," ucapannya kemudian pergi meninggalkan Aulia yang sibuk dengan kegiatannya.

Aulia mengambil sebuah panci, mengisinya dengan air minum dan memasukkan mie instan tadi untuk direbus. Setelah beberapa menit direbus hingga lunak, mie instan ditiris 'kan. Kemudian ia mengambil wajan untuk menumis bawang putih, bawang merah, jahe, sosis yang sudah dipotong kecil-kecil. Setelah ditumis dengan sedikit minyak sayur, Aulia pun memasukkan mie yang sudah ditiriskan tadi kedalam wajan. Kemudian, memberikan saus dan kecap.

Sepuluh menit pun sudah Aulia habiskan hanya untuk membuat mie instan sederhana versi Aulia. Tak lama temannya datang menghampiri Aulia.

"Gilak, wangi banget masakan lo," celutuk Claudia dengan mengendus.

"Ini punya kita semua, kecuali lo," ucap Jesi sembari menunjuk kearah Claudia.

"Enggak, apa-apaan lo. Yang masak Aulia, kok lo yang ngatur sih," sewot Claudia.

Mereka semua tertawa melihat tingkah Claudia dan Jesi yang tak pernah akur.

"Lo berdua mau pada makan apa enggak? Udah malam ini?" tanya Indah.

"Indah mah, gak asik. Orang lagi berantam juga. Ini nih, teman lo yang satu ini. Gesreknya gak kurang-kurang." Tunjuk Jesi.

"Dih, lo kali yang gesrek," ucap Claudia balik tak terima.

"Lo."

"Lo lah."

"Lo."

"Stop, ya. Gak usah seperti anak kecil deh kalian," lerai Reina akhirnya.

"Kita makan, ya. Tadi gue masak banyak kok," Aulia pun meletakkan piring yang sudah diisi dengan masakan yang sudah dibuatnya kemeja makan.

Setelah makan, mereka pun mutuskan untuk istirahat.

***

Seorang remaja lelaki baru saja tiba dirumahnya. Ia melepaskan jas yang ia gunakan. Berjalan menuju balkon kamarnya, tangannya bergerak mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah liontin terpampang didalam kotak persegi itu.

"Gak ada satu pun manusia dibumi ini yang ingin berkhianat. Sekalipun itu terpaksa, tapi aku gak punya pilihan lain, Rei. Aku pikir bisa bahagiakan kamu sampai kapanpun. Nyatanya semua cuman dalam pikiran, bukan kenyataannya," ucap Farhan monolog.

Farhan menatap kearah langit, ia menghapus sudut matanya yang berair. Terlalu rumit memang, ia yang menjanjikan kebahagiaan tapi malah ia yang memberikan luka.

Farhan masih berusaha mencari orang yang sudah menggelapkan dana perusahaan papanya. Dan salah satu orang suruhan Farhan mengatakan jika orang tersebut berada di Indonesia. Farhan sudah meminta orang suruhannya untuk mencari datanya lebih lanjut.

Farhan masuk kedalam kamar, duduk dibangku yang menghadap langsung ke jendela. Tangannya meraih ponsel untuk mengirim 'kan pesan kepada seseorang.

Besok Farhan gak bisa nemenin Kesya ke salon

Tak lama Farhan mendapatkan balasan dari sana. Ia tersenyum melihat tingkah gadis itu yang sedikit manja terhadapnya.

Keke
Kok gitu sih!
Farhan udah janji sama Keke!

Maaf, ya
Farhan ada kerjaan mendadak

Farhan menahan tawanya agar tidak meledak. Namun tawanya pun meledak tak tertahankan. Hingga suara dering telepon menyadarkan Farhan. Dilihatnya nama Kesya tertera di sana.

"Farhan, masa gak bisa nemanin Keke sih! Kesya sengaja lho ngebatalin kepulangan Kesya demi Farhan. Farhan juga udah janji mau Bawak Kesya jalan-jalan keliling London 'kan," tagihnya akan janji laki-laki itu.

"Hahaha, dasar manja. Tapi, maaf Ke, Farhan memang gak bisa nemanin Kesya besok. Sama bunda aja, ya perginya!" pintanya.

Bukan tanpa alasan Farhan menolak keinginan gadis itu. Farhan kan ingin membuat surprise buat Kesya. Jadi, bagaimana mungkin ia akan membuatnya jika gadis itu ikut dengannya.

"Yaudah."

"Jangan marah, ya," bujuk Farhan.

"Malas sama Farhan, ingkar janji."

Panggilan pun dimatikan sepihak. Farhan menatap ponselnya dengan alis yang menyatu. Kesya dengan sejuta  keanehannya. Jangan kira Farhan suka sama Kesya. Ini semua murni karena ia telah menganggap Kesya sebagai adiknya. Kesya gadis yang baik, gadis yang periang. Farhan hanya ingin Kesya menjadi orang yang seperti ini.

***

Keesokan pagi harinya, mereka semua sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju villa Jesi yang berada didekat gunung Rinjani. Villa yang cukup strategis bukan? Waktu yang dibutuhkan cukup lama, semua barang sudah dimasukkan kedalam mobil pribadi Jesi yamg ada di Lombok. Tadi pagi sekali, supirnya telah sampai di sini.

Tiga jam berlalu, akhirnya mereka sampai di villa milik Jesi. Suasana di sini cukup sejuk, jauh dari hiruk piruk keramaian. Jauh dari debu, hanya udara yang cukup asri.

Mereka tidak langsung pergi mendaki, melainkan mengisi perut yang sudah meronta untuk diisi.

Reina menatap teman-temannya, hanya mereka yang saat ini ada disamping Reina. Selalu ada disaat suka maupun duka. Gak terasa sebentar lagi mereka akan berpisah. Ujian nasional sudah didepan mata, baik Reina maupun yang lain sudah mempersiapkan semuanya secara matang. Sebelum otak mereka akan berperang melawan kertas putih itu.

Aulia berjalan menghampiri Reina, ikut duduk bersila disamping Reina.

"Lo, baik-baik aja 'kan Rei?" tanya Aulia yang melihat Reina sedari awal keberangkatan lebih banyak diam.

"Gue gak bisa bayangin, gimana kehidupan gue selanjutnya tanpa kalian. Tapi, mau gimana pun kita tetap akan berpisah 'kan?" tanyanya.

Aulia tersenyum, ia merangkul pundak Reina dan menggoyang-goyang 'kannya. "Lo ingat gak pertama kali kita kenal? Awalnya gue juga gak nyangka kalau bakal ketemu sama lo, sahabatan sama yang lainnya. Gue senang ada kalian, sejak Nanda pergi gue gak punya penyemangat lagi untuk tetap tersenyum. Gue bersyukur, masih diberikan orang sebaik kalian semua," ucap Aulia menerawang mengingat awal pertemuan mereka.

Reina tersenyum melihat Aulia, ia pun memeluk sahabatnya itu. Tak lama suara cempreng Jesi merusak suasana.

"Apa-apaan lo berdua peluk-pelukan, gak ngajak kita lagi!" ucapnya kesal.

Mereka semua tertawa, sedih bisa tertutupi hanya dengan sedikit candaan. Tapi tak bisa menghapus sedih yang sudah membekas.

Tbc

Terimakasih sudah mampir di cerita aku. Jangan lupa vote dan komentar nya, ya. Maaf juga bila masih ada typonya.

Windystory11

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

928K 51.4K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
291K 13.5K 38
[COMPLETE] Cover By : Vauwez Sam El Fareez "Tapi, ini cara aku. Cara aku buat ngelakuin semuanya ke kamu, aku tau kamu buka hati kamu ke Iqvan karn...
61.2K 1.5K 81
Antologi puisi. Tentang rasa yang tak terkata. Dengan sepatah kata aku berbahasa Mengenai secuil kata hati Dan mengenai sepotong manah Yang tak terku...
764K 56K 33
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...