[S1] The Beginning Of Our Des...

By SUN1396

64.3K 6K 1.3K

[OPEN PRE-ORDER TANGGAL 1-7 SETIAP BULANNYA ] Dia tidak mengerti mengapa kehidupannya berbeda. Ada luka yang... More

Prolog
1. Jeon Wonwoo
2. Kim Mingyu
3. Teman ?
5. Tak terduga
6. Batas kesabaran
7. Sandaran
8. Kejujuran
9. Keputusan
10. Lee Jihoon Pt.1
11. Lee Jihoon Pt.2
12. Perpisahan yang sesungguhnya
13. Karena aku rumahmu
14. Keinginan yang sederhana
15. Pertemuan kembali
16. Sang pengecut
17. Tak lagi sama
18. Kebohongan
19. Ungkapan tak biasa
21. Bayi beruang kesayangan
22. Kebaikan berujung kehancuran
23. Maaf yang tak tersampaikan
24. Kesepakatan
25. Benarkah itu kau ?
26. Penuh harap
27. Undangan makan malam
28. Menusuk dari belakang
29. Membunuhku dengan perlahan
30. Sebuah pengakuan
31. Antara dua pilihan
32. Beban baru
33. Sampai kapan ?
34. Dibutakan oleh cinta
35. Selembar kertas
36. Aku kembali...
37. Hilangnya harga diri seseorang
38. Amarah yang menggebu
39. Kembali berkorban
42. Tak akan menyesal
43. Mulut dapat berbohong, sedangkan hati...
45. Dejavu
47. Pemilik mata rubah yang kami rindukan
48. Untukmu ibu
49. Ijinkan aku berada disampingmu
Epilog
📢 Pengumuman
📢 Info
🎉 It's PO Day

4. Kau tidak akan mengerti

1.2K 163 16
By SUN1396

Happy Reading

.

.

.

"SUDAH AKU KATAKAN UNTUK TIDAK MENAMPAKKAN WAJAHMU DIHADAPAN REKAN BISNISKU, JEON WONWOO !"

Teriakkan penuh kemarahan menggema disalah rumah yang begitu mewah. Dikamar mandi salah satu kamarnya nampak wanita cantik itu terus menarik surai hitam kecokelatan milik salah seorang remaja yang begitu pasrah. Sudut bibirnya kembali mendapatkan luka, begitu pula pelipisnya dihiasi darah yang telah mengering. Belum lagi kepalanya yang berdenyut sakit akibat tarikan kedua tangan wanita yang paling dihormatinya ini.

Wanita itu terus menarik surai milik remaja itu yang telah begitu pucat. Sedari tadi ia terus meminta tolong agar wanita yang dihormatinya ini menghentikan apa yang dilakukan terhadapnya. Namun apa yang dilakukannya sia-sia. Wanita itu yang tak lain adalah ibu kandungnya terus saja berbuat kasar padanya, seolah menulikan pendengarannya.

"Eomma tolong hentikan." pintanya. Kedua tangannya terus mencoba melepaskan tangan sang ibu yang berada tepat dikepalanya. Sungguh ini sangat sakit , apalagi dibagian kepalanya yang terasa tertusuk ribuan paku.

Nyonya Kim nampak belum puas. Ia dengan tak berperasaan menarik sang anak dan menenggelamkan kepalanya ke bathup yang terisi air. Terlihat Wonwoo kesulitan bernapas dengan tubuh yang mulai melemah. Ibunya terus saja memberikan rasa sakit keseluruh tubuhnya. Wonwoo berharap jika hari ini adalah hari terakhirnya merasakan kesakitan yang selalu diterimanya dari sang ibu. Mungkin ia akan sangat senang jika mati ditangan sang ibu (orang yang melahirkan sekaligus membencinya).

"SEHARUSNYA KAU MATI SAJA, JEON WONWOO ! KAU TELAH MEMBUATKU MALU !" teriaknya lagi dan terus menenggelamkan kepala sang anak tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Flashback

Sore hari yang sebentar lagi tergantikan oleh gelapnya malam, nampak seorang remaja baru saja menginjakkan kedua kakinya digerbang rumahnya. Didepannya nampak bangunan rumah yang begitu mewah terpampang jelas dikedua matanya. Tiba-tiba ia tersenyum kecut dengan kenyataan bahwa dirinya tak pernah merasakan apa yang namanya bahagia dan kasih sayang. Bangunan mewah itu tak sebanding dengan hidupnya yang bahkan jauh dari kata baik.

Remaja itu Jeon Wonwoo tidak terlalu mempedulikan mobil yang terparkir dihalaman rumahnya. Tujuannya hanya satu, ia ingin segera ke kamar dan mengistirahatkan tubuhnya yang entah mengapa sangat tidak bersemangat. Dilangkahkannya kedua kakinya memasuki ruang tamu. Tetapi baru saja kedua kaki itu sampai diruang tamu, ia langsung menghentikan langkah kakinya ketika dirinya menjadi pusat perhatian dari empat orang disana---salah satunya adalah sang ibu.

Wonwoo langsung membungkuk dengan tubuh kaku yang mulai mendingin. Ah rupanya ia kembali melakukan kesalahan yang membuat sang ibu menatapnya tajam. Bodoh. Seharusnya ia memperhatikan mobil yang terparkir dihalaman rumahnya dan tidak harus berjalan ke ruang tamu, jika seperti ini tidak ada yang bisa dimaafkan. Ibunya pasti akan melakukan sesuatu diluar dugaan.

Nyonya Kim menatap kearah Wonwoo dengan sorot mata tajamnya dan memberikan perintah untuknya segera pergi dari tempatnya berpijak lewat kedua matanya. Lihatlah bahkan ia tengah mencoba menahan amarah yang sebentar lagi segera melunjak. Rasanya ingin sekali ia langsung memberi pelajaran kepada anaknya yang selalu melanggar aturan. Tetapi ia harus menahan diri untuk tidak dipandang buruk oleh rekan kerjanya. Sampai Wonwoo pergi, emosi yang sedari ditahannya mulai mereda.

"Anakmu sangat tampan dan aku yakin jika dia sangatlah mirip ayahnya." seketika itu Nyonya Kim menatap kearah sang rekan bisnis dengan terkejut.

"Benar. Aku tidak yakin jika anakmu membunuh temannya. Lihatlah bahkan dia terlihat seperti anak yang baik." timpal rekan bisnis yang satunya.

Tanpa sadar kedua tangan Nyonya Kim terkepal erat. Mengapa disaat seperti ini mereka harus membicarakan soal anaknya ? Tidakkah itu sangat tidak penting dan juga tidak ada kaitannya dengan bisnis ini, "Bisakah kalian tidak membicarakan anakku ?" dan ini adalah pertama kalinya Nyonya Kim mengatakan 'Anakku' untuk Wonwoo. Mungkin jika Wonwoo mendengarnya, ia akan sangat senang. Sayangnya, anak itu telah berada dikamarnya.

"Kau terlihat kesal sekali ketika kami membicarakan anakmu. Ah bahkan tadi anakmu terlihat ketakutan mendapat tatapan dari ibunya. Ataukah memang kau tidak menyayanginya, hingga anakmu senekad itu menyakiti temannya ? Apa dugaanku benar, Kim Sung Ryung-ssi ?"

Nyonya Kim sungguh benci ketika melihat kedua mata sinis itu seolah tengah menjatuhkan harga dirinya. Jantungnya berdetak sangat cepat dengan dilingkupi emosi yang dengan susah payah ditahannya. Haruskah seperti ini mereka menjatuhkan harga dirinya ? Ya. Hanya karena ulah sang anak yang berakibat kepada karirnya ?

Flashback End

"Nyonya hentikan !!" teriakan sang maid membuat Nyonya Kim melepaskan Wonwoo yang terlihat sangat pasrah.

Tubuhnya terkulai lemas dan mencoba meraup oksigen dengan pandangan kosong. Rambut serta wajahnya telah basah oleh air, bahkan sebagian bajunya yang ikut basah oleh air tersebut. Ia hanya menunduk dalam diam tak berani menatap kearah sang ibu yang juga menatapnya tajam serta tarikan napas yang menggebu menahan emosi. Nyonya Kim nampak belum puas dengan apa yang dilakukan kepada sang anak. Seandainya maidnya itu tidak datang tiba-tiba, mungkin ia sudah merasa puas membuat perhitungan kepadanya.

"Saya mohon Nyonya jangan sakiti Tuan Muda. Dia tidak bersalah." tambah Ahjumma Han sembari berlutut dihadapan Nyonya Kim. Bahkan wanita yang selama ini mengasuh dan menjaga Wonwoo nampak menangis, tidak tahan dengan apa yang dilakukan Nyonya Kim kepada anak kandungnya sendiri. Bukankah Nyonya Kim yang melahirkan Wonwoo ? Tetapi mengapa sekejam ini ?

Nyonya Kim tidak mengerti. Mengapa salah satu maid yang bekerja dirumahnya harus bertindak seperti ini ? Lihatlah bahkan sekarang ia seolah menjadi orang paling jahat didunia. Nyonya Kim tanpa berkata langsung melenggang pergi meninggalkan Wonwoo dan maidnya. Kedua tangannya terkepal erat ketika rencananya selalu digagalkan olej maidnya itu.

"Wonwoo-ya kau tak apa ?" tanya Ahjumma Han dengan raut wajah khawatirnya. Wonwoo bahkan terus diam tak mengucapkan satu katapun dan itu yang membuat wanita paruhbaya itu teramat mengkhawatirkannya.

Wonwoo menegakkan kepalanya dan berhasil menatap kearah Ahjumma Han. Sorot matanya nampak kosong seolah tak ada semangat hidup, "Mengapa ahjumma lakukan ini ? Seharusnya kau membiarkan aku mati dan keluar dari kesengsaraan ini. Aku akan sangat senang jika mati ditangan ibu kandungku sendiri."

Mingyu tak hentinya dibuat penasaran oleh tingkah Wonwoo hari ini. Semenjak datang ke sekolah teman sebangkunya itu menggunakan hodie yang menutupi tubuh bagian atas terutama bagian wajah. Banyak orang mengira jika Wonwoo melakukan sesuatu atau semacam melukai orang. Apalagi Wonwoo seolah tidak ingin memperlihatkan wajahnya dan bahkan ketika seorang guru bertanya padanya, ia menjawab tanpa melepas tudung pada hodienya.

Bukan maksud Mingyu ikut campur, hanya saja ia terlalu penasaran sekaligus khawatir. Apalagi banyak orang selalu membullynya dan ia tidak ingin mendengar kabar jika Wonwoo dibully sehingga mendapatkan luka pada tubuhnya. Pembullyan memang sering terjadi dimana saja, dan bahkan si pembully kadang nekad melukai seseorang yang dibullynya. Dan lebih parahnya lagi adalah banyak kasus bunuh diri akibat pembullyan tersebut. Mingyu tidak ingin semua itu terjadi kepada Wonwoo.

"Aku akan membelikanmu makanan. Tunggulah disini jangan pergi kemanapun." ujar Mingyu ketika mereka seperti biasa berada di perpustakaan. Sekarang perpustakaan tersebut menjadi tempat favorit Mingyu untuk menenangkan diri sekaligus menemani Wonwoo---tentunya. Setelah membeli makanan Mingyu berniat mengajak Wonwoo untuk pergi keatap sekolah dan menikmati waktu berdua disana. Bukankah Wonwoo sangat menyukai tempat yang sunyi ?

Wonwoo yang tengah membaca sebuah buku nampak seolah tak peduli dengan apa yang dikatakan oleh teman sok akrabnya itu. Kepalanya masih menunduk dengan tudung hodie yang setia dipakainya. Wonwoo yakin jika mereka melihat bagaimana wajahnya sekarang, mereka akan terkejut dan mengatai hal yang tidak-tidak. Ikut perkelahian misalnya, bukankah ia telah di cap sebagai pembunuh ? Jadi akan jadi hal lumrah ketika mereka tahu apa yang sebenarnya telah terjadi padanya.

"Lihatlah tingkahnya menjadi sangat aneh. Mungkinkah dia berhasil membunuh lagi dan tengah mencoba menyembunyikan identitasnya ? Sungguh menakutkan." sayup-sayup Wonwoo mendengar bisikan beberapa orang berada diperpustakaan yang sukses membuat jantungnya berdetak semakin cepat.

"Seharusnya pihak sekolah segera mengeluarkannya. Apa mereka sengaja akan menambah korban lagi ?"

"Rasanya aku ingin membuat perhitungan padanya."

Wonwoo tak tahan dengan perkataan mereka yang sukses membuat hatinya sesak. Ditutupnya segera buku yang tengah dibacanya, dan langsung bangkit dari duduknya. Kedua kakinya melangkah dengan lebar menuju salah satu rak buku dan menyimpan buku tersebut ketempat semula. Setelah dirasa tak ada urusan lagi dengan tempat tersebut, Wonwoo kembali melangkahkan kedua kakinya keluar dari perpustakaan. Tanpa peduli dengan perkataan Mingyu yang menyuruh dirinya untuk tetap berada disana.

Tak bisa dibohongi jika seluruh tubuhnya sangat sakit, terutama bagian kepala dan sebagian wajahnya. Ya. Pagi tadi setelah bangun tidur Wonwoo terkejut melihat wajahnya yang terdapat bekas membiru dan juga bengkak. Apalagi sudut bibirnya yang nampak jauh dari kata baik. Awalnya Wonwoo tidak akan pergi sekolah dalam keadaan seperti ini, tetapi ia kembali berpikir diam dirumah sama saja dengan menyerahkan diri kepada sang ibu. Wonwoo memang berharap ibunya akan membunuhnya sekarang juga, namun ia merenungkannya kembali haruskah ia mati tanpa merasakan kasih sayang dari seorang ibu ?

Nampaknya Wonwoo tengah berada disalah satu bilik toilet dan menghindari beberapa orang yang tengah menggunakan toilet. Tudung hodienya tak lagi dikenakan dan memperlihatkan wajah yang berhiaskan luka membiru. Ingatannya kembali melayang kepada hari kemarin, dimana Ahjumma Han menolongnya dari kemarahan sang ibu. Ahjumma Han terlihat begitu tulus dan terus melindunginya, seberapa besar ibunya mencoba untuk menyakitinya.

"Jangan berkata seperti itu, Wonwoo-ya. Perjalananmu masih panjang dan kesengsaraan ini akan membuatmu menjadi seseorang yang lebih kuat lagi. Ahjumma yakin suatu saat nanti kau akan merasakan kasih sayang yang tiada tara dan juga mendapat kebahagiaan yang kau idamkan selama ini. Ahjumma akan terus melindungimu dan selalu berada disisimu, tolong jangan lagi berkata seperti itu karena kau juga menyakiti perasaan ahjumma."

Wonwoo tersenyum kecut, "Bahkan kau hanyalah pengasuhku, ahjumma."

"YAK JEON WONWOO KELUAR KAU ! AKU TAHU KAU ADA DIDALAM !" teriakan seseorang sukses membuat Wonwoo terkejut. Apalagi orang itu mencoba mendobrak pintu bilik. Wonwoo dengan cepat memakai kembali tudung hodienya dan menutupi wajahnya.

Tanpa ragu Wonwoo membuka kunci pintu bilik dan keluar mendekati mereka yang dilihat dengan sekilas berjumlah empat orang. Tunggu ! Apa yang mereka lakukan ? Lihatlah bahkan mereka begitu marah, memang apa yang telah terjadi hingga membuat mereka semarah ini ? Tolong mengapa harus dirinya yang disalahkan seperti ini ?

Srettt...

Mereka terkejut ketika salah satu dari mereka membuka tudung hodie Wonwoo dan memperlihatkan wajah membengkak sang anak, "Apa yang kalian lakukan hah ?" marah Wonwoo dengan memberikan tatapan tajam penuh kebencian terhadap keempat orang itu.

"Aku hanya ingin membuat perhitungan padamu, Jeon Wonwoo. Kau harus segera pergi dari sekolah ini dan jangan pernah bersekolah disini ! Karena apa ? Karena kau adalah seorang pembunuh dan seharusnya pembunuh mendekam dipenjara bukannya bersekolah !"

Wonwoo menatap kearah teman satu kelasnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan, "Kau hanyalah percaya pada gosip yang beredar tanpa tahu kebenarannya, Lee Jin Hyuk-ssi. Jangan mentang-mentang kau adalah anak Direktur sekolah kau bertindak seenaknya seperti ini ! Aku bahkan tahu bagaimana kehidupanmu yang sesungguhnya, ah haruskah aku beritahu teman-temanmu ini mengenai kehidupanmu itu ?"

Lee Jin Hyuk tak tahan dan meraih hodie Wonwoo bagian lehernya membuat Wonwoo nampak tersenyum senang melihat bagaimana marahnya teman sekelasnya ini, "Kau ! Asal kau tahu saja jika anak yang kau bunuh adalah sepupuku, Jeon Wonwoo ! Dan entah mengapa kau malah diterima disekolah ini, padahal sudah jelas jika sepupuku mati karena dirimu !"

BUGH.

Wonwoo tersungkur setelah menerima pukulan dari Jin Hyuk pada pipinya dan membuat kepalanya seketika pening. Pukulannya tidak main-main hingga berefek pada kepalanya yang menjadi penik sekaligus sakit. Kepalanya mendongak menatap kearah Jin Hyuk yang tengah ditenangkan oleh ketiga temannya.

Tes.

Wonwoo segera menyentuh hidungnya oleh tangan kanannya ketika darah kembali menetes dari hidungnya. Mereka berempat nampak terkejut dengan apa yang terjadi kepada Wonwoo. Lihatlah bahkan darah itu tak hentinya menetes dan membuat Wonwoo segera berlari menuju wastafel tanpa peduli dengan mereka yang terus memperhatikannya. Tidak ingin menjadi seseorang yang bertanggung jawab, mereka tanpa bersalah segera meninggalkan Wonwoo yang nampak sibuk dengan dunianya.

"Disini kau rupanya. Mengapa kau tidak memberita___"

"Bisakah kau tidak mengusikku !" marah Wonwoo dengan wajah pucat yang berhiaskan beberapa luka membuat seseorang itu yang tak lain adalah Mingyu diam membisu. Ia hanya terkejut dengan apa yang dilihatnya. Jadi karena ini alasan Wonwoo menyembunyikan wajahnya ?

"Kau tak apa ?"

Sret..

Saking marahnya tanpa sadar Wonwoo meraih kerah baju Mingyu dengan erat. Mingyu mendengar dengan jelas napas Wonwoo yang tidak beraturan dan terdengar menggebu, "Sudah aku katakan untuk tidak mengusikku, Kim Mingyu !"

"Aku tidak bermaksud mengusikmu. Aku adalah temanmu, Wonwoo-ya. Aku siap menjadi pendengar ceritamu."

"Kau tidak akan bisa mengerti bagaimana sulitnya menjadi aku !"

#23062020

Maaf lama idenya buntu huhuhu...

Continue Reading

You'll Also Like

YES, DADDY! By

Fanfiction

307K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
727K 67.8K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
1.6K 194 17
Lee Sangwon, pemuda lugu ini begitu terkejut dengan dirinya yang tiba-tiba bangun ditempat yang asing, ia sangat ketakutan saat mendapati orang-orang...
205K 22K 42
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...