04th floor . treasure [✓]

By jaevevo

849K 196K 82.1K

ada pembunuh berantai di sana. © 030620, jaevevo More

prolog
01
02
03
04
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
epilog
penjelasan
bonchap; yoon saera

05

26.6K 6.3K 3K
By jaevevo


















04th floor
















Ruangan itu hanyalah kamar tidur dengan luas seperti kamar-kamar biasa, dengan cat berwarna putih yang mendominasi, juga lantai berukuran 30×30 cm.


Terdapat pintu berwarna cokelat kayu tua sebagai pembatas kamar dengan lorong lantai empat. Di depan pintunya, terdapat sebuah kaca bertuliskan, 406.


Kamar Choi Hyunsuk dan Takata Mashiho.


Malam ini, Mashiho, Junkyu, dan Jaehyuk berencana untuk menonton drama di kamar 406 itu. Junkyu sendiri yang sudah membeli kasetnya kemarin sore.


Namun ternyata, pada malam yang sama, Hyunsuk dan Jihoon perlu membuat makalah, sementara kamar Jeongwoo dan Jihoon tengah dipakai oleh Jeongwoo dan Haruto, entah untuk apa.


Alhasil, Jihoon, Hyunsuk, Mashiho, Junkyu, dan Jaehyuk berkumpul di kamar 406.


Padahal, bisa saja mereka tidak berkumpul di sana, karena kalau berkumpul berlima kamar 406 itu justru akan terasa lebih sempit.


Tapi, seseorang memaksa, dan berhasil membuat yang lain setuju untuk berkumpul di sana.


Junkyu memasukkan DVDnya ke dalam DVD player, lalu mulai menyalakan alat itu. Sementara, Mashiho, selaku pemilik kamar, mengambilkan camilan dan gelas berisi air putih untuk mengiringi acara menonton mereka.


Junkyu, Mashiho, dan Jaehyuk lalu langsung duduk di depan televisi di kamar Mashiho itu.


🎶Dugeochi waeyo waeyo waeyo
Wae naneun andwaenayo🎶


Ponsel Junkyu berdering, mengeluarkan lagu berjudul Wayo yang sangat terkenal akhir-akhir ini. Seseorang menelepon Junkyu, membuat laki-laki itu lekas memeriksa ponselnya.


Begitu mengetahui siapa peneleponnya, Junkyu menatap ponselnya datar. Ia lalu berjalan ke luar kamar 406, entah untuk apa.


Setelah Junkyu pergi ke luar, Jaehyuk menyenggol lengan Mashiho. "Mashi, gue mau ke toilet dulu, ya?" Katanya.


Mashiho mengangguk. "Ya udah." Katanya, mengizinkan.


Jaehyuk mengangguk, lalu berjalan ke luar kamar 406, hendak pergi ke toilet.


Sebelum pergi ke toilet, ia menatap gelas yang disiapkan oleh Mashiho tadi.


Di dalam gelas itu... Tidak ada apa-apa, kan?




























































































Doyoung dan Asahi tengah berada di kamar mereka, kamar nomor 403. Asahi hanya duduk dengan diam seperti biasa, sementara Doyoung tengah memainkan jarinya dengan gelisah.


"Doy, lo... enggak apa-apa?" Asahi bertanya, penasaran.


Tumben.


"Enggak apa-apa..." Katanya, namun raut wajahnya menunjukkan perasaan yang berbeda.


"Oh. Ya udah." Jawab Asahi, abai.


Sudah Doyoung duga.


Doyoung hampir saja beranjak keluar kamarnya. Namun, perkataan Asahi berhasil membuatnya mematung.


"Kalo ada sesuatu, jangan dipendam aja, sebelum terlambat." Katanya.


Doyoung menatap Asahi penuh curiga.


Asahi... Tahu dari mana?


Namun, Doyoung mencoba mengabaikan pikiran-pikiran negatif yang tiba-tiba muncul di dalam benaknya itu.


Laki-laki itu memilih untuk setuju dengan Asahi, lalu membuka ponselnya serta membuka aplikasi telepon. Doyoung lalu menekan tombol berwarna hijau pada salah satu kontak di ponselnya.


"Halo?"


"Boleh ketemu?"


"Bisa keluar?"


Doyoung menatap Asahi. Melihat tidak ada reaksi dari laki-laki itu, Doyoung lalu memutuskan untuk berjalan keluar, menemui peneleponnya itu.




























































































Sekarang sudah larut malam. Jihoon dan Hyunsuk tengah berada di kamar 402, berniat mengajari Junghwan dalam salah satu mata pelajaran untuk ujian yang akan segera berlangsung.


Jaehyuk juga sudah membantu.


Sementara, Mashiho sedang berada di kamarnya, sendirian. Tengah merapikan kamarnya serta bersiap tidur.


Maklum, anak rajin.


Saya mah apa atuh.


Setelah menurutnya kamarnya sudah lumayan rapi, Mashiho lalu merebahkan dirinya di atas ranjangnya. Ia lalu menutup matanya, berusaha merelaksasikan dirinya sendiri.


Perlahan, kesadarannya menghilang...


Tok, tok, tok.


Seseorang mengetuk pintu kamar Mashiho berkali-kali. Mashiho mengernyitkan dahinya tidak suka. Kalau yang mengetuk pintu kamarnya itu Hyunsuk, maka, Hyunsuk ada-ada saja. Padahal, Hyunsuk kan, punya kunci cadangan.


Tapi, kalau bukan Hyunsuk, untuk apa, orang lain yang tidak memiliki urusan dengan Mashiho harus mengganggunya dengan mengetuk pintu kamarnya itu?


Tiba-tiba, bulu kuduk Mashiho berdiri. Lehernya bagai terkena semilir angin dari belakang.


Seseorang berusaha membuka paksa pintu kamarnya. Mashiho ketakutan. Ia bersembunyi di balik selimut, dihantui oleh teror-teror pembunuh Yoshinori.


Ia menghela napas lega begitu menyadari kalau yang datang ke kamarnya itu, bukan orang asing, melainkan tetangganya di kamar lain.


Padahal, seharusnya, Mashiho lebih ketakutan.


"Mashi," laki-laki itu memanggil, seraya mengambil gelas berisi cairan yang Mashiho ambil beberapa waktu lalu.


"Ngapain? Ada apaan?" Mashiho bertanya, sambil mengernyitkan dahinya, heran.


Pemuda yang sedang berbicara dengannya itu lekas menghampiri Mashiho. "Enggak mau minum?" Tanyanya.


Mashiho menatap gelas itu, lalu menelan ludah, ketakutan. Tubuhnya nampak bergetar. Mashiho langsung menggeleng cepat-cepat. "Enggak usah, makasih." Katanya.


"Ngomong apa, sih? Diminum, dong! Sayang, lho, kalo dibuang..." Katanya.


Mashiho menatap laki-laki itu. "Enggak usah, buat lo aja!" Katanya.


Laki-laki itu, tiba-tiba menyekik leher Mashiho, membuatnya meronta-ronta minta dilepaskan.


"MINUM!!!" Katanya dengan tatapan tajam, lalu membuat Mashiho meneguk cairan di dalam gelas itu secara paksa.


Tubuh Mashiho mulai melemas. Pandangannya mulai kabur. Mulutnya mulai berbusa. Ia menatap orang di depannya itu, dengan tatapan memohon.


"Itu... Apa?" Mashiho bertanya.


Orang itu melepas cekikannya, lalu menyeringai lebar. "Sianida kok diminum." Katanya, lalu tertawa cekikikan.


"... Brengsek!" Mashiho mengumpat, untuk pertama kalinya.


Orang di depannya tentu saja terkejut, namun dengan cepat mengubah ekspresinya. "Kalo gitu, selamat tidur!" Katanya, lalu berlari keluar kamar 406, sambil tertawa puas.


"Childish, sih!" Katanya, bermaksud menyindir Mashiho. Padahal, ia sudah tahu, yang disindir tidak mendengar.


Yang tidak ia ketahui,




























































































Adalah fakta kalau Mashiho masih hidup.


Laki-laki itu memang masih hidup, namun ia tahu, kalau sebentar lagi, tubuhnya akan lemas tidak berdaya.


Jadi, Mashiho mengambil sebuah pensil dan kertas yang kebetulan berada di nakas, lalu menulis sesuatu yang sekiranya bisa membantu tetangga sekaligus teman-temannya itu.


Namun, baru satu huruf ia tulis, tangannya  mulai kehabisan tenaga.


Di ruangan itu, tubuhnya nampak terkulai lemas bagai tidak bernyawa.

















***
Cluenya banyak banget lho :)

Continue Reading

You'll Also Like

876K 228K 38
❝ Perang ini... harus diakhiri, dan harus kita yang menang. ❞
grudge | treasure ✔ By nana

Mystery / Thriller

161K 29.4K 25
❝kenapa lo lakuin ini semua?❞
473K 22K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.5M 545K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...