My Red Cinderella

By StyllyRybell_

1.2M 15.8K 1.1K

"She is not a monster, she is Cinderella." Highest Rank #1 in Action 4th Winston Series Book 5th Stone Series... More

Prologue
Cast
Uno
Due
Tre
Cinque
Trailer
Grup Wa?
PLAGIAT

Quattro

31.5K 2K 144
By StyllyRybell_

Milan, Italia 01.00 PM.

"Apa peretas CCTV itu telah ditemukan?" tanya Luke memejamkan mata. Menikmati setiap sengatan hangat matahari di tubuhnya. Luke tidak pergi ke kantor hari ini, ia merasa begitu bosan beberapa hari terakhir entah apa alasannya. Bahkan, melakukan hobi gilanya saja ia sedikit jengah. Ia menginginkan sesuatu yang menantang, ditambah lagi ia mendengar kabar CCTV hotelnya diretas tadi malam, membuatnya semakin ingin menetap di bangunan mewahnya saja.

"Belum, masih dicari, Tuan," ucap Jeff memberitahu. Tatapan Jeff beralih pada seorang wanita menggoda Luke tapi ditolak kemudian datang lagi dan lagi semakin banyak. Jeff yang jengah akan hal itu mundur beberapa langkah ke belakang, ia benci kebisingan wanita-wanita centil itu.

"Sono occupato, ho un nuovo cliente. Ciao! [Aku sibuk, aku punya klien baru. Dah! : Italia]"

Jeff sontak menoleh pada gadis cantik melintas di depan mereka sambil menelepon lalu mematikan sambungan sepihak. Sementara Luke mencium aroma lemon yang memabukkan membuat matanya mencari di mana sumbernya. Seorang gadis tengah menelepon dan duduk di samping kursi pantainya. Luke tersenyum miring. Gadis itu memiliki surai yang indah, kulit mulus yang terlihat berkilau di bawah sinar mentari, dan tubuh seksinya membuat Luke ingin segera menerjangnya saja. Benar-benar cantik dan berwibawa, tidak gampangan seperti wanita-wanita di sekitarnya ini. Luke mengodekan tangannya agar Jeff mengusir parasit yang mengelilinginya.

Semua pasang mata mengarah pada gadis itu yang tadinya mengarah pada Luke. Para pria menatap dirinya penuh minat. Tentu saja, tubuh indahnya, kulit mulusnya, kecantikannya yang dipadu dengan aura seksi. Bahkan, Luke bergairah hanya karena gadis itu mengibaskan rambutnya, menampilkan leher jenjangnya yang benar-benar menggoda. Ah, membuat Luke ingin melumat dan menciumnya dengan panas. Ia tersenyum miring. "Excuse me," sapa Luke.

Gadis itu menoleh seiring melepas kacamata hitamnya untuk menatap lawan bicara. Luke bersumpah gadis itu cantik sekali. Bola mata birunya bagaikan lautan, hidung mancungnya terpahat sempurna, bibir tipisnya membuat Luke ingin menggigitnya hingga membengkak. "Aku bisa bahasa Italia," ucapnya.

Suaranya begitu indah. Luke menjadi ingin mendengarnya mendesah dan menjeritkan namanya ketika mereka sampai di pelepasan. Ah, pasti akan sangat menggairahkan. Luke terkekeh pelan sambil mengangguk. "Aku dengar kau berbicara bahasa Italia tadi." Luke tersenyum miring dengan seksinya. "Aku hanya ingin menebak aksenmu." Luke melipat kedua tangannya di depan dada. "Australia, benar?"

Gadis itu terkekeh pelan lalu mengalihkan pandangannya ke arah ombak pantai seiring memasang kacamata hitamnya. "Yeah."

Luke yang merasa sedikit diabaikan menyisir rambut dengan jari-jarinya sambil mengalihkan pandangannya kesal. Apa ia tidak tahu sedang berhadapan dengan Luke Danzi Stone si pemilik hotel yang ia tempati? Luke tidak habis pikir. Ingin sekali rasanya ia menyerang gadis itu agar jera di bawah kuasanya. "Berlibur, huh?"

Merasa percakapan Luke mulai menipis, Kelsey berusaha mengontrol. "Bisa dibilang begitu tapi aku sekaligus mengurus pekerjaan," jawab Kelsey melipat kedua tangannya di depan dada.

Luke melirik kulit mulus Kelsey membuatnya ingin menyentuhnya, pasti lembut sekali. Begitu menarik. Ah, ia ingin menyerangnya tanpa ampun. Luke kembali mengalihkan pandangannya, ia bisa-bisa kehilangan kendali. "Pekerjaan apa? Modelling? Aku tidak melihat manajermu." Mendengar gadis itu terkekeh pelan mendengar ucapannya, Luke menoleh bingung. Gadis itu benar-benar cantik dan seksi di tawa kecilnya membuat Luke ikut tersenyum kecil. "Apa ada yang salah?"

"Aku bukan model. Aku penerjemah," jawab Kelsey menutup matanya meski memakai kacamata hitam seakan-akan mencoba terlelap.

Luke mengernyit disertai senyuman heran. Apa benar gadis itu bukan model? Tapi tubuhnya benar-benar indah! Luke melirik perut rata gadis itu yang benar-benar mulus dan menggoda. Ah, ia ingin mengecupnya dengan panas. "Penerjemah? Berapa bahasa yang kau kuasai?"

"Lima; Italia, Prancis, Turki, Jepang, dan Indonesia," jawab Kelsey tenang.

Luke tersenyum miring. Gadis itu cerdas, cantik, dan menggiurkan, benar-benar menarik. "Kau berbakat. Nona?"

"Panggil saja Tamara." Kelsey tersenyum miring lalu menaikkan kacamata hitamnya ke atas kepala untuk menatap Luke. "Dan kau, Tuan Penting?" Kelsey memberi penekanan di akhir kalimat.

Luke terkekeh pelan mendengar sebutan Kelsey untuknya. "Tuan penting?"

Kelsey ikut terkekeh pelan lalu mengambil sunblock dari dalam tasnya. "Hanya orang penting yang dijaga dengan banyak bodyguard di belakangnya," ucap Kelsey memakai sunblock ke kaki dan tangannya.

Luke meneguk saliva-nya. Kulit gadis di sampingnya benar-benar mulus membuatnya ingin menyentuh dan menjamahnya. "Panggil saja Danzi," ucap Luke memerhatikan Kelsey yang sedikit kesulitan mengapresiasikan sunblock itu ke punggungnya. "Aku bisa membantumu," ucap Luke beranjak dan mengambil sunblock yang ada di tangan gadis itu. "Berbaringlah."

Kelsey tersenyum miring dan telungkup. Ia yakin para wanita menatap iri padanya sekarang. Ayolah, seorang Luke Danzi Stone memakaikan sunblock untuk wanita? Ia benar-benar perlu diberi penghargaan. Kelsey merasakan rambutnya disingkirkan ke samping bahu, lalu mengusap lembut punggungnya. Tangan besarnya benar-benar membuatnya hilang akal apalagi sentuhannya begitu sensual.

Sial, mengapa ia begitu seksi?!

"Apa kau keberatan jika aku melepas kaitannya?" tanya Luke menggigit pelan bibir bawahnya sambil mengalihkan pandangan. Ia bisa gila menatapi pemandangan punggung indah gadis ini. Ayolah, jika ia tidak izin bisa-bisa ia dianggap lancang melepas kaitan bra wanita. Entahlah, ia merasa aneh sekali. Biasanya, ia langsung melepas dan menerjang tanpa ampun. Ia merasa ada yang berbeda di diri gadis ini. Luke mengalihkan pandangannya ke sekitar agar kembali dalam kewarasannya. "Ah, tapi sepertinya orang-orang melihat ke arah sini terus," ucap Luke kembali menatap punggung mulus gadis itu.

"Jangan dilepas."

Luke tertawa pelan tanpa suara seiring mengalihkan pengelihatannya. Ia tidak percaya mendapat penolakan seperti itu. Mana ada wanita yang berani menolaknya, bahkan ia selalu digoda. Ditambah, ia memakaikan sunblock untuk seorang wanita? Yang benar saja! Wanita ini benar-benar tahu cara menarik-ulur dirinya.

Lama-kelamaan Kelsey merasa mulai berbahaya dengan sentuhan Luke yang tidak juga berhenti. Ia bisa-bisa mulai kecanduan dan hilang kontrol. "Grazie, Sig. Danzi, [Terima kasih, Mr. Danzi : Italia]" ucap Kelsey bertujuan agar pria itu berhenti.

Luke tersenyum miring. Ia tidak menyangka ada wanita yang ingin menghentikan sentuhan lembutnya. Jika saja wanita lain yang berada di posisi gadis itu, dipastikan tidak akan mau berhenti. Luke pun mendekatkan bibirnya ke telinga Kelsey membuat para wanita riuh memekik tidak terima dan iri.

Napas Kelsey memburu. Ia bisa merasakan embusan hangat pria itu di ceruk lehernya. Ini benar-benar berbahaya, ia bisa kehilangan keperawanan dan nyawanya hanya untuk mengambil job ini. Kelsey melirik hidung mancung Luke di sisi lehernya dengan ekor matanya.

Damn, he is so hot!

Luke nyaris tertawa karena banyak wanita memekik iri pada gadis ini tapi ia hanya menunjukkan senyuman miringnya. "Bisa kau bantu aku juga?"

"Tentu saja."

Luke pun berbaring tengkurap dan merasakan gadis itu mulai memakaikan sunblock di punggungnya. "Duduki saja," ucap Luke tanpa menghentikan senyuman miringnya yang amat seksi.

Kelsey mengangkat sebelah alisnya. Ia tidak terbiasa akan hal itu apalagi mereka menjadi pusat perhatian seperti ini. "Maaf Sig. Danzi, tapi sepertinya aku akan menjadi sasaran wanita-wanita pemujamu itu jika aku duduk di atasmu."

Luke terkekeh pelan lalu berbalik dan menarik lengan Kelsey agar mendekat ke arahnya sehingga jarak wajah mereka tersisa beberapa inci saja. Perbuatan spontan Luke membuat para wanita memekik tidak terima. Tapi, ia tidak peduli. Luke tersenyum miring sambil menepikan surai panjang gadis di depannya. "Siapa yang peduli?" Luke meraih tengkuk Kelsey dengan tangannya yang lain untuk menghapus jarak agar dapat melumat bibir gadis itu.

Wajah mereka tertutupi oleh rambut panjang Kelsey yang menjuntai membuat orang-orang berpikir bahwa mereka sedang berciuman. Kelsey terkekeh pelan. Ia merasa menang sekali karena membuat Luke terpesona padanya hanya dalam hitungan detik. Kelsey menatap manik pria itu yang begitu indah dan memabukkan, ditambah postur tubuhnya tambah mengesankan. Sial, ia menginginkannya tapi belum saatnya. Kelsey menyentuh bibir Luke dengan jari telunjuknya yang lain lalu mendorong dada bidang pria itu untuk menjauh.

Kelsey mengambil ponselnya untuk melirik jam. "Maaf Sig. Danzi, aku harus pergi," pamit Kelsey tapi detik itu pula pergelangan tangannya kembali ditarik dan menubruk tubuh raksasa Luke.

"But, I want you," bisik Luke dengan suara rendah nan berat begitu seksi dan memabukkan membuat Kelsey hampir hilang akal. Tidak, ia tidak boleh.

Kelsey tersenyum miring lalu mengecup pelan leher Luke membuat pria itu mengerang rendah. "Jika kita bertemu lagi mungkin kita akan bersenang-senang," bisik Kelsey seiring menjauh untuk mengambil barang-barang dan pergi.

Kelsey menggigit bibirnya. Mengingat betapa seksinya pria itu membuatnya hampir hilang akal. Ia bisa gila dan mati karena pesona Luke begitu memabukkan. Kelsey memakai kacamata hitamnya tanpa menghentikan langkah menuju kamar hotelnya.

Damn, he is so hot as hell!

Jika Kelsey tidak ahli dan membuat Luke bosan, sudah pasti Kelsey berakhir sama seperti pelacur-pelacur Luke, mati. Karena itulah, ia tidak bisa melakukannya sekarang. Ia harus membuat Luke terpesona padanya hingga tidak mampu membunuhnya. Mungkin ia harus belajar banyak di novel-novel percintaan atau bahkan film romansa yang selalu membuatnya muak.

Kelsey meletakkan kartu pada sensor lalu membuka pintu kamarnya. Ia langsung melempar tas dan mengguyur tubuhnya ke bawah shower. Ah, ia punya rencana bagus. Kelsey tersenyum miring disertai sebelah alisnya terangkat berbahaya. "Bersiaplah, Luke Danzi Stone."

Di sisi lain Luke mengerang kesal disertai seringai kecilnya sambil melempar gelas di atas meja. Mana ada wanita yang berani menolaknya dan gadis itu adalah yang pertama. Dan sialnya lagi, Luke tergila-gila akan tubuhnya. Ia bisa terpesona hanya dalam hitungan detik.

Damn! Damn! Damn! You'll be mine! You'll be mine, Tamara!

Kulit mulusnya, bibir tipisnya, aromanya, tubuh indahnya, dan suaranya. Ah, Luke menginginkan semuanya. Ia bersumpah akan membuat wanita itu bertekuk lutut padanya. Berani-beraninya ia menolak seorang Luke Danzi Stone si rajanya para wanita. Napas Luke memburu ia menggigit kuku ibu jarinya lantaran frustrasi dan kesal.

Luke mengodekan tangannya agar Jeff mendekat ke arahnya. "Cari tahu siapa wanita itu!"

#To be Continue....

160620
Stylly Rybell
Instagram : maulida_cy

Continue Reading

You'll Also Like

41.4K 4.2K 25
"kamu cinta aku aja udah lebih dari cukup"
165K 14.4K 31
Apapun akan Harry Styles lakukan untuk membuat Taylor Swift bertahan, di sisinya. The Second Book of No Control. Before you read this one, make sure...
697 76 1
Romance - Horror [Oneshoot] Aku mulai merasa ketertarikan yang dahsyat setiap kali melihat wanita itu berdiri di sudut jendela perpustakaan kampusku...
2.1K 111 7
warning(s) : harsh words, kissing scenes, skinship, violence sexuality, and mature theme. Latar waktu tahun 1800. Kisah cinta sekaligus kehidupan ban...