2gether » Seulrene [✔]

By taengsome

51K 6.3K 693

[seulrene!idol ⏤ au] ❝Aku udah lelah berpura-pura, jadilah pacarku.❞ ➵ Tentang Irene y... More

2gether [00] Pengenalan
2gether [01] Pengagum Rahasia
2gether [02] Soloist Rookie SM
2gether [03] Sudah Ada Yang Punya
2gether [04] Workshop Di Pulau Jeju
2gether [06] Satu Tahun Yang Terulang
2gether [07] I'll Never Not Think About You
2gether [08] Kebenaran Dibalik Pura-pura
2gether [09] Ketahui Sebuah Batasan
2gether [10] Kenangan Yang Berlalu
2gether [11] To Get Her - END

2gether [05] Perasaan Campur Aduk

3.2K 497 51
By taengsome

As always jangan lupa vote dan komen!
Saran dan kritikan selalu saya terima!

.
.

Disaat hari terakhir mereka di Pulau Jeju, mereka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Hampir sebagian dari staff SM memilih untuk istirahat di hotel seharian, begitupun Irene. Terlebih lagi lututnya masih belum pulih total, meski dia bisa berjalan dengan baik tapi Irene memilih untuk istirahat dari pada mengambil resiko.

Irene berjalan pelan menuju pintu ketika mendengar bel pintu. Tanpa memeriksa Irene langsung membuka dan mematung. Irene menahan napasnya ketika melihat Wendy dengan ekspresi sedih dan campur aduk, lalu Irene mempersilahkan Wendy masuk.

"Kenapa kamu datang kesini?" tanya Irene.

"Cuman mau tau kabarmu aja."

"Aku baik-baik aja, Wendy-ah."

Wendy tetap berdiri dan menatap lurus ke depan. Irene yang sudah duduk ikut melihat apa yang Wendy tatap namun tidak ada apa-apa.

"Yah, kamu kenapa melamun?"

"Apa kamu sengaja membuat Seulgi sebagai perisaimu, agar aku menyerah mengambil hatimu?" Wendy langsung to the point.

Irene menghindar kontak mata dengan Wendy. Irene bingung harus menjawab apa, jika menjawab iya maka bagaimana dengan Suho? Tapi, jika dia menjawab tidak maka itu akan membuat Wendy lega dan Wendy terus menerus menggodanya. Irene hanya bisa menghela napas dan tidak menjawab apa-apa.

"Kalo kamu memang punya hubungan lebih dengan Seulgi, apa yang akan Suho katakan jika dia tau?" tanya Wendy.

"Kalo kamu tau aku punya Suho, kenapa kamu gak menyerah? Sudah jelas aku akan menolakmu." Jawab Irene.

"Jadi, kamu dan Seulgi gak ada apa-apa?"

"Ada." Irene menjawab setelah dia terdiam cukup lama. "Dan Suho gak tau tentang ini."

"Jadi, kamu bermain-main di belakang Suho?"

Irene bangun dari duduknya. "Berhenti bicara omong kosong. Jangan berkata seakan aku yang jahat disini."

"Kenapa kamu gak bisa menerimaku, Irene-ah?"

"Kamu gila? Aku perempuan, dan kamu perempuan." Irene menggeleng pelan. "Dan aku hanya tertarik pada laki-laki."

"Kamu bilang Seulgi ada apa-apa, bagaimana bisa kamu bilang kamu hanya tertarik pada laki-laki kalo masih ada Seulgi?"

Irene menghela napas frustasi. "Lalu aku harus bagaimana, huh? Kamu gak bisa memaksa hatiku untuk mencintaimu, Wendy-ah. Aku bisa menerimamu sebagai teman atau sahabat, tapi kalo lebih, aku gak bisa."

Wendy berusaha menahan air matanya, dia menyesal kenapa dia datang ke kamar Irene. Wendy tersenyum pahit pada Irene di depannya.

"Aku penasaran diantara kalian, siapa yang berpura-pura dan siapa yang bersungguh-sungguh." Kata Wendy. "Aku sama sekali gak percaya kamu dan Seulgi punya hubungan lebih."

Wendy berjalan ke arah pintu dan membukanya. Namun dia mematung ketika melihat Seulgi yang baru saja ingin menekan bel pintu. Seulgi sama-sama terkejut dan menatap tajam ketika yang pertama ia lihat bukanlah Irene.

Wendy bersikap tidak peduli dan menabrak pundak Seulgi saat keluar dari situ. Seulgi menatap pundaknya lalu menatap punggung Wendy yang berjalan menjauh, alis Seulgi mengerut dan hatinya seakan dibakar oleh rasa cemburu.

"Hei, kamu ngapain- ah!"

Irene terkejut dan hampir teriak ketika kedua pipinya di pegang oleh Seulgi. Seulgi memutarkan kepala Irene ke segala arah untuk memeriksa wajahnya. Seulgi menatap Irene dari atas hingga bawah dan dia merasa lega ketika tidak ada hal aneh yang terjadi.

"Yah, ada apa denganmu?" tanya Irene.

"Dia ngapain ada di kamar kamu?"

"Dia tiba-tiba datang dan... ya, dia tau semuanya."

"Tau apa?"

"Dia tau kalo kita berpura-pura. Secara gak langsung, Wendy tau kamu hanya pacar palsuku." Irene menjelaskan.

"Kamu harusnya menelfonku atau mengabariku kalo dia tiba-tiba muncul lagi." Kata Seulgi. "Aku gak mau kamu jadi yang pertama untuknya." Bisiknya dan Irene tampak tidak mendengarkan.

"Permisi, ini bukan salahku dan aku sama sekali gak punya nomormu. Kamu sungguh introvert dan tertutup, bahkan gak punya SNS apapun. Bagaimana bisa aku mengabarimu?" Irene beralasan.

Ekspresi Seulgi berubah menjadi datar, dia melihat sekitar sebelum masuk ke dalam. Irene terheran ketika Seulgi asal masuk ke dalam tanpa seizinnya. Seulgi langsung mencari dan mengambil handphone Irene, beruntungnya handphone Irene tidak terkunci.

"Yah! Kamu ngapain?!" Irene panik.

Seulgi terus menghindar dari Irene yang berusaha mengambil handphonenya. Tanpa sengaja Irene tersandung karena kaki meja dan tidak sengaja tubuhnya terdorong ke arah Seulgi. Mereka berdua jatuh di atas kasur dengan posisi Irene berada di atas Seulgi, sedangkan Seulgi yang berada di bawah dengan santai masih sibuk mengetik nomornya di handphone Irene.

Irene menahan tubuhnya dengan kedua tangan dan telinganya langsung memerah begitu menyadari posisi mereka. Handphone Seulgi tiba-tiba bergetar di dalam kantung celana jeansnya lalu Seulgi menunjukkan layar handphone Irene.

"Sekarang kamu udah punya." Kata Seulgi.

Irene sama sekali tidak bisa merespon karena dia merasa sangat malu. Seulgi bingung dengan wajah Irene yang memerah, dan ketika Seulgi mengecek ke segala arah dia menyadari posisi ini terlalu canggung untuk mereka. Seulgi mengangkat kedua tangannya dan memegang kedua pundak Irene, dengan cepat Seulgi berputar dan kini Seulgi yang berada di atas Irene.

Irene terkesiap ketika tubuhnya terbanting pelan karena Seulgi memutarkan tubuhnya. Matanya tidak bisa lepas dari mata monolid di atasnya. Saking indahnya Irene tidak ingin berkedip dan terus menatap mata Seulgi. Dari wajah datar, Seulgi tersenyum melihat wajah Irene yang malu.

"Lucu." Bisik Seulgi.

Seulgi langsung bangun dan berdiri. Seulgi pura-pura membenarkan pakaiannya, padahal di dalam hati dia seakan berteriak keras karena tanpa sengaja bisa melakukan posisi itu dengan Irene. Orang yang benar-benar ia cintai.

"Sekarang kamu udah punya nomorku. Jadi, telfon aku kalo ada apa-apa." kata Seulgi yang duduk di kursi.

Irene mengambil posisi duduk di atas kasur, masih dengan wajah malunya. Irene mengangguk kaku, namun nyawanya masih terjebak seakan Seulgi masih berada di atas tubuhnya. Dari kejauhan Seulgi diam-diam cuman bisa tersenyum tipis melihat Irene, tentu Seulgi sangat merasa senang namun dia tidak bisa menunjukkannya.

"Bagaimana lututmu? Masih sakit?" tanya Seulgi berusaha mengalihkan keadaan.

"Y-ya."

"Masih sakit?" tanya Seulgi tidak percaya.

"Ah, gak! Maksudku gak sakit!" Irene berteriak. "Maaf, maksudku, sudah gak sakit. Aku bisa jalan seperti biasa lagi."

Seulgi mengangguk-ngangguk. Dia mengambil dan memainkan handphonenya, lalu dia menyimpan nomor Irene. Pada awalnya Seulgi mengetik 'Bae Joohyun' untuk menamai nomor Irene, namun dia menghapusnya dan mengetik ulang menjadi 'Irene🐰' lalu menyimpannya.

"Kalo gitu ikut aku."

"Kemana?"

Seulgi tidak menjawab dan berjalan ke arah pintu, Seulgi mengabaikan pertanyaan 'kemana?' dari Irene yang terus berulang. Namun Irene tanpa sadar justru bersiap-siap untuk pergi keluar. Seulgi membuka pintu dan menunggu Irene di luar karena dia tau Irene harus mengganti pakaiannya.

-

Seulgi memarkirkan mobilnya di parkiran dan melepaskan sabuk pengamannya. Dia sangat beruntung bisa berbisnis dengan sepupunya yang berada di Jeju dengan meminjamkan mobilnya agar dia bisa mengajak Irene ke pantai.

"Kenapa kamu membawaku ke pantai?" tanya Irene.

"Untuk menjernihkan pikiranmu sebelum kembali bekerja besok."

Irene menatap dan mengangguk-ngangguk pada Seulgi. Mereka berdua berjalan berdampingan sepanjang rute trotoar dekat pantai. Tidak sedikit orang tiba-tiba berhenti dan menatap pada Seulgi. Meskipun dia sudah memakai topi dan masker, orang-orang masih bisa mengenalinya.

Ada beberapa orang memberikan surat kepada Seulgi tapi Seulgi membiarkan begitu aja. Orang itu bukannya sakit hati tapi malah histeris ketika Seulgi menggelengkan kepalanya pada mereka. Irene yang melihat itu langsung berhenti dan menghampiri fans Seulgi, Irene bilang akan menyampaikan surat ini pada Seulgi. Mereka pun berterima kasih pada Irene, dan tanpa sadar mereka ikut histeris melihat kecantikan Irene.

Irene mengikuti Seulgi yang duduk di kursi menghadap pantai. Tanpa sadar Irene melihat Seulgi sedang memegang es krim yang entah kapan Seulgi membelinya. Begitu Irene duduk disamping Seulgi, dia langsung memberikan es krim itu pada Irene.

"Apa?" tanya Irene.

"Punyamu."

"Aku gak-"

"Ambil aja."

Irene melihat pada es krim yang Seulgi pegang, kemudian dia menerima dan membuka bungkusnya. Seulgi sedikit khawatir jika dia membeli es krim dengan rasa yang salah tapi setelah melihat wajah Irene yang berbinar-binar, sepertinya Seulgi tidak membuat kesalahan apa-apa.

"Kesukaanmu juga?" tanya Seulgi.

Irene menggeleng. "Aku suka semua rasa. Es krim adalah kesukaanku."

Seulgi tersenyum miring sembari menatap ombak dari kejauhan. Tiba-tiba Irene menaruh surat dari fans Seulgi di atas paha Seulgi, Seulgi mengerutkan alisnya dan menatap Irene dengan tatapan yang tidak mengerti.

"Surat dari fansmu." Kata Irene. "Setidaknya kamu baca. Fansmu baik dan peduli sama kamu."

"Aku gak mau surat dari fansku."

"Hah? Terus gimana?"

"Aku maunya surat dari kamu."

Irene sinis dan menyodorkan es krimnya pada Seulgi. "Makan nih surat- omo!"

Irene terkejut ketika es krimnya menyentuh bibir Seulgi. Seulgi mengangkat kedua alisnya ketika merasakan sesuatu yang lembut dan manis di bibirnya. Tiba-tiba pikiran Seulgi beralih pada bibir Irene, memikirkan apakah bibirnya juga lembut dan semanis es krim.

"Ah, maaf, Seulgi-ah." Irene bersalah, kemudian dia mengambil tisu dari tas selempangnya.

Seakan menyetrum tubuh Seulgi ketika Irene mengusap bekas es krim di bibir Seulgi dengan tisu. Yang awalnya Seulgi menatap mata Irene, perlahan turun ke bibir Irene. Hanya dengan melihatnya, Seulgi sudah yakin kalo bibirnya pasti lembut. Jika Seulgi bukan soloist, jika Seulgi hanya orang biasa, jika Suho bukan tunangan Irene, sudah pasti Seulgi akan mencium Irene saat ini juga.

"Udah." Kata Irene. "Maaf, ya."

"Aku maafkan kamu jika,"

Kedua mata mereka saling menatap, dan perasaan itu kembali lagi. Perasaan dimana saat Irene merasa gugup ditatap oleh Seulgi, dan yang pasti ini bukan kali pertamanya.

"Kalo kamu mau membacakan isi surat ini." Seulgi memberikan surat fansnya pada Irene.

Irene lega ternyata yang Seulgi inginkan bukan hal aneh lainnya. Ketika Irene membuka surat dari fans, dia terkejut melihat begitu banyak pertanyaan di dalamnya.

"Surat pertama, isinya adalah 'Hai, Seulgi! Aku ingin tau tipe idealmu seperti apa?' jadi, silahkan jawab." Kata Irene.

"Aku gak punya tipe ideal."

"Mustahil, semua orang pasti punya. Biar aku tebak," Irene berpikir sebelum bertanya. "Tampan, tinggi, kurus?"

"Bukan."

"Baik hati, lembut, hangat?"

"Bukan."

"Kaya raya? Pintar? Atletis?"

"Bukan semua."

"Terus apa? Jangan-jangan kamu suka orang yang aneh?"

Seulgi tertawa pelan. Seulgi menatap Irene. "Mungkin, aku menyukai orang yang aneh. Lebih anehnya lagi, orang yang aku suka itu..." Seulgi menggeleng pelan. "Lupakan. Baca surat selanjutnya."

Irene menyadari Seulgi menyembunyikan rahasia namun dia tidak mempedulikan itu. Irene langsung membuka surat terakhir.

"Fansmu ingin tau hal apa yang kamu suka." Kata Irene.

"Apa?"

"Kamu lebih suka musik ballad atau EDM?"

"EDM."

"Cokelat atau bunga?"

"Cokelat. Terutama yang ada almondnya."

"Trus, film atau drama?"

"Film."

"Bubble tea atau smoothie?"

"Smoothie."

"Yah! Kamu pasti bohong, kan? Aku tau kamu harusnya menjawab bubble tea, karena kamu suka smoothie." Irene menyangkal.

"Aku jawab yang aku benci."

Irene sinis. "Aku tanya yang kamu suka, ah, bener-bener, ya. Jawab yang benar untuk fansmu, mereka itu baik dan peduli denganmu."

Seulgi membiarkan Irene banyak bicara sedangkan dia fokus melihat pemandangan pantai di depannya. Sebentar lagi matahari akan terbenam, angin sepoi-sepoi datang dan membuat udara terasa lebih sejuk. Berdua bersama Irene disituasi seperti ini benar-benar membuat hati Seulgi adem.

"Kalo gitu, antara aku dan cokelat almond, mana yang kamu pilih?" tanya Irene.

"Kamu."

"Woah, kamu bahkan membenciku lebih dari cokelat almond? Apa aku punya salah denganmu, Seulgi-ah?" Irene penasaran.

"Untuk pertanyaan itu, aku jawab yang aku suka."

Seulgi menatap Irene dengan penuh arti. Mereka berdua seakan sedang berada di dunia mereka, terlalu larut dalam tatapan mata satu sama lain. Irene berkedip beberapa kali dan masih menatap Seulgi. Tatapan Seulgi teralihkan oleh es krim yang mulai meleleh di tangan Irene.

"Habiskan es krimmu." Kata Seulgi yang sekarang menatap pantai di depannya.

Irene langsung menatap es krimnya dan menghabiskannya sampai tidak tersisa. Irene dan Seulgi tidak melontarkan apa-apa, mereka memilih untuk melihat pemandangan sunset sebelum kembali ke Seoul. Seulgi benar, pemandangan sunset penuh warna jingga ini membuat Irene merasa tenang, benar-benar cocok untuk menjernihkan pikiran.

"Aku serius." Irene memulai percakapan.

Seulgi menoleh. "Serius apa?"

"Saat kita keluar dari lift sehari sebelum berangkat ke Jeju, kamu bertanya apakah aku serius saat aku bilang kita perlu menghabiskan waktu bersama-sama."

"Lalu kenapa?"

"Jawabannya aku serius. Kita memang harus menghabiskan waktu bersama-sama."

"Aku kira waktu itu jawabanmu adalah 'terserah', kan? Kamu teriak 'terserah' sambil berlari di lobby. Kalo kamu serius, kenapa harus jawab 'terserah'?"

"Ah, itu... itu, uh..." kalimat Irene menggantung. "Astaga, kenapa kamu banyak tanya, sih? Aku bingung harus jawab apa."

Seulgi tersenyum miring. "Dibilang gak usah bertele-tele. Kalo kamu tersipu malu, tinggal bilang aja."

Irene membeku di tempat ketika Seulgi mengusap kepalanya dengan lembut. Seulgi berdiri dan mengajak Irene untuk kembali ke hotel. Saat Seulgi meninggalkannya, Irene meraba kepalanya. Perasaan Irene semakin campur aduk.

-

Irene senang bisa bertemu dengan Yeri dan Jennie, dia telah menceritakan semua yang terjadi di Jeju mulai sejak di bandara hingga mereka sampai di Seoul. Dua teman Irene benar-benar tidak mempercayai ketika Irene menceritakan kejadian saat perlombaan estafet.

"Itu masih mending dari pada kejadian di kamar."

"Kenapa?" tanya Jennie.

"Dia hampir, bukan hampir, dia benar-benar meniduriku."

"Hah?!" teriak Jennie dan Yeri bersamaan.

"Shh!" Irene menaruh telunjuknya di depan mulut menyuruh temannya tetap tenang. "Jangan teriak, orang lain akan menatap kita."

"Dia apa kamu?!" bisik Yeri sedikit berteriak.

"Bukan meniduri seperti yang kalian pikir. Lebih tepatnya kecelakaan."

"Siapa yang membuat kecelakaan itu?"

Irene bersandar pada kursi. "Aku."

"Hah?!" lagi-lagi mereka berteriak.

"Aku bilang itu kecelakaan!" Irene ikut teriak. "Dengar ya, aku juga gak tau kenapa dia bisa begitu tenang ketika aku benar-benar ada di atasnya dan..."

Irene menggantungkan kalimatnya begitu ingatannya tentang bagaimana Seulgi memutarkan tubuhnya hingga Seulgi berada di atasnya terulang kembali di otaknya. Irene menghela napas frustasi ketika mengingat ingatan itu. Tanpa sadar, Irene tersipu malu.

"Hei, hei! Dia punya Instagram?"

"Dia siapa?" tanya Irene.

"Seulgi."

"Hah?!" Sekarang Irene yang berteriak kaget.

Jennie langsung menunjukkan layar handphonenya. Di layar itu menunjukkan sebuah profile Instagram Seulgi yang kemungkinan besar baru saja ia buat. Namun ketika Irene melihat foto pertama Seulgi, itu dipublikasikan saat mereka masih di Pulau Jeju. Irene terdiam dan berusaha memahami maksud foto Seulgi.

"Umpah-umpah itu apa?" tanya Jennie.

"Yah, kalian tau lagu umpah-umpah itu, kan?" tanya Yeri dan tidak mendapatkan respon dari temannya. "Aish, yang penyanyinya Red Velvet itu."

"Kenapa?" tanya Irene.

"Umpah-umpah itu punya arti yang sama seperti degeun-degeun atau detak jantung. Lagu itu membahas tentang mengikuti hasrat hati tanpa ragu-ragu, bahkan jika melakukannya tampak menakutkan. Dalam hal ini, itu merujuk pada jatuh cinta." Yeri menjelaskan.

"Jatuh cinta? Pada siapa?" tanya Jennie.

"Entahlah. Atau itu spoiler untuk comebacknya?" Yeri menebak.

Irene menjadi diam setelah mendengar penjelasan Yeri. Entah apakah itu benar atau tidak, tapi jika itu benar maka kemungkinan Irene sendiri tau apa maksudnya. Maksud dari Seulgi menulis frase itu disaat mereka masih di Jeju, bisa saja tertuju padanya.

-

Irene membuka pintu ruang latihan dan tersenyum melihat orang yang ia rindukan sedang berlatih bernyanyi. Suho menaruh microphonenya dan memeluk Irene yang berlari padanya.

"Merindukanku?"

"Banget!"

"Aku juga." Suho tersenyum dan melepaskan pelukannya.

"Kamu bernyanyi?"

"Aku diberi kesempatan menyanyikan OST untuk dramaku sendiri."

"Woah, emang gak diragukan lagi, suaramu memang indah." Irene memuji.

Suho tersenyum dan mengusap kepala Irene. Senyum Irene perlahan memudar dan hilang ketika Suho mengusap kepalanya, dan tiba-tiba Irene memikirkan Seulgi. Rasanya beda. Cara Seulgi mengusap kepalanya berbeda dengan Suho, dan entah kenapa tiba-tiba berpikir kalo Irene lebih menyukai cara Seulgi dibanding Suho.

"Ada apa?" tanya Suho menyadari ekspresi Irene yang berubah.

"Gak kok. Kalo gitu silahkan lanjut latihannya."

"Aku baru aja selesai. Kamu mau pulang, kan?"

Irene mengangguk. "Ya, kenapa?"

"Aku akan mengantarmu. Dramaku tayang hari ini, kamu mau nonton bersama?"

"Tentu aku-"

Irene berhenti bicara ketika mendengar pintu ruangan terbuka. Suho dan Irene langsung menatap Seulgi yang ingin masuk ke dalam ruangan. Dengan wajah terkejutnya Seulgi menatap Suho kemudian menatap Irene.

"Maaf menganggu." Kata Seulgi kemudian pergi.

Irene mengerutkan alisnya ketika melihat ekspresi Seulgi. Irene bisa melihat jelas ekspresi yang Seulgi berikan itu sebagaimana biasanya Seulgi memberikannya pada Wendy. Seakan ada rasa marah, kesal, kecewa, dan cemburu. Irene menggigit bibirnya dan mulai khawatir.

"Kenapa?" tanya Suho.

"Maaf... sepertinya aku, kita gak bisa nonton bersama."

Suho kecewa. "Gak apa, bisa lain kali. Tapi, aku bisa mengantarkanmu pulang, kan?"

Irene mengangguk. Bingung dengan dirinya yang lebih memilih Seulgi dari pada Suho, notaben yang akan menjadi tunangannya suatu hari.

Setelah Suho mengantarkan Irene, dia langsung pulang ke rumahnya. Saat Irene sampai di kamarnya, dia melihat koper milik Seulgi. Kesempatan yang tepat untuk bertemu dengan Seulgi, sekaligus menanyakan keadaan Seulgi.

"Kenapa aku jadi khawatir?" lirih Irene tidak yakin.

Irene membawa kopernya dan pergi keluar. Ketika Irene sampai di depan pintu apartemennya, berkali-kali Irene mengetuk pintunya dan tidak mendapatkan jawaban. Teringat kalo dia punya nomor Seulgi, akhirnya Irene menelfon Seulgi. Belum sebentar Seulgi telah mengangkat telfonnya.

"Apa?"

Irene mendengar suara dari handphonenya begitu ribut dan ramai. Firasat kalo Seulgi sedang berada di luar apartemen.

"Kamu dimana? Kok ribut banget?"

"Bukan urusanmu."

Jujur, Irene tidak suka ketika Seulgi menjawab dengan intonasi kasar seperti itu. Tapi, Irene tetap berusaha sabar dan menanyakan baik-baik. Mungkin, Seulgi sedikit sibuk malam ini.

"Baiklah aku paham. Nanti aku telfon lagi, ya." Irene hendak mematikan telfonnya.

"Aku sangat cemburu."

"Cemburu padaku?" Dia kenapa sih, batin Irene.

"Gak. Aku ngomong sama temenku."

"Oh. Kalo gitu, aku matiin, ya."

"Aku sangat cemburu!"

Irene mengehela napas kasar, dia tidak mengerti apa yang terjadi tapi Seulgi terus menerus membuatnya bingung juga kesal.

"Kamu udah bilang itu ke temenmu."

"Aku gak ngomong ke temenku, tapi aku ngomong ke kamu."

Saat Irene ingin bertanya tiba-tiba telfonnya sudah dimatikan. Irene menatap layar handphonenya dan terus bertanya-tanya mengapa Seulgi bisa cemburu padanya. Tiba-tiba muncul pesan dari grup kakaotalk dan Jennie mengirimkan screenshoot Instagram Seulgi.

Jennie
Yah, Irene-ah! Kamu harus lihat postingan Instagram Seulgi. Cepat!

Ketika Irene melihatnya, dia mendekatkan layar handphone ke matanya. Mungkin dua temannya dan orang lain tidak akan paham apa maksudnya. Tapi, jika Irene yang melihatnya, dia akan mengerti lebih dari itu.

Tiba-tiba Irene teringat dengan omongan Seulgi di pantai saat masih di Jeju.

"Mungkin, aku menyukai orang yang aneh. Lebih anehnya lagi, orang yang aku suka itu..."

Mengingat itu Irene menatap kembali setiap foto yang ada di Instagram Seulgi. Setiap foto itu ada hubungannya dengan Irene. Seperti minuman susu rasa pisang yang Irene suruh minum, botol air dan samgak-kimbap yang Seulgi belikan setelah Irene jatuh terluka saat workshop, es krim yang Seulgi belikan di Pantai Jeju, hingga saat di Bandara Incheon Seulgi sempat mengambil foto Irene dari belakang diam-diam.

Irene menggeleng ketika pikiran aneh terlintas di kepalanya. Dengan perasaan yang berputar-putar juga campur aduk akhirnya Irene kembali ke pintu apartemennya dengan koper Seulgi.

+ TBC +

Mohon maaf jika ada typo, jangan lupa vote + comment, ya! :)

Continue Reading

You'll Also Like

82.2K 8.1K 14
● Secret Between Us sequel ● 5 years after. Is there an another ending waiting ? _Thank you for reading_ Hope this fanfic will be better than the fir...
266K 27.2K 42
[BOOK 1] [FINISHED] Just seulrene living together as a girlfriend Start : 2019, June 27 End : 2019, November 21 [BOOK 2] [FINISHED] Their story still...
2.6K 209 8
"Hyung, sebentar saja ya.. " "Eisa~jangan seperti itu! Kamu pasti bisa! " Aku ingin berpikir demikian, tetapi kenyataan selalu berbanding terbalik de...
177K 8.1K 34
"CEWEK SIALAN! Berani banget Lo sama gue!" Ya, kurang lebih umpat seperti itu selalu lolos setiap harinya dari bibir seorang CAGARA KHALAFA DAEIRLANG...