Sebelum baca jangan lupa siapin hati dulu—
Ya siapa tahu—
Tapi tenang, nggak akan ada jump scarenya kok. Kan bukan cerita horor 😆
***
Kalau Ode dulu sempat khawatir saat Yerisha tahu tentang dirinya, gadis itu akan semakin membenci atau merasa kasihan padanya, dua hal yang tak Ode harapkan ia terima. Nyatanya tidak demikian. Yerisha tetaplah Yerisha. Kebencian itu memang sudah luntur, kedekatan mereka bukan karena rasa kasihan. Mereka memang saling tergantung satu sama lain.
Ode yang disibukkan dengan koas-nya, sementara Yerisha yang sibuk dengan kuliahnya yang padat. Belum lagi sebentar lagi dia menempuh KKN.
Sebagai orang yang sering menghabiskan waktu ya di rumah, terkadang Yerisha khawatir apa ia bisa menjalani KKN dengan baik.
"KKN itu enak kok, Yer. Pasti ada suka dukanya. Selama kita enjoy, nggak akan merasa waktu KKN udah berakhir aja," terang Ode suatu ketika, kita Yerisha merasa takut menjalani kegiatan penting yang sebenarnya belum terjadi.
Ode memang selalu ada buat Yerisha. Selalu dan akan selalu ada.
"De, menurutmu ceritaku gimana?" tanya Yerisha menyerahkan outline novel terbarunya pada Ode. Ode yang sedang mendengarkan musik sambil duduk lesehan di samping ranjang meminta buku catatan Yerisha. Yerisha yang berada di ambang pintu mendekat, menyerahkan outline novelnya pada Ode. Ode langsung membaca buku catatan Yerisha yang begitu rapi itu.
"Kamu mau nyoba masukin romance ya?" tanya Ode melihat ada love line dari tokoh utama.
"Rencananya begitu. Tapi nggak tahu bisa atau nggak."
Ode mengulas senyuman tipis. "Bisa, Yer. Pasti bisa kok. Coba kamu mulai dari diri sendiri "
"Hah? Maksudnya?"
"Coba kamu tuangkan pengalaman romance kamu dalam tulisanmu, ya semacam semua yang kamu rasakan."
"Aku nggak pernah pacaran, De."
"Emang pengalaman romance dari pacaran aja? Kan bisa saja dari kamu naksir seseorang mungkin atau ada kakak kelas yang naksir kamu. Pasti feel ceritanya akan lebih dapet, karena kamu menangkan apa yang kamu alami. Untuk membuat pembaca baper dengan ceritamu, kamu harus baper duluan. Begitu kira-kira."
Yerisha menganggukkan kepala sambil menulis masukan dari Ode barusan. Saat dia buntu memang Ode penyelamatnya.
"Mungkin kamu bisa mulai masukin ceritamu dan Luke."
"Kok Luke?" Yerisha mengernyit bingung.
"Karena Luke suka kamu."
Bibir Yerisha setengah terbuka mendengar penuturan Ode barusan. Mau terkejut tapi dia pernah memikirkan kemungkinan itu.
"Luke baik, perhatian padamu, Yer."
Kamu juga perhatian padaku, De.
"Dia selalu ada buatmu."
Kamu juga selalu ada buatku.
"Luke itu—"
"Hanya sahabatku. Sahabat sedari kecil," sela Yerisha merasa gatal sejak tadi ingin menghentikan obrolan tentang Luke dan dirinya.
Setelah papa mama Ode yang ingin menjodohkannya dengan Luke, apa sekarang Ode akan demikian?
"Karena teman sejak kecil itulah kalian bisa saling memahami."
Yerisha menyetujui ucapan Ode. Ya, dia dan Luke begitu akrab, saling mengenal, tapi tetap ada batasan di mana ada hal yang masing-masing tak mengetahui rahasia masing-masing.
"Kalau kamu bagaimana?"
"Apanya, Yer?"
"Punya teman yang memahami sedari kecil? Jangan bilang Dery ya, kalian baru kenal saat kuliah." Yerisha mengingatkan, takut-takut, Ode menyebut nama Dery.
"Ehmmm—dulu anak-anak seumuranku selalu dilarang oleh orang tuanya main denganku."
"Jahat sekali," gumam Yerisha kesal bika mengingat cerita Ode tentang dirinya. "Serius nggak ada?"
Ode menggaruk kepalanya, mulai berpikir sebelum bibirnya terbuka untuk menjawab.
"Sepertinya ada," gumam Ode sedikit tak yakin juga.
"Cowok atau Cewek? Siapa namanya? Bagaimana orangnya?"
Rentetan pertanyaan Yerisha membuat Ode menyelami kenangannya bertahun-tahun lalu. Dari sekian banyak kenangan buruk semasa kecil, terselip kenangan indah di sana.
"Cewek."
Jawaban Ode membuat Yerisha membulatkan mata sepersekian detik sebelum ia mengenyahkan keterkejutannya. "Hmmmm siapa namanya? Orangnya seperti apa? Apa yang kamu ingat tentangnya?"
"Apa yang kuingat tentangnya?"
"Iya."
"Banyak."
Yerisha terdiam, dari sorot mata Ode yang bahagia ketika membicarakan orang itu pastilah penting di masa lalu Ode. Dan orang itu tak ada dalam cerita Ode.
"Banyak hal yang kuingat tentang dia. Tapi nggak tahu kalau dia."
"Loh? Memang kalian nggak ada komunikasi lagi?"
"Masih kok."
"Terus? Kenapa kamu terlihat nggak yakin kalau dia ingat tentang kamu?"
"Karena sekarang dia sedang bertanya padaku tentang kenangan kami di masa lalu." Jawaban Ode berhasil membungkam mulut Yerisha yang hendak menanyakan pertanyaan lagi dan lagi. Yerisha yang ingin mengorek masa lalu Ode, malah terdiam akibat ucapan Ode barusan yang membuatnya bingung.
"Jadi wajar dong, kalau aku pikir mungkin dia nggak ingat," ucap Ode mengangkat tangan kanannya lalu mengacak rambut Yerisha sebelum beranjak keluar dari kamarnya berhubung ia mendengar suara mamanya di bawah, menyuruh mereka turun untuk makan.
"Maksud Ode apa sih? Kok aku nggak paham" gumam Yerisha merasa sinyal di otaknya mungkin salah jalur.
***
Selama koas, Ode benar-benar sibuk, terkadang ia melupakan urusan perut. Dery sering mengingatkannya, kebetulan sekali ia dan Dery selalu bersama, macam Upin dan Ipin.
Eh salah—
Badrol dan Lim.
Rekan mereka sering memanggil mereka Badrol dan Lim.
Katanya karena Dery mirip Badrol, cucuku kakek Dalang. Dan Lim sendiri merupakan sahabat Badrol. Jadilah mereka dipanggil demikian.
"Lim, makan yukkkk," ajak Dery saat Ode baru kembali menemui dokter Lian.
"Sejak kapan aku ganti nama?"
Dery terkekeh. "Nama panggilan untuk kita lucu juga loh. Aku Badrol. Kamu Lim."
Ode hanya menggeleng, tak paham, bagian mana yang lucu.
"Abang Lim, ayo makan!!!"
"Kamu duluan aja. Aku mau menemui Yerisha di lobi."
"Loh Yerisha ke sini?"
"Iya."
Dery menaik turunkan kedua alisnya, mencurigai sesuatu. Terlebih Ode begitu buru-buru menemui gadis itu.
"Katanya adik-kakak tapi sorot matanya beda euy," gumam Dery mengambil ponsel dari sakunya.
Jemarinya dengan lincah mengetik kata demi kata yang akan dikirimkan ke Saelin. Dery menduga, Saelin akan meloncat kegirangan saat tahu hot news yang akan dibagikannya.
Sementara itu, Ode dengan terburu-buru menemui Yerisha takut membuat gadis itu menunggu terlalu lama.
Yerisha sudah menunggu di lobi, di samping pak satpam yang menjaga pintu lobi. Yerisha berdiri mengenakan jaket dan rok hitam dengan tas ransel kecil di punggung dan buku tebal salam pelukannya.
Yerisha terlalu fokus menatap lantai, mengira-ngira berapa waktu yang dibutuhkan Ode untuk sampai di depannya. Begitu melihat sepasang sepatu di depannya, dia mendongak beradu pandang dengan Ode yang mengenakan snelli yang membuat Yerisha tertegun untuk beberapa saat.
"Hai, Yerisha."
"Hai, De. Kenapa kamu nyuruh aku ke sini?" Yerisha teringat pesan yang dikirimkan Ode tadi.
"Hah? Aku? Kapan?" tanya Ode bingung.
Yerisha mengambil ponsel dari dalam tasnya, lalu mencari bukti pesan dari Ode lalu menunjukkannya pada cowok itu.
Usai membaca pesan itu jelas dia bingung.
Dia merasa tak pernah mengirimkan pesan apapun pada Yerisha.
"Bukan kamu yang ngirim?"
Ode menggeleng. Bingung.
"Mungkin ada yang ngusilin kamu."
Satu nama terlintas di benaknya
DERY!!!!
"Karena bukan kamu yang ngirim pesan, aku pulang dulu berarti."
"Eh sebentar."
"Mau nemenin aku."
"Kemana?"
"Makan."
-tbc-
Pendek aja dulu ya hehehe
Btw ketika pertama kali bikin cerita oty, memang ceritanya lebih ke keluarga sih.
Sampai di satu titik aku tahu interaksi Ode dan Yeri mempunyai dua interpretasi.
Ode Yerisha as adik kakak dan Ode Yerisha as couple alias romance. Apapun interpretasi kalian nggak masalah asal cerita ini bisa dinikmati. Toh sebagai adik kakak maupun couple keduanya sama-sama lucu.
Lalu biarkan nanti aku yang memutuskan berhubung kalian tahu sendiri kan hubungan asli Yerisha dan Ode seperti apa ^^