KLANDESTIN | MINV

By friska134

83.3K 9.5K 2.4K

{segala hal, tokoh, karakter, alur hanyalah fiksi. Tidak boleh dikaitkan dengan kehidupan member asli.} Jimin... More

0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0.10
0.11
0.12
0.13
0.14
0.16
0.17
0.18
0.19
0.20
0.21
0.22
0.23
Cinderella - End of Story

0.15

2.5K 332 92
By friska134

ilustrasi MinV di Klandestin

ngakak anjer, muka bapak nya santuy pulak.. tuh bayi jg anteng 🤣

kakinya emesh... ngegelantung

.

.

.

Taehyung kira hidupnya sudah berakhir.

Dia pikir warnanya luntur, kisahnya sudah tenggelam, dan harinya lenyap.

Mengingat dirinya dicebur paksa ke kotak berisi air es, dia pikir dia sudah mati.

Hawa panas dan lembab seseorang pelan namun pasti memberinya kembali hembusan napas kehidupan.

Park Jimin.

Hadirnya selalu saja menyilaukan. Seolah dia sosok penolong yang diturunkan dari langit.

Jimin tertidur pulas dengan sejait wajah kelelahan. Tepat berada di sisinya. Memeluknya tanpa sekat.

Dalam posisi intim dimana Taehyung berpekuk baring di atas lengan kanan Jimin.

Mereka ada di ranjang pasien VIP RS, berbagi satu ranjang sama.

Suster cantik yang membawa kampel suntikan obat melangkahkan kaki sopan.

"Pasien atas nama Kim Taehyung-ssi?"

Taehyung berbalik gundah, menempelkan jari telunjuk depan bibir.

"Maafkan aku suster, tapi umm... aku tidak.. maksudku.. jangan bangunkan dia dulu."

Perawat itu tersenyum manis. Interaksi keduanya ini bukan main. Dia jadi saksi dimana Jimin lari sepanjang koridor RS memapah pasien di punggung.

Kondisi keduanya pun dibilang tidak baik.

Taehyung yang hampir jadi mayat beku, dan Jimin yang bersimbah darah merah.

Pengorbanan pria itu jarang sekali suster itu jumpai.

"Setelah minum obat ini saya yakin kamu bakal segera pulih, dik. Istirahatlah."

Taehyung diam di tempat, memerhatikan wajah Jimin.

Luka-luka lebam yang masih basah, bekas pukul keunguan berbekas dimana-mana.

Menandakan benar dugaan bahwa Jimin habis berkelahi secara frontal.

Masa iya? Melawan preman bejibun itu? Demi menyelamatkan nyawa anak haram sepertinya?

Linangan air mata mengucur tanpa ia kehendaki.

Taehyung susah payah meredam isaknya. Sesak bak dihimpit beton. Sengatan rasa bersalah bertubi-tubi menyerang.

.

.

.

Terik sinar fajar yang menerobos masuk dari tirai jendela yang dibuka mengusik Jimin hingga terbangun.

Mengucek mata singkat, Jimin menguap lebar.

Deg!

Pintu kamar terbuka lebar dan gorden bertiup kencang.

Dipekuk hatinya dengan palu seperti hendak rubuh waktu sadar anak ini tidak ada di sisinya.

Di balkon luar, kosong.

Kamar mandi, tidak ada.

Ruang tunggu, tidak ada.

Bangku luar depan kamar pun nihil.

"Taehyung!"

Nyaris, degup napas Jimin berhenti. Seketika ngenyut karena terkena serangan jantung mendadak.

Lari kalang kabut bak kehilangan pedoman, akal sehatnya mulai keruh.

Berpikiran banyak hal dan macam. Jimin bertanya gelisah pada setiap orang yang ditemuinya.

Kemeja lusuh khas RS yang dikancingkan asal-asalan, poni lebat yang terus jatuh menghalau kening.

"Taehyung-ah! Eodiseo!"

Gema suara Jimin begitu kuat dan pekak, berbalut frustasi.

"Aish! Kemana dia!"

Sudah 5 orang perawat yang ia interogasi, dan gelengan tak tau Jimin dapatkan.

Sedetik kemudian, Jimin memperlambat gerak kakinya.

Pikiran negatif yang mengira Taehyung kabur memang cuma dugaan.

Menghembus napas lega menemui sosok yang ia cari ada di bangku kecil taman belakang RS yang berbatasan dengan kolam air mancur.

Si kecil berponi rata itu tengah menyabuti bunga krisan dari rumput dan mengutak-atiknya.

Ada nenek tua terlihat tabah menunggu Taehyung merajut bunga. Dia duduk di kursi roda, mengenakan baju RS.

Seuntai garis lebar terulas apik di wajah keduanya. Mereka tertawa senang hanya karena mahkota bunga bikinan Taehyung?

Oh, tidak.

Nenek itu tidak punya kaki untuk berjalan. Dia buntung.

"Woahh.. nenek kelihatan cantik banget. Super gak pake boong."

"Benarkah?"

"Umh! Artis aja kalah loh nek, aku yakin kalo gini pasti nenek jadi inceran para aktor kesukaan nenek."

Mendengar pujian Taehyung, nenek itu tersenyum penuh kasih. "Kalau aku sudah secantik ini apa putraku mau datang menjengukku disini?"

"Tentu saja! Nenek kan sudah berdandan sangat cantik. Putramu pasti bakal pangling."

Polos.

Di mata Jimin, Taehyung terlihat polos namun pandai berbohong di waktu bersamaan.

Ironis.

"Tae-ah.." Padahal suara Jimin amat pelan, namun dia tetap terkejut lalu menatapku dalam. Seolah-olah habis keciduk melakukan tindakan jahat. Iya sih, dia ketahuan Jimin mencabut bunga sembarangan di RS.

Bisa didenda, kan?

Taehyung mendorong kursi roda milik nenek pasien kembali ke kamar, dan berikutnya dia datang ke arah Jimin.

Matanya selalu saja sendu, hidung dan bibirnya menjulak lembut sepertiku.

"A-ah-- sudah bangun?" Dia lekas menyembunyikan sesuatu ke belakang.

Jimin mendekat, digiring hembusan napas berat. "Keluarkan tanganmu."

Taehyung menggeleng-geleng, "Aniya.."

"Tidak mau berbagi denganku?"

Melongo lucu, lalu mengerjap-erjap, dan menyilang-nyilang tangan gusar "Bukan begitu, tapi--

Cletuk

Ups, tanpa sadar dia melepas genggaman, lantas menjatuhkan sembunyiannya.

Kerajinan tangan ukiran bunga krisan yang berbentuk kalung, cincin, dan gelang.

Kurang kerjaan sekali.. sisa aksesoris dari nenek tadi.

"Sejak kapan kau terbangun dan membuat ini?"

Jimin mengambil asal sebuah kalung bunga aneh itu dan merabanya miris. Prihatin dengan tukang kebun yang merawat RS ini.

"Satu jam lalu." Dia mencelos datar, lalu memanggil Jimin setelah ada jeda lama, "Ahjussi.."

Batin Jimin langsung tertusuk lirih saat anak polos ini mengeja panggilan  ahjussi itu.

Sudah lama dan entah kenapa jadi rindu kalau tidak diucapkan.

Mereka berdiri dengan jarak membentang, kedua mata mereka merah berkaca-kaca.

"Oh iya, Taehyung. Apa kamu senang di Daegu?"

Satu anggukan dan senyum palsu.

Jimin sengaja memancing, ingin mengorek seberapa tahan Taehyung berbohong bahwa dia baik-baik saja.

"Hyungmu.. Namjoon dimana? Kenapa kalian pisah? Apa dia sengaja meninggalkanmu?"

"Tidak. Aku yang menyuruhnya untuk pergi."

Kali ini dia jujur.

"Cukup seru kan kita reuni lagi disini? Di Seoul.. di rumah sakit?"

Air mata Taehyung hendak tumpah, paham ini sindiran keras.

"Nne." katanya pilu.

Meledak kesabaran Jimin, dia tidak bisa mengontrol emosinya untuk lebih lama berpura-pura.

Didesak rasa marah tidak terima, khawatir, yang didominasi oleh kerinduan.

"Taehyung."

Kedua oniks mereka merah berair, dan wajah Jimin mulai merah menggebu-gebu.

Menolehkan wajah sedihnya ke netra lelah Taehyung "Katakan padaku. Kau minta pisah dariku dan memintaku untuk bahagia sendiri. Tapi, sekarang kau lihat.. apa wajahku bahagia?  Memakai pakaian wanita, masuk ke areal para begal, dikejar puluhan orang, melihat ayahmu menyumpahimu mati. Dan.. saat tau kau ingin dijual dan dibunuh kau pikir aku akan menikah dan gembira?

Taehyung menyimak segala lontaran curah hati ahjussi. Tidak. Dia tidak ingin ahjussi juga memanggul beban hidup yang sama sepertinya?

"Jika itu semua yang kau sebut dalam definisi bahagia, aku tidak mengerti maksudmu."

Jimin betulan marah dan mulai emosi. Kedua tangannya terkepal erat.

Menusuk mata bergetar Taehyung yang terus-terusan menggeleng.

Anak itu tidak mampu membalas dan berdalih sepatahpun.

"Bilang padaku.. jika harus kehilanganmu untuk kali kedua, bagaimana aku bisa hidup tenang eoh?"

Isak Jimin merembes saking kuatir dan takutnya.

"Seharusnya kau beri tahu aku. Ahjussi kenapa kau meniduriku! Kenapa kau berikan aku baju bekas! Kenapa kau tidak pernah belikan aku hadiah bagus! Dan apa maksud surat itu, kau kenapa ingin menikah dengan Sekyu! Kau tidak boleh gantikan tempatku disini. Aku sudah tidur denganmu! Kau harusnya bicara begitu padaku, Taehyung!"

Teriakan yang mengandung makna dalam. Jimin menghardik. Rembesan air mata di pipinya menandakan dia telah runtuh total.

"Haruskah.. aku kehilanganmu lagi tanpa tahu apapun? Eoh?"

"Begitu maumu?"

"Seharusnya kau beri tahu aku, Taehyung-ah!"

Teriakan keras.

Lontaran demi lontaran terhunus tepat di ulu hati Taehyung. Park Jimin menyuarakan isi hatinya dan Taehyung menjadi bisu seketika.

Menarik nafas dalam seraya sesegukan, "Otokhe.." sahut Taehyung pelan.

"Bagaimana aku bisa seegois itu dan membiarkan ahjussi terlibat dalam keluargaku sampai terluka begini. Saat bersamaku, semua orang mengutukku dan berkata mereka pasti selalu terkena sial. Aku nggak mau ahjussi hidup sebagai pecundang karena aku. Aku nggak mau ahjussi terbebani karena aku yang tiba-tiba datang merusuh.. aku juga nggak pengen seperti ibuku yang merebut hubungan orang lain!!"

Taehyung menjerit histeris, merosot ke rumput seraya memegangi kepala.

Jimin merangkul tubuh si mungil, meremas bahunya. "Dan aku ini belum menikah, Taehyung-ah! Aku tidak menikah dengan siapapun! Kau nggak merebut siapapun, kau nggak sama!"

Keduanya menangis panjang.

Pertanda curahan hati sesungguhnya dari kedua belah pihak sudah tersalurkan tanpa ada campur tangan yang lain.

Tidak ada istilah tua muda untuk saling mengerti perasaan.

Karena jatuh cinta bisa membuat orang jadi lupa diri, lupa umur, ahh lupa segalanya.

Seperti yang kita tahu sekarang, nampaknya Jimin mulai menyukai dua orang berbeda dalam waktu bersamaan.

Taehyung dan Sekyu.

Siapa yang akan dia pilih.

.



.




.

TBC

nunggu komen 10 biji😁

mas.. kena tabok tanganku sakit loh.


Continue Reading

You'll Also Like

173K 13.6K 25
{segala hal, tokoh, karakter, alur hanyalah fiksi. Tidak boleh dikaitkan dengan kehidupan member asli.} Menikah tidak semudah yang kalian bayangkan. ...
755K 40.3K 46
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
900K 62.3K 49
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
480K 36.7K 51
(No remake book) remake block. Mereka berasal dari masa depan dan misi mereka menyadarkan appa mereka bahwa cinta tidak memandang jenis dan menggagal...