Who Are You?

Por Hua_Xian

3.2K 374 50

Jeon Jungkook. Kita melewati banyak cerita bersama dalam pernikahan ini. Cerita yang kita lalui bersama. Ah... Más

Chapter 00. Prolog
Chapter 01. Im Hwa Young
Chapter 02. Sick
Chapter 03. Her Past
Chapter 04. Her Past
Chapter 05. Bad Dream
Chapter 06. Happiness After Bad Dream
Chapter 07. Suddenly Married?
Chapter 08. New Day, New Person
Chapter 09. His Request with Bad News for Him
Chapter 10. Be like a Stranger
Chapter 11. Bad Meeting
Chapter 12. I'm Sorry, We're Broken
Chapter 13. Anger and Sorry
Chapter 14. Because It's You
Chapter 15. Compete
Chapter 16. Our Beautiful Moment?
Chapter 17. Distance
Chapter 18. Storm and Sick
Chapter 19. Us and Our Broken Heart
Chapter 20. Hospital pt. 1
Chapter 21. Hospital pt. 2
Chapter 22. Hospital pt. 3
Chapter 23. Decision
Chapter 24. Crying on Your Hug
Chapter 25. What are We?
Chapter 26. Reconciliation
Chapter 27. His Past
Chapter 28. Meet Him
Chapter 29. Knowing Each Us
Chapter 30. The Night
Chapter 31. Knowing Her Past
Chapter 32. Story Before You Come
Chapter 33. Let's Share One to Other
Chapter 34. Unexpected Meeting
Chapter 35. Get Caught
Chapter 37. Japan
Chapter 38. Say Love You
Chapter 39. Congratulations, it's a...
Chapter 40. Let Me Take You Go
Chapter 41. The Warn and Truth
Chapter 42. The Truth is...
Chapter 43. The Warn That Come True
Chapter 44. Regret
Chapter 45. Hello Goodbye
Chapter 46. The Wedding Invitation
Chapter 47. The Day
Chapter 48. Second Child?
Chapter 49. Our Happy Ending: Happy Birthday, Jungkook

Chapter 36. Suspicion

37 4 0
Por Hua_Xian

Keduanya tengah menikmati makan malam bersama setelah usai dari kegiatan membakar kalori serta memberikan kepuasan. Sesekali saling melempar tawa dan kekehan menikmati momen manis bak sepasang suami-istri yang baru saja menikah. Begitu hangat, begitu intim, begitu bahagia tanpa ada yang mengganggu mereka.

"Thank you, I've fulfilled my energy." Yoongi segera berdiri dari meja makan setelah cukup lama bercengkrama dengan sang adik ipar. Ia berhenti melangkah tepat dibelakang wanita itu, membungkukkan badan lalu berbisik, "hope some of me grow up in here," sembari tangannya mengelus lembut perut Hwa Young.

Wanita itu tersenyum lalu menegok ke arah kiri, balas berbisik, "then we need to do it extra to get Lil Min in here." Tangannya juga ikut bergabung, menangkup tangan milik Yoongi. Ada sebuah buncahan hangat yang mengaliri hatinya.

"As you wish, Dear." Timpal Yoongi masih berbisik lalu menegakkan tubuhnya. "I'll take Jiwoo then go home."

Hwa Young ikut berdiri, "I'll accompany you there, also want to take their dinnerware."

Entah bagaimana, keduanya berjalan dalam iringan langkah yang sama tanpa mereka sadari. Berjalan senada dengan tangan saling melingkar pada pinggang satu sama lain. Hwa Young melepaskan lebih dulu saat ia membuka pintu. Didapatinya sang suami yang sedang tertidur pulas disebelah Jiwoo.

Seketika itu juga, Yoongi menarik Hwa Young agar kembali padanya, melingkarkan tangan lagi pada lekuk pinggang sang adik ipar dan berucap dengan santainya, "can we do it one more time?" Tanya lelaki itu tanpa peduli bahwa diam-diam sosok sang adik mencuri dengar dalam tidur.

"Now? In this room? Hey, Jungkook is here." Ucap Hwa Young lirih.

Yoongi mengendikan kedua bahunya lantas menjawab, "don't care. He is sleeping now." Ia kembali menyapa sang wanita dalam dekapan teramat erat, menempatkan satu tangannya yang lain pada tengkuk dan mulai memagut bibir Hwa Young. Membawanya suasananya begitu lembut hingga sang wanita kembali terhanyut, ikut membalas serta melingkarkan tangan pada lehernya, menarik seduktif agar dirinya semakin mendekat tanpa jarak.

"Yoongi!" Hwa Young memekik kala tangan sang kakak ipar menelusup kedalam dressnya, menyapa dirinya dengan nakal. Ia menahan tangan itu agar tak mengeksplorasi lebih jauh lagi.

"Just lil bit having fun before leave. Honestly, I really don't want to leave you. I want to have you once again tonight. It's hard for me to say goodbye this time, don't know, maybe cause you'll be with Jungkook for a long time"

"Apa kau terjatuh padaku, Tuan Min?"

Yoongi mendengus senyum lantas menjawab, "katakan aku gila tapi dengan senang hati aku mengakuinya."

Hwa Young membalasnya dengan rangkuman rengkuh, memeluk lelaki itu bersama senyum serta hati yang menghangat. "Terima kasih," ucapnya lembut lantas menyatukan kening dengan sang lelaki. Saling berpandang lekat dengan senyum yang masih setia menghiasi keduanya.

Yoongi lebih dulu mendekat, meraup jarak, menyapa sang wanita. Kembali membawanya dalam lingkupan tanpa jarak bersama bibir saling berpagut lembut. Tidak peduli decap yang mengotori rungu polos yang tertidur lelap, tidak menyadari Jungkook yang sudah membuka mata melihat keduanya tanpa niat bangkit dari baringan.

Mau tahu hal yang lebih gila? Mereka melakukannya, lagi, dalam resiko yang lebih mengancam. Tak peduli kepemilikan dari masing-masing. Tak peduli suami pun tak peduli anak. Katakan mereka gila dan mereka akan mengakuinya dengan senang hati sekarang juga.

Lelaki lain disana bahkan enggan melerai, seakan ikut mendukung dengan kembali menikmati tontonan seru yang disuguhkan oleh keduanya pada sofa kamar. Tempat yang cukup sempit dalam gerak namun berkesan untuk keduanya. Saling membekap suara lewat pagutan kelewat panas, yang nyatanya tak cukup membendung, malahan membuatnya semakin parah. Beruntung Jiwoo dalam mode susah bangun sekarang.

Sejujurnya, Jungkook sedaritadi hanya terdiam lantaran ingin memuaskan rasa ingin tahunya, mengeksplor lebih banyak lagi, menggali lebih dalam lagi, hal segila apa yang dilakukan istrinya selama ini. Kendati tanganya terkepal kuat dibalik bantal dan selimut. Bukan, ini bukan cemburu, Jungkook jelas tahu, kelewat paham malah. Ini rasa emosi sebab pasangan gila didepannya, melakukan hal yang sama gilanya, berani menantang kewarasan dihadapan suami dan anaknya. 'Bukankah yang tadi sudah cukup? Kenapa masih ada sesi berlanjut seperti ini?'

"Hope Lil Min really grow up start from tonight." Ucap Yoongi masih terengah setelah mereka selesai.

Sungguh kalau Jungkook tak ingat ada Jiwoo disini, atau kuriositas yang begitu kuat menahan dirinya untuk bertindak bodoh, mungkin ia sudah ikut bergabung lantaran muak melihat keduanya berbagi manis. Tapi ia bisa apa selain diam mencari jawaban yang masih tidak jelas. Abu-abu dalam kejelasan yang samar.

Jungkook lantas segera terpejam cepat ketika Yoongi menghampiri hendak mengambil Jiwoo, tentu setelah sang kakak mengambil rehat beberapa menit guna menetralkan napasnya. Terpaksa ia harus terpejam, memainkan peran apik agar tak membuat semuanya terbongkar cepat. Kali ini, Jungkook ingin mengikuti sejauh mana permainan istrinya hingga berteman jenuh.

Ia sempat mengintip sebelum pintu itu tertutup, Hwa Young menyambung kasih dalam ciuman lembut pada sang kakak dengan Jiwoo diantara mereka. Benar-benar pasangan suami-istri yang sesungguhnya, lantas siapa dirinya sekarang? Posisi apa yang ditempatinya sekarang?

Hwa Young kembali dalam waktu lima belas menit, Jungkook tak tahu dan tak ingin mengetahui apa yang mereka lakukan dibawah, mungkin saja mereka melakukannya lagi sebelum benar-benar berpisah. Jangan salahkan dirinya, ia hanya mengamati selang waktu yang sekiranya cukup untuk bermain barang sebentar. Ia melihat presensi sang istri yang rupanya terkejut mendapatinya sudah membuka mata, memutuskan untuk berpura-pura mengulas senyum dalam menanggapi langkah Hwa Young yang menghampiri.

"Oh, Jeon, sudah bangun?"

"Hm... Apa Hyung sudah pulang?" Tanya Jungkook yang dijawab berupa anggukan sang istri. Lantas ia bertanya lagi, "kapan?"

"Saat kau tidur tadi."

Lelaki itu mengangguk beberapa kali, meraih tangan sang istri untuk digenggamnya, menariknya turun agar terduduk di tepi ranjang lantaran wanita itu sibuk membereskan peralatan makan malam yang teranggur belum sempat dirapikan. Teramat jelas menghindari, Jungkook tahu itu. "What are you two sharing?"

"Just sharing our opinion."

Jungkook tersenyum miring samar, hanya sekilas lalu bertanya, "is it fun? Did you like it?"

Seketika ingatan tadi terputar kembali, membuat Hwa Young berbalas senyum pada sang suami, "yes, of course, Jeon. Hey, we need to share one to other like that. It's good for us."

Jungkook mendengus bersama senyum remeh, "sounds you enjoy it," ujarnya lantas membuang muka. Tak seberapa lama, hanya hitungan detik, wajahnya kembali menatap Hwa Young dengan seraut terkejut sebab sang istri yang mendadak duduk diperut bagian bawah, sedikit menggodanya. Ia berkerut bingung, "what are you doing?"

"Jealous?" Tanya Hwa Young memancing sang suami, tubuhnya sengaja membungkuk perlahan seperti melata namun dalam gerak lurus. Sengaja menggoda bersama pakaiannya yang mendukung pun ditambah tubuh yang menempel tanpa jarak.

"No, I'm not." Jawab Jungkook masih bertahan menatap sang istri dalam raut datar.

"How about make one beautiful night? Don't you want it too?"

Jungkook mengukir senyum dan menjawab dengan santai, "we had it this morning. Isn't it hurt you, if we do it again?" Tangannya sengaja membelai helaian rambut lembab Hwa Young yang terjatuh disisi kanan wajah. Batinnya mengawang dalam ucap, 'tentu, karena ini kali keempat, jika kau melakukannya denganku malam ini. Apa kau gila, Young?'

Hwa Young berkerut tipis, sangat samar dan segera menggantinya dengan berbalas senyuman. "No, you played soft this morning and i don't even get hurt."

"I wanna change," putus sang suami cepat, "I want you in top like this, do whatever you want. Cause, I dont wanna hurt you this night." Katakan dia gila, nyatanya semua jiwa hari ini memang begitu. Maka, biarkan Jungkook ikut menggila malam ini. Pikirannya sudah kacau, semakin terombang-ambing dalam abu-abu pribadi sang istri. Dualitas yang benar-benar mampu memainkan hatinya dalam anomali perasaan yang sesungguhnya. Ini bukan sekadar Taehyung, ia yakin ada hal besar lainnya dibelakang ini, dan Jungkook ingin menggalinya lebih dalam lagi.

*****

Ini sudah berlalu, kiranya sudah dua jam berlalu setelah kegiatan mereka usai dan Hwa Young jatuh tertidur. Ada yang berbeda, jika biasanya Hwa Young menurut untuk tidur dalam dekapan, kali ini istrinya enggan barang menerima lingkaran tangan pada pinggang, tidur saja membelakangi Jungkook. Tapi tak apa, itu menguntungkan Jungkook. Diam-diam ia mengambil ponselnya, mengetik sesuatu lantas mengirimnya.

To: Taehyung [12.41 pm]

Temui aku, Hyung. Ada yang ingin kubicarakan, ini tentang Hwa Young.

From: Taehyung [12.53 pm]

Dimana?


To: Taehyung [12.55 pm]

Taman Hangang. Aku kesana sekarang juga.

Jungkook bangkit perlahan agar Hwa Young tak terbangun, segera diraihnya salah satu kunci mobil dan coat hitam panjang dari lemari lalu meninggalkan rumahnya. Ia melajukan kendaraannya dalam kecepatan sedang, sedikit bersenandung kecil mengikuti alunan lagu dari radio yang sengaja diputar demi mengisi kekosongan agar pikirannya tak semakin berkemelut. Ia harap setelah bertemu Taehyung nanti bisa memberikannya sedikit pencerahan.

Jungkook lebih dulu sampai disana. Tempatnya masih terbilang ramai, berisi sekumpulan anak muda yang memadu kasih ditengah malam. Ia memilih tempat duduk dengan pemandangan langsung menuju Sungai Han, menunggu seseorang lain yang ikut bergabung. Cukup lama, hampir satu jam presensi yang ditunggu datang dengan tangan terjulur menawarkan minuman padanya.

"Kopi, Kook?"

Jungkook sempat melirik dari ekor matanya lalu menggeleng, "tidak, terima kasih."

Taehyung meresponnya dengan kekehan sumbang sebelum berucap, "kau tidak mengira aku akan benar-benar memberimu, kan? Itu hanya basa basi kosong."

"Hyung datang lama sekali." Timpal Jungkook dalam bahasan lain.

"Apa ini juga basa-basi? Atau kau merajuk seperti kekasih?" Taehyung tertawa ringan sebelum melanjutkan, "aku orang sibuk, tidak juga, sih, hari ini. Sebenarnya aku sudah datang daritadi, hanya mengelilingi tempat ini sebentar sebelum menemuimu." Ia meminum kopi yang masih mengepulkan asap disana, mencecap sisa pahit disekitar bibirnya lantas berucap, "well, aku cukup senang kau memanggilku Hyung lagi. Tentu ada alasan dibaliknya, katakan apa yang ingin kau bicarakan."

Namun si calon detektif amatir tak kunjung memberikan pertanyaan. Jungkook justru asik memandang riak air sungai yang bermandi cahaya, nyaris berlalu dalam menit ketiga dan akan terus berlanjut dalam menit-menit berikutnya kalau tidak dipecah dengan ocehan Taehyung.

"Bicaralah," titah Taehyung mulai jengkel, "kau tahu? Kita seperti pasangan gay dengan visualisasi sempurna. Orang-orang juga melihat kita sedari tadi. Mau mencoba?"

"Dasar Gila Sialan! Aku tak akan pernah sudi." Maki Jungkook saat itu juga.

"Makanya, cepat katakan apa yang ingin kau bicarakan," balas Taehyung jengah.

"Hwa Young...," ucap Jungkook menggantung, matanya terlihat kosong memandang sungai.

Taehyung langsung menyambar dengan tak sabaran, "iya... aku tahu, dalam pesanmu juga sudah tertulis," nadanya terdengar gemas, rasanya ingin menceburkan Jungkook di Sungai Han tepat di depan mereka, saat ini juga.

"Dia berubah-ubah..."

Kening Taehyung berkerut bingung, "berubah-ubah bagaimana maksudmu?"

"Terkadang aku mengenalinya... Tapi terkadang aku tak mengenalinya."

Taehyung mendengus senyum, "sudah mulai rupanya."

Keningnya berkerut mendengar balasan Taehyung, ia menoleh pada lawan bicaranya, "apa dia memiliki dua kepribadian?"

"Apa kau akan menyerah setelah mengetahuinya? Apa lagi yang kau temukan?"

"Katakan saja apa?!" Jungkook mulai terpancing emosi lantaran Taehyung tak segera memberi jawaban.

"Jika kukatakan apa kau akan memberikan Hwa Young untukku?" Lagi, Taehyung semakin gencar menantang lelaki disampingnya. Ditambah lagi senyum seringainya yang membuat pihak lain semakin menjadi.

"Sialan! Hyung, katakan sekarang!" Jungkook meraih kerah Taehyung, tak peduli orang disekitar yang mulai memandang mereka.

"Kau bilang tidak peduli masalahnya besar atau kecil, kan, waktu itu?" Taehyung menyingkirkan cekikan Jungkook pada kerah kemejanya. Ia berdiri setelah merapikan kembali busana yang dipakai lalu berdiri sambil menyimpan tangan dalam kantong celana, "temukan duduk permasalahannya sendiri. Tidak seru kalau aku mengatakannya sekarang. Temukan dan bantulah Hwa Young. Kita memang bekerja sama, tapi kau tidak lupa kalau kita ini masih rival, kan?" Taehyung terdiam sejenak, lalu berucap terakhir sebelum meninggalkan tempat itu, "rival tak akan saling memberi tahu. Kau harusnya mengerti aturan mainnya."

Taehyung sempat berhenti pada langkah ketiganya, "bertahan atau meninggalkan? Jika memang mencintainya, kau pasti tahu pilihan yang tepat. Kuharap kau memilih opsi kedua agar kami bisa kembali bersama." Ia melengak ke belakang, tak sampai menatap hanya melirik dari ekor mata, "perasaannya padaku, belumlah hilang."

*****

Sekiranya tiga minggu telah berlalu dan Jungkook semakin menemukan anomali pada sang istri. Ia hanya sedang membuat pikirannya menjadi positif, dikepalanya terus berputar segala kemungkinan seperti, mungkin sang istri sedang dalam keadaan hati yang tidak baik hingga membawa perubahan sikap yang rancu. Terkadang menjadi warna putih yang dikenalnya teramat baik, terkadang berubah menjadi warna merah yang asing dihatinya. Layaknya koin yang mempunyai dua sisi, layaknya manusia yang mempunyai sisi positif dan negatif, maka dari sana pula Jungkook memahami Hwa Young. Anggap saja putih itu adalah sisi positifnya dan merah adalah sisi negatifnya.

Beberapa hari ini misalnya, ia kembali menemukan sisi putih dari Hwa Young. Tentu saja, sebelum sisi itu pudar berganti merah, Jungkook memanfaatkannya sebaik mungkin untuk menciptakan momen manis bersama. Hampir setiap hari memulangkan diri lebih awal sebelum jam kerja usai sebab bongkahan rindu yang teramat besar dan jauh lebih dari itu, Jungkook tak ingin kehilangan pribadi ini.

Meluangkan waktu lebih banyak, terlebih saat malam hari dengan menonton film bersama hingga film yang berbalik menonton mereka tidur atau sekadar mengobrol bahasan seru di balkon dalam jarak yang intens ditemani secangkir coklat panas. Hwa Young dalam sisi putih itu lembut, teramat sangat lembut, Jungkook sampai tidak sanggup untuk mendeskripsikan, terlalu mencintai sisi itu. Berbeda dalam sisi merahnya yang begitu berani sampai membuatnya harus berpikir dua kali dalam bertindak.

Banyak orang mengatakan bahwa dalam pernikahan memang ada sisi lain yang belum saling dikenali, dan Jungkook menganggap hal yang sama, maka ia perlu menyelami lebih dalam lagi pribadi sang istri. Terlebih sebentar lagi, lusa depan, mereka akan pergi ke Jepang, seperti yang sudah direncanakan, dan Jungkook ingin memanfaatkan sebaik mungkin untuk mengenal Hwa Young lebih dalam lagi, sampai dasar kalau waktu mengijinkan.

"Hyung!" Seru Do Hwan, melambaikan tangan beberapa kali didepan wajah sang atasan.

Jungkook mengerjap beberapa kali kala tersadar dari lamunan. "Eoh? Ada apa?"

"Hyung, aku nanti tidak bisa ikut minum. Tidak apa-apa, kan?"

Sang atasan berkerut kening, "kenapa izin padaku?"

Do Hwan mengambil napas lalu menghembuskannya perlahan, sedikit kesal, "Hyung, kan, atasanku dan acaranya, kan, untuk merayakan Hyung yang mau pergi ke Jepang."

Jungkook mendengus senyum lalu menggelengkan kepala, "ada-ada saja."

"Kata Jimin Hyung begitu, makanya aku minta izin tidak ikut. Ada..." Do Hwan mengusap leher belakangnya, "ada, ehehe... Hyung pasti tahu."

"Mau buat anak lagi?" Tanya Jungkook frontal, "hei, bahkan dia saja sedang mengandung. Nikahi dulu, baru melakukan, kau malah sebaliknya. Ck! Sudah kuduga pasti waktu malam itu."

"Apa? Hyung, bukan begitu, enak saja. Aku mau mengenalkan pada orangtuaku, mau bertanggungjawab." Balas Do Hwa dengan cengiran.

"Nah, begitu lebih baik."

"Tapi dalam kandungannya bukan anakku. Tidak tahu juga, sih, soalnya kami juga pernah, yah, Hyung pasti tahu."

"Apa?" Seketika itu juga Jungkook membelalakan matanya terkejut.

"Korban pemerkosaan," jelas Do Hwan, ia terdiam beberapa detik lalu melanjutkan, "waktu Hyung datang malam itu, aku menolongnya, ani, tidak sengaja menemukannya. Lalu kubawa ke apartment, dan tinggal bersama. Kukira kami akan jadi orang asing yang tinggal dalam satu atap sama, tapi ternyata rasa diantara kami muncul begitu saja sampai, yah, begitulah, tidak kusangka hamil," ucapnya terkekeh senang diakhir.

"Padahal kau bilang saudara jauhmu, dan aku tidak pernah percaya alibi itu." Jungkook menggelengkan kepalanya, "kau tidak sebaik yang kukira. Beginilah kalau tinggal bersama, ada setan dimana-mana."

Do Hwan langsung menggeleng, "Hyung, awalnya aku tidak begitu, tapi... iya, sih, benar kata Hyung."

"Jangan menyentuhnya lagi sementara dia sedang hamil. Setelah menikah dan melahirkan baru melakukannya." Jungkook terdiam sejenak lalu wajah bahagia mulai terlihat, "wah, kau mendahuluiku punya anak. Aku senang kau bertanggungjawab meski belum tentu itu anakmu."

"Karena cinta yang tulus tidak akan mencela kekurangan pasangan tapi saling melengkapi. Tidak juga menjelekkan atau bahkan ikut menyalahkan kalau melakukan kesalahan. Biar bagaimanapun juga, anak itu membutuhkan sosok orangtua yang lengkap," timpal DO Hwan bersama senyuman terukir diwajahnya. "Oh, dan Hyung, kan, sebentar lagi juga akan mempunyai anak, emm... lusa saja sudah pergi. Ke Jepang pula, aku hanya dirumah."

Jungkook ikut tersenyum lantas mebalas, "tidak peduli mau pergi kemana, yang penting adalah orang yang ada disisimu, orang yang kau cintai."

"Ne," Do Hwan mengangguk beberapa kali, lantas melihat jam pada pergelangan tangannya, "Hyung, aku pulang duluan, ya. Aku harus bersiap-siap."

"Hm. Pergilah. Sampaikan salam pada orangtuamu, katakan kalau aku akan berkunjung lain waktu."

"Ne. Berkunjung bawa Noona sekalian, Hyung." Ucap Do Hwan diakhir langkah sebelum meninggalkan ruangan itu.

Ngomong-ngomong tentang Hwa Young, Jungkook belum meminta izin pada istrinya untuk malam ini. Bagaimana ya, bukan karena suami takut istri, tapi saling memberi kabar itu perlu. Komunikasi itu penting dalam sebuah hubungan. Acaranya juga mendadak, baru tadi siang setelah rapat, Jimin mengajaknya bersama Taehyung dan Do Hwan untuk minum. Tak tanggung-tanggung, bukannya minum di pinggir jalan, Jimin malah menyewa satu meja di klub malam. Gila, kan? Makanya Jungkook ingin memberitahu Hwa Young agar istrinya tak menunggunya pulang, karena ia yakin acara minum-minum ini tidaklah sebentar.

To: Hwa Young [05.56 pm]

Young, aku diundang untuk acara minum-minum. Apa aku boleh ikut?


From Hwa Young [06.00 pm]

Hahaha... Kenapa bertanya seperti itu? Tentu kau boleh ikut.


To Hwa Young [06.01 pm]

Tapi di klub malam.

Jungkook sempat ragu mengetikkan pesan itu, ia cukup yakin bahwa Hwa Young tak akan menyetujuinya dan menarik izinnya. Benar saja, istrinya tak membalas pesannya cukup lama. Mulanya Jungkook menunggu lima menit untuk balasan selanjutnya, namun tak ada pesan masuk dalam ponselnya. Maka setelah menunggu hampir tiga puluh menit, ia mengirim pesan lagi pada Hwa Young.

To Hwa Young [06.27 pm]

Sayang? Kau tidak setuju ya?

From Hwa Young [06.32 pm]

Oh, maaf, aku lupa membuka pesanmu. Tak apa, pergilah kesana, tapi jangan bermain wanita, ya? Jangan mabuk juga sewaktu pulang, besok pagi kau bisa hangover.


To Hwa Young [06.34 pm]

Iya, Sayang. Mana mungkin aku bermain dengan yang lain kalau hatiku saja milikmu.

From Hwa Young [06.36 pm]

Man can do it without love.


To Hwa Young [06.36 pm]

And I promise to not do it except with you.

From Hwa Young [06.45 pm]

Menggombal, ya?


To Hwa Young [06.47 pm]

It is not a perfection, it is perfect. The courage to do it using the heart that makes it to the peak point. It is marvelous and amusing. Captives and become its own passion. It is too beautiful not to be enjoyed. Excite and makes life even brighter. You like it too, right?

From Hwa Young [06.55]

Jungkook! Jangan mesum lewat pesan.


To Hwa Young [06.56 pm]

Pesanmu bernada dan aku bisa membayangkan bagaimana ekspresimu. Aku akan berangkat sekarang. Tirdulah kalau sudah mengantuk, jangan menungguku, ya. Kurasa acaranya akan berlangsung lama.

From Hwa Young [06.58 pm]

Hm... Hati-hati.


Jungkook terkekeh senang setelah berhasil menggoda sang istri, tidak sepenuhnya menggoda tapi memang benar yang ditulisnya dalam pesan. Tidak bohong, Jungkook menyetujui pesannya itu. Lantas setelah dua menit bergulir mengganti angka enam menjadi tujuh, ia meninggalkan ruangannya menuju tempat yang sudah Jimin beritahu tadi siang.

*****

Disinilah Jungkook sekarang, sebuah klub malam mewah yang cukup terkenal, pengunjungnya saja terlihat berkelas. Beruntung ia tadi urung mengganti pakaiannya dengan kaus, masih menggunakan setelan kerjanya, jadi nampak berkelas seperti yang lainnya. Isi d idalam tetap sama, musik berdentum keras memekakan telinga, orang-orang menari mengikuti musik, dan satu lagi yang tak pernah luput ialah permainan panas yang tak tahu tempat. Jungkook bahkan menemukannya disalah satu meja, bermain tanpa rasa malu. Ada pula saat ia tadi ke kamar mandi sejenak, tak hanya satu, ada beberapa dalam bilik kamar mandi. Penampilan saja yang berkelas, tidak dengan tata cara bersikap. Yah, apa mau dikata, klub malam identik dengan hal-hal seperti itu, jadi tak ada salahnya juga untuk tidak menjaga manner bagi pengunjung.

Sebenarnya ia tak cukup tertarik dengan acara ini, sungkan untuk ditolak, sayang pula untuk dilewatkan. Jungkook terlalu sibuk bulan ini, dan ia pikir hal seperti ini bisa membantunya melepas penat. Sesekali, terlintas niatan untuk membawa Hwa Young ke tempat seperti ini. Namun dirasanya, lebih baik menyimpan Hwa Young dirumah daripada melihatnya berpakian minim dan membuat mata kelaparan memandang istrinya haus. Oh, tidak, Jungkook tidak akan melakukannya, membayangkan saja sudah membuatnya marah.

Ia segera mengambil segelas whisky yang disuguhkan dan meneguknya perlahan guna menetralkan diri. Menikmati acara ini bersama Jimin dan Taehyung. Tidak ada wanita disekitar mereka, lebih tepatnya tidak ada yang memesan atau sekadar menerima para wanita yang meminta bergabung. Ini hanya acara minum-minum, lagipula diantara mereka tidak ada yang niat untuk bermain.

Perbincangan sedari tadi hanya terjadi pada Jungkook dan Jimin saja, sedangkan Taehyung terlihat enggan bergabung, wajahnya saja terlihat kusut nyaris tertekuk kalau Jimin tak menyenggol kakinya agar senyum tetap terkembang.

Siapa yang bisa bertahan dalam senyum kalau wanita yang dicinta akan pergi bersama orang lain, berencana untuk memiliki anak dalam rumah tangga yang dibangun, membentuk sebuah awal keluarga kecil dan mulai mengambil langkah untuk meninggalkan.

Taehyung tak bisa menahan rasa sakitnya. Tak tahu harus seperti apa, dan disinilah ia berakhir gila, bergabung bersama suami dari sang terkasih, menghabiskan minuman dalam maksud berbeda. Jika Jungkook sebagai cara melepas penat sejenak bersama kawan, Taehyung justru sebagai pelampiasan rasa sakit di hatinya. Minum sebanyak mungkin sampai tak sadar hingga melupakan rasa sakitnya.

Pandangannya jatuh pada sebuah meja lain, samar untuk dilihat namun asik untuk ditonton. Apalagi kalau bukan memadu kasih dalam kegiatan yang hampir panas, hampir dimulai, seketika sebuah senyuman asimetris muncul diwajahnya, kentara sekali meremehkan hal yang masih diamatinya. Lantas sebuah suara memecah konsentrasi membuatnya mengalihkan fokus.

"Taehyung-ah...," panggil Jimin.

"Ne, Hyung?" Taehyung memutus pandangan dan menatap Jimin, senyumnya pudar seiring pergerakan kepalanya saat menoleh.

"Wajahmu murung, kenapa?"

"Aku?" Tanyanya memastikan dengan jari menunjuk diri sendiri. "Tidak, justru aku senang sekarang." Ucapnya menampilkan senyum lebar lalu menatap rivalnya dengan senyuman yang berganti miring hanya sekilas sebelum menjadi senyum lebarnya kembali.

Jungkook menangkapnya, ia menangkap senyuman yang Taehyung berikan padanya. Ia jelas tahu itu, tapi tak mengerti apa yang sedang diremehkan untuknya. Lantas dengan rasa penasaran, matanya kembali menelusur tempat itu, begitu cepat menelusur. Seketika Jungkook berhenti kala teringat arah pandang Taehyung tadi, maka ia mencoba mencarinya diarea itu.

Ia menemukan, disana, disebuah meja paling ujung, Jungkook melihat Hwa Young bersama Jung Hoseok. Iya, Jung Ssaem yang ada di sekolah tempat istrinya mengajar. Kendati samar sebab lampu yang berkedap-kedip tak tahu adab, mengganggu pengamatan menjadi potongan-potongan adegan yang saling tergabung.

"Ada apa, Jung?" Tanya Jimin mengikuti arah pandang Jungkook.

Jungkook memalingkan wajah menatap Jimin begitu cepat, lantas menggeleng kecil, "ah, tidak, Hyung. Aku hanya seperti melihat istriku, tapi ia tak mungkin disini."

Satu alis Jimin terangkat singkat, pertanda tertarik dengan ucapan Jungkook. "Benarkah?" Tanyanya meyakinkan dalam senyum lembut, lalu kembali memandang objek pengamatan mereka tadi, "aku juga seperti melihat istriku disini. Ternyata Korea sangat sempit, ya?" nadanya terdengar getir dalam senyum yang terlukis, ada kekecewaan dalam kalimatnya.

Jungkook berkerut kening tak mengerti sampai ia juga mengikuti arah pandang Jimin. Tidak salah lagi, mengarah pada dua orang yang tadi ia pantau. "Hyung sudah menikah?" Tanyanya menggali informasi.

"Eoh, sudah." Jimin berbalik kembali menatap Jungkook, senyumnya lagi-lagi terpampang di wajah. "Tapi diam-diam, makanya publik tidak ada yang tahu. Kau pasti terkejut?"

Jungkook mengangguk, "aku tidak pernah lihat istri Hyung."

Jimin menghembuskan napas bersama senyum yang masih setia bertengger, sayangnya senyum itu terlihat sendu, "dia terlalu sibuk dengan urusannya dan tidak ingin terlihat bersamaku. Takut membuat nilai jualku turun katanya." Timpalnya diakhiri kekehan getir.

Ia lantas memilih tenggelam dalam minumannya, menenggak habis satu gelas whiskynya lalu menuangkan lagi. Beberapa kali melempar tanya dengan topik acak yang ditimpali Taehyung.

Sementara Jungkook masih betah mengamati Hwa Young sambil sesekali menyahuti lemparan pertanyaan Jimin dengan tidak fokus. Ia melihatnya, melihat sang istri sedang bermain dengan Hoseok, tidak, belum sampai inti, hanya permulaan lalu berakhir hilang kala istrinya menarik Hoseok pergi meninggalkan meja itu. Hilang ditelan pintu yang tertutup perlahan, sebuah pintu yang Jungkook ketahui menghubungkan langsung pada bilik-bilik kamar yang biasa digunakan pengunjung untuk hal yang lebih dewasa.

Ia menenggak kembali whisky-nya yang teranggur manis dimeja kaca. Tergelak dalam tawa palsu kala mendapati Jimin yang mulai merancau meski masih belum sampai pada kata mabuk. Walau terlihat lucu untuk ditertawakan, namun Jungkook terlanjur tenggelam dalam pikiran rancu yang membuat dirinya tak tenang. Tangannya sibuk mengetik pada layar ponsel sementara otaknya terbagi fokus untuk menanggapi situasi disana dan juga menyusun kata dalam kalimat pesan.

To Hwa Young [11.55 pm]

Masih bangun, Young? Apa kau belum tidur?

From Hwa Young [11.58 pm]

Ya... Aku sedang mengemas pakaian untuk besok kita pergi. Ada apa?


To Hwa Young [12.03 am]

Tidak, bukan apa-apa. Jangan terlalu memaksakan diri, segera tidur, oke?

From Hwa Young [12.35 am]

Iya, Tuan Suami. Setelah ini selesai, aku akan tidur.


"Hei, itu hanya halusinasi kalian saja, mungkin sudah mulai mabuk jadi melihat istri kalian masing-masing. Ayo bersulang lagi." Taehyung mengangkat gelas whisky-nya lalu mengajak dua orang lainnya untuk ikut bersulang sebelum meminumnya. "Kita harus minum yang banyak."

"Apa rasa whisky-nya enak? Aku sengaja memilihkan yang paling bagus untuk acara ini." Ujar Jimin memulai pembicaraan mereka.

"Hm. Ini enak, Hyung," balas Taehyung.

"Mau coba yang lain? Rum misalnya? Atau Tequila? Bir?"

Jungkook menolak dalam gelengan dan berkata, "tidak usah, Hyung, aku ini saja. Sudah janji untuk tidak mabuk."

"Eih, dasar pasangan baru."

Jungkook terkekeh lalu melanjutkan jawabannya, "dia tidak mau aku hangover saat pagi nanti."

"Ck! Pengertian sekali."

Jungkook menimpali dalam dengusan senyum, kembali menikmati minuman guna menutupi rasa curiga dan penasaran yang sedari tadi melanda. Semakin apik tersembunyi dalam percakapan seputar bisnis dan perkembangan kerjasama mereka kedepannya. Beberapa kali menganggukan kepala kecil mengikuti dentum musik sebab pening yang mulai menyapa.

Nyaris dua jam selanjutnya, Jimin mengaku mulai berkunang, mabuk karena gila mencicipi berbagai macam minuman. Menolak keras diantar dengan alasan kesadarannya yang masih cukup bagus diakunya walau dalam langkah terhuyung tak jelas. Lantas mereka menyudahi acara ini agar tidak semakin parah.

Jungkook adalah orang kedua setelah Jimin yang meninggalkan tempat itu, tak ingin berlama-lama dengan sang rival yang tak kunjung memberi satu titik terang, atas gelapnya jalan yang ia susuri demi mengenal Hwa Young lebih dalam lagi. Disisi lain, ia juga ingin membenarkan perkataan Taehyung bahwa dirinya sedang berhalusinasi dengan memastikan sendiri bahwa Hwa Young memanglah dirumah. Sebab ia tak menampik, jika whisky tadi mulai merenggut kesadarannya dalam mabuk. Jungkook hanya takut, tak siap menerima fakta seberapa gilanya Hwa Young bermain lelaki di belakangnya.

Tersisa Taehyung yang masih betah duduk menikmati musik menghentak disana. Ia belum mau pergi sebelum mabuk mengambil alih kesadarannya. Mengambil alih rasa sakit dihatinya, walau sementara, setidaknya ia bisa tidur nyenyak untuk malam ini. Mungkin selanjutnya, Taehyung akan membeli obat tidur dosis tinggi agar mampu memejamkan mata. Tangannya mengetik pesan pada ponsel, mengirimnya pada seseorang, lantas tersenyum sebelum menyerahkan kewarasan dalam minuman beralkohol hingga tak sadarkan diri.

To: Hwa Young [02.54 am]

Suamimu sedang dalam perjalanan pulang. Jungkook mulai menaruh curiga, Young. You need to prepare yourself. Don't worry, I'll be there when the time comes, for you.

*****

Nahlohh, apalagi ini?? 😱

Jimin alias Chim-Chim? Dia ternyata udah nikah. Ayok tebak-tebakan siapa istrinya Jimin?

Jangan gemes lagi sama Jungkook, ya.

Jungkook udah mulai cari tahu kok, itu sampe nemuin Taehyung. Sayangnya, sama Taehyung ga dikasi tau. 😢

Kalian udah ikut curiga belom? Udah ngebul belum kepalanya gegara mikir keras, ini konflik macam apa?

Selamat berpikir... 😝

Harusnya satu teka-teki disini sudah terjawab kalau kalian jeli. Semoga tebakan kalian bener, ya. Kita masih cari ciki berhadiah nii... *Ups, kita?? Ga salah?

Aku sudah tahu semuanya, HAHAHA... *iyelah, situ kan yang nulis elahh.

Iya, maapkan yaa, suka lupa diri emang. 😅

See you next chapter... 🤗🤗🤗

Regards,

-It'sMeHX-

Seguir leyendo

También te gustarán

451K 30.7K 46
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...
941 148 6
Nangmah i ni tiraw?... Ka hmai bul chet a a ha var rual thah lang a mi nuih sang in aw tham zet mai hian tunge a nih a rawn fiah a. 'Milaya' Not trag...
1.1M 36.6K 63
𝐒𝐓𝐀𝐑𝐆𝐈𝐑𝐋 ──── ❝i just wanna see you shine, 'cause i know you are a stargirl!❞ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 jude bellingham finally manages to shoot...
995 208 6
If you can hold me then all this madness is over and I'll love you free! WARNING!!! This is for adults only. And don't read if you're too sensitive...