rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσ

By alyhani

29.8K 3.7K 1K

Fanfiction by ©alyhani Kageyama Tobio X Reader Haikyuu!! Fanfiction All haikyuu characters belong to ©Haruich... More

〖 〗さよなら 「вчє」
〖1〗ѕíѕtєr
〖2〗 ѕєníσr
〖3〗αnхíσuѕ
〖4〗hím
〖5〗fєєlíng
〖6〗mσrníng
〖7〗 мιѕѕιng нιм
〖8〗kíѕѕ
〖9〗αpσlσgízє
〖11〗míѕundєrѕtαndíng
〖12〗hєr
〖13〗 cσnfєѕѕ
〖14〗 hєαrtвrєαk
〖15〗hurt
〖16〗 pσígnαncч
〖17〗rєndєzvσuѕ
〖18〗díѕєngαgє
〖19〗ѕєlfíѕhnєѕѕ
〖20〗вєgín

〖10〗twínѕ

1K 155 20
By alyhani

🌸

Dan di sinilah ia, di depan sebuah gedung apartemen yang cukup mewah, berjarak 500 meter dari gerbang utama kampus. Komplek apartemen yang cukup terkenal dan dihuni oleh orang-orang 'beruang'. Tak sedikit pula mahasiswa dari kampus yang sama dengan [Name] menempati apartemen di komplek ini.

Salah satunya, Miya Osamu.

Menuju lantai tujuh, [Fullname] terus memandang pesan singkat yang ada di ponsel. Perlahan telunjuknya memencet bel di kamar 7015, kamar Osamu. Hingga seorang lelaki--yang sudah siap dalam apron hitamnya--membukakan pintu untuknya.

"Masuklah," ujarnya mempersilahkan.

[Name] mengangguk kecil, lantas mengikuti Osamu menuju ruang televisi yang tergabung langsung dengan dapur. Ia memandang sekeliling, mengamati betapa mewahnya kediaman sang kakak tingkat.

'Dia ada di level uang yang berbeda,' ujar gadis itu dalam hati. "Kau tinggal sendiri, Miya-san?"

"Iya. Letakkan saja bawaanmu di sini. Aku sudah mulai menanak nasinya, tinggal membuat isian onigiri saja." Miya Osamu bergegas kembali ke dapur dan mengaduk nasi yang tengah ia nanak.

Di tempat, [Name] menatap malas punggung Osamu. "Kau tak mau menyuruh tamumu duduk dulu, menyuguhkan minuman dulu?"

Osamu berteriak agak keras di sana. "Ya, ya. Duduklah. Minumnya ambil saja di kulkas, sudah kusiapkan cola."

Perempat imajiner muncul di kepala sang gadis. Ia bergegas menuju kulkas dan mengambil cola kaleng. Lantas ia duduk di kursi bar, mengamati pria di depannya yang sudah penuh dengan peluh.

"Aku juga suka jus, jadi jangan anggap aku hanya minum cola," protes [Name] sebelum menenggak kembali minumannya.

Osamu mengangguk, tak sepenuhnya mendengar apa yang [Name] katakan karena takut nasinya akan gosong. Setelah beberapa saat, matanya bersinar. Ia matikan kompor dan mengeluarkan nasi dari dandang agar lebih cepat dingin.

"Tadi kau bilang, apa?" tanyanya setelah selesai.

[Name] menghela napas panjang. "Aku tidak hanya minum cola, jadi kau bisa memberiku minuman yang lain." Kemudian ia mendekat dan melihat nasi yang baru saja di masak Osamu. "Sugoi," pujinya. "Ini sangat cantik!"

Osamu bersedekap, memasang wajah sombong dengan senyummiring terbaiknya. "Calon pemilik kedai onigiri harus bisa melakukan yang seperti ini."

[Name] pun memakan nasi tersebut. "Matangnya pun pas! Yosh! Kalau gini tinggal bikin isiannya!" Gadis itu segera mengambil daging yang tadi ia beli di supermarket dan siap untuk merajangnya.

T A P ! Tiba-tiba Osamu memegang tangan [Name] dari bagian bawah. Gadis itu terdiam sesaat, sebelum menatap manik kelabu yang menyorotnya dalam.

"Lengan bajumu terlalu lebar, rawan kotor. Gulunglah."

"Ah, benar..." Gadis itu pun ingat jika hari ini ia memakai baju berlengan panjang yang lebar. Segera ia gulung lengan bajunya dan melanjutkan memasak.

Dalam satu jam hanya ada percakan kecil antara keduanya. Menanyakan rasa isian, menanyakan ukuran nori, menanyakan ukuran onigiri, dan lainnya.

"[Lastname], nori-nya masih ada?" tanya Osamu.

"Sudah habis," ujarnya setelah melihat kantung plastik. "Ternyata kita membuat lebih banyak dari yang aku kira."

Osamu melepas apron, lantas mengambil dompet dan jaketnya di kamar. "Kalau gitu aku akan ke minimarket. Kalau kau sudah selesai tonton tivi saja dulu."

[Name] mengangguk sembari mengoseng isian onigiri hingga matang. Kemudian ia menjatuhkan diri di sofa ruang televisi sambil menggulirkan layar ponsel.

T I N G ! T O N G ! Bel apartemen Osamu berbunyi. Sang gadis mengintip lewat pengintip pintu. Seorang lelaki dengan jaket abu-abu dan topi warna hitam. Postur itu, postur yang [Name] kenal.

J E G R E K ! Tanpa pikir panjang gadis itu membuka pintu dan menghadap sang pemilik dengan heran. "Kau sudah kembali, Miya-san? Cepat sekali. Kenapa kau memencet bel? Ini, kan, rumahmu?"

Lelaki di depannya berjingat, menunjuk wajah [Name] yang lebih pendek darinya. "HAH!? SIAPA KAU! KENAPA ADA DI RUMAH INI!"

[Name] ikut terkejut mendengaryna. "Miya-san, kau kenapa? Ini aku, [Fullname]!"

"Kau pacarnya Samu!?"

"Kau ini bicara apa! Kau sendiri, kan, 'Samu', O.SA.MU!" balas [Name] setengah berteriak, padahal mereka sedang ada di lorong apartemen.

Gadis itu segera mengelilingi tubuh lelaki di depannya, memastikan tak ada tanda-tanda terluka. "Aku tidak tau ada apa denganmu, yang jelas masuklah dulu dan beristirahatlah." Didorongnya kuat-kuat tubuh si lelaki untuk memasuki apartemen Miya Osamu dan mendudukkannya di sofa. "Masa kau keluar rumah langsung kena amnesia?" ujarnya tak habis pikir.

Segelas air putih di bawa [Name] dan diberikan pada lelaki itu. "Kau yakin tidak apa-apa? Mau ke dokter?" Nampak gurat khawatir di wajahnya. Ia tak mau, gara-gara membeli nori lelaki ini menjadi amnesia.

Lelaki tadi tampak lebih tenang, ia menggeleng kecil sebelum mengembangkan senyum. "Aku baik-baik saja, kok, [Name]-chan."

Sang gadis bergidik, ini pertama kalinya ia mendengar nama depannya diucapkan oleh lelaki yang biasanya hanya memanggil nama belakangnya. "Ku--kuambilkan onigiri, lalu makanlah."

Tak lama kemudian suara tombol password terdengar. [Name] berhenti bergerak dan menghadap arah pintu masuk. J E G R E K ! D R A P ! D R A P ! Seseorang memasuki apartemen itu dengan terburu.

"[LASTNAME]!" teriaknya hingga mencapai ruang televisi. Di sana ia mendapati seorang lelaki yang duduk santai di sofa dan seorang gadis yang mematung di tempat.

"A--Are, Miya-san?" [Name] bingung bukan main. Dua orang dengan wajah yang sama kini ada di depannya.

"Sedang apa kau di sini?" ujar Osamu dengan dingin.

Lelaki yang di sofa pun berdiri menghadap Osamu. "Apa salahnya mengunjungi saudara sendiri? Lagi pula, bisa-bisanya kau tidak bilang-bilang jika sudah hidup bersama pacarmu." Telunjuknya mengarah ke gadis dengan surai [h/c] yang masih sibuk membaca situasi.

"Dia bukan pacarku, jangan bicara yang tidak-tidak, Tsumu." Ia pun mendekati [Name] dan memberikan kantung plastiknya. "Ini norinya."

"E--eh?" Masih jelas terlihat kalau [Name] bingung setengah mati.

Osamu merajut senyum, melepas topinya sembari menyeka keringat. "Kami saudara kembar. Yang mukanya lebih jelek dari aku itu namanya Atsumu."

"A--ah..." Sang gadis menyentuh dada sebelah kirinya, merasakan detak jantung yang tadi berpacu amat kencang. "A--Au pikir doppleganger. Aku terlalu kaget sampai tak bisa bicara." Deru napas yang terengah-engah terdengar dari arahnya.

Osamu mendekat, memegang kedua bahu [Name] seraya mendekatkan wajah. "Kau baik-baik saja?" Padahal ia sendiri juga sibuk menghirup napas secepat mungkin.

"Syu--Syukurlah kalau kau baik-baik saja, Miya-san. Ku pikir terjadi sesuatu padamu sampai bikin kau amnesia karena tak ingat namaku."

Tawa kecilnya menjamah indra pendengar [Name]. Tawa kecil yang hangat. "Kau berlebihan sekali memikirkannya. Ya sudah, ayo lanjut masak."

Atsumu hanya terdiam, mengamati tingkah romantis yang hampir tak pernah ia lihat dari saudaranya sendiri. 'Yakin, dia bukan pacarnya?' Dan ia pun merasa bagaikan nyamuk di antara pasangan yang tengah mamadu kasih lewat memasak. 'Menyebalkan sekali.'

"[Fullname]-san, maaf membuatmu khawatir. Aku Miya Atsumu, kembaran cowok jelek ini." Atsumu mengambil langkah perkenalan diri secara resmi.

[Name] menggeleng kecil. "Aku saja yang berlebihan, aku [Fullname], yoroshiku."

Sekelebat ingatan melintasi pikirannya. Hingga ia menemukan satu memori yang kuat. "Eh, apa kalian dari sekolah... I--Ina--"

"Inarizaki," sahut Osamu cepat.

"Ah iya! Apa kalian Kembar Miya yang menakutkan itu? Astaga kenapa aku baru kepikiran..."

Osamu dan Atsumu saling melempar pandang. "Aku tidak paham dengan 'menakutkan' yang kau maksud, tapi aku yakin kami cukup terkenal dan hebat semasa SMA."

[Name] mengangguk antusias. "Iya! Kalian hebat sekali! Tobio dan Hinata bahkan sangat mengagumi kerja sama kalian."

"Oh? Kau mengenal mereka?" Atsumu memangkas jarak. "Kau dari Karasuno?"

"Iya!"

"Hee... Jangan-jangan kau pacarnya Tobio-kun? Aku dengar dia punya pacar saat SMA." Senyum jahil menghiasi wajah Atsumu.

Wajah [Name] memerah seketika. Ia pun menjadi setengah tergagap."Ba--bagaimana bisa kau tau kalau To--Tobio punya pa--pacar?"

Atsumu tertawa renyah. "Tobio-kun itu orang yang menarik, saat itu banyak media yang menyebutkan kalau Tobio punya pacar tapi tak pernah dipublish siapakah pacarnya itu." Lelaki itu mendekat, mengamati wajah [Name] sekali lagi. "Hm... pantas saja... Tobio-kun pasti jatuh hati pada gadis secantik dan semanis dirimu."

Gadis itu menunduk malu, menyembunyikan rona mawarnya sebisa mungkin. "Se--sebenarnya aku yang dibuat jatuh cinta lebih dulu pa--padanya..." Ia pun mengatakan apa yang dia pikirkan.

"Oho, betapa beruntungnya Tobio-kun. Tapi aku yakin, di sungguh-sungguh beruntung bisa memilikimu." Atsumu tersenyum kecil. Kepalanya sedikit meneleeng, melihat apa yang tengah Osamu dan [Name] lakukan.

Dan ia mengetahui jawabannya, tanpa bertanya."Oi, Samu!" celetuknya tiba-tiba. "Hah... Kau masih saja bersikeras melanjutkan hal bodoh ini, ya?" Lantas ia melipat tangan di depan dadanya. "Padahal aku ada bakat di bidang lain, dank au tak perlu susah-susah membangun ulang pondasinya. Sia-sia sekali."

P R A K ! Suara hentakan pisau oleh Osamu mengheningkan ruangan. "Diam kau." Ekspresinya menghiang, menatap malam Atsumu dengan begitu dingin. "Mau sampai kapan kau mengata-ngataiku?"

Seorang perempuan yang berada di tengah-tengah keduanya terkejut bukan main. Ini jelas, nada suara paling rendah, paling dingin yang, paling kesal yang pernah ia dengar. Ia memilih mundur dan membentuk onigirinya di meja bar.

"Sampai kau menyadari kebodohanmu." Suara Atsumu ikut mendingin, kekesalan terlihat dari matanya. "Kau berjuang untuk voli sejak kita kecil. Dan sekarang kau mau membuangnya begitu saja?"

"Tutup mulutmu sebelum aku menendangmu dari jendela," sahut Osamu tanpa mengambil jeda. "Kutanya lagi, mau apa kau di sini?"

Atsumu tak lantas menjawab. Matanya sibuk beradu tatapan dengan Osamu yang sudah terpancing emosinya gara-gara kalimat yang ia rangkai. Helaan napasnya terdengar, lelah, juga menahan marah. "Ibu menyuruhku mengecek keadaanmu. Kebetulan juga aku lagi dapat jatah cuti. Aku akan menginap tiga hari ke depan."

Osamu kembali menghadap mentimun yang tengah ia iris. "Jaga bicaramu jika kau ingin menginap." Suaranya yang tenang telah kembali. Dan kecanggungan menyelimuti seisi ruangan.

Dari kejauhan [Name] memandang keduanya. Hanya kepedulian yang bisa ia simpulkan dari apa yang telah Atsumu lakukan. Dan Osamu yang memilih jalan berbeda, pasti punya alasan di baliknya. Pertengkaran yang telah dimulai sejak lama. Namun kepedulian adalah bentuk lembutnya.

🏐

[200524]

A.N

Yoo, chap ini aku bahas Miya Twins. Oh ya, chapter '〖8〗kiss ' udah aku perbarui ya adegan kissing [Name] dan Tobio. Jangan lupa baca ulang ya ≧ω≦ dan komen juga... Votenya jangan ketinggalan yakk.

Dan untuk cerita "Shitty Black | Kuroo Tetsuroo" sudah bisa dibaca lagi di work akuu 💕💕

Makasi semuanyaa~ Lup lup yu All

Lot of luv,

alyhani

Continue Reading

You'll Also Like

760K 36.5K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
200K 31K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
777K 49.5K 95
Cerita sekuel dari 'Katakan: karena sebuah cerita berawal dari sebuah kata Meraih cinta itu mudah, tidak semudah itu memang. Mungkin tampak lebih mud...
65.2K 12.6K 22
Lisa adalah segalanya untuk Jennie, Jennie adalah segalanya untuk Lisa. Kehidupan pernikahan mereka tidak berjalan seperti yang mereka ekspektasikan...