Rogue's Obsession - ROGUE CHR...

By ItsMeChacacul

131K 10.2K 667

[WATCH THE TRAILER] • ROGUE CHRONICLES • Rogue. Makhluk yang di pandang hina dan rendah oleh semua werewolf d... More

WATTPAD TRAILER!
PROLOG
ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
ELEVEN
TWELVE
THIRTEEN
FOURTEEN
FIFTEEN
SIXTEEN
COMEBACK!!!

SEVENTEEN

1.7K 108 27
By ItsMeChacacul

 "Aku seorang Luna sebenarnya."

Perkataan itu langsung membuat mereka bertiga terkejut, apalagi Julian. Ia tidak menyangka bahwa ia telah menyelamatkan seorang Luna yang notabenenya adalah Omega. James juga memiliki pendapat yang sama seperti Alphanya.

"Berarti kau diculik?" Tanya Freddie yang mulai penasaran akan jawaban Lisa.

Lisa menggeleng, "Aku dibuang oleh mateku sendiri. Ia menyuruh Betanya untuk menyekap dan membunuhku dengan membuang tubuhku ke jurang," jawabnya yang sontak langsung membuat mereka bertiga kaget. Seorang Alpha yang membuang Lunanya adalah pria yang sama sekali tidak memiliki hati. "Tapi, beruntungnya aku karena kalian sudah menyelamatkan aku sebelum hal itu terjadi."

Julian bangkit dari duduknya dan melipat kedua tangannya, "Apakah kau bisa memberitahu siapa nama matemu? Siapa tau aku tahu."

"Nama dia Renfred," jawab Lisa pelan. Awalnya ia tidak memberitahu. Tapi, ia yakin bahwa Julian, James, dan Freddie bisa membantunya.

"Tunggu dulu." James ikut bangkit, "Alpha Renfred dari Barnard Sill Pack?" tanyanya sekali lagi bahwa ia tidak ingin menduga-duga.

"Ya, tepat sekali. Itu dia." Lisa semakin merapatkan tubuhnya mendekati api karena saat mendengar nama matenya, hatinya mulai sakit. "Kalian pasti tidak percaya dengan ucapanku," lanjutnya.

Julian sedikit bingung sekarang, "Maaf jika kami bertiga meragukan ucapanmu. Tapi setahuku, Alpha Renfred sama sekali belum memiliki mate. Ia juga sudah lama sekali tidak datang pada pertemuan para Alpha," jawabnya menjelaskan. Alpha Renfred yang menurutnya baik dan juga tegas dengan pendiriannya tidak mungkin tidak mengumumkan bahwa ia telah bertemu dengan matenya.

Lisa menggeleng, "Aku sudah bersamanya sejak 3 tahun yang lalu. Pertama kali kami berdua bertemu adalah saat aku sekarat di hutan setelah digigit oleh Rogue dan Fred menyelamatkanku." Ia mulai teringat kembali pertemuan pertamanya dengan Renfred. Semua indah di awal, akan tetapi hal-hal yang indah pasti akan mulai hilang. "Awalnya hubungan kami baik-baik saja. Tapi lama kemudian ia tidak menerimaku sebagai matenya karena aku sama sekali tidak memberikan packnya kekuatan setelah mating."

Julian menangguk paham, "Seharusnya, setelah kalian berdua mating, kekuatan pack semakin bertambah. Kau dan Alpha Renfred seharusnya juga merasakan kekuatan batin satu sama lain yang membuat kalian tidak ingin pisah."

"Mungkin karena aku Omega, entahlah." Lisa menghela nafasnya pasrah, "Tadinya aku ingin diperkenalkan sebagai Luna di packnya, tapi ia mengurungkan niat itu karena tidak ingin memiliki seorang Luna yang lemah."

Freddie menggeleng tidak terima, "Harusnya dia bersyukur karena telah bertemu dengan matenya, tapi kenapa ia malah membuangmu. Bahkan ia berniat membunuhmu karena kau dikira tidak memberi kekuatan pada packnya."

James mengangguk setuju dengan pendapat Freddie, "Kekuatan suatu pack setelah Alpha dan Luna mereka mating adalah sebuah berkah dari Moon Goddess. Berarti ada sesuatu yang salah di packnya."

Julian memegang dagunya berfikir, "Atau Alphanya?" jawabannya membuat Lisa langsung membalikkan tubuhnya.

"Aku tidak tahu, mungkinkah di pack Renfred sendiri ada yang menghasutnya? Aku saja jarang berbicara dengan para pelayan di rumah Fred," kata Lisa Menjelaskan.

"Apakah di kastilnya ada orang lain selain Alpha Renfred, kau, dan para pelayan?" tanya James memastikan.

"Betanya, Arlo. Ia selalu datang ke kastil dan bersikap seperti pelayan pribadi, menandakan bahwa ia setia," kata Lisa mulai membayangkan Arlo yang selalu menuruti perintah Renfred.

"Ya, seorang Beta memang selalu setia dengan Alphanya," kata Julian menanggapi, "Tapi... Apakah ada orang lain lagi?"

"Ya, ada seorang penyihir bernama Olander," jawab Lisa cepat. "Sebelum aku pergi, aku sempat mendengar rencana Renfred dengan penyihir itu untuk mendapatkan kekuatan dari seorang wanita," ujar Lisa memberitahu. Sebenarnya, sehari sebelum ia di bawa pergi, ia sempat mendengar rencana Renfred bersama Arlo. "Mereka berencana menyerang sebuah desa tempat wanita itu berada sekarang."

"Itu pasti kakak!" ujar Julian sangat yakin. Ramalan tentang seorang werewolf yang memiliki setengah kekuatan Moon Goddess hanya Megan seorang. "Kita harus bertemu dengan Kakak sebelum Alpha Renfred dan packnya menangkap Kakak!"

***

Malam ini, badai salju yang datang di pegunungan Eyjafjallajökull cukup lebat dan tidak biasa. Para Rogue di desa Grossham biasanya tahan dengan suhu yang dingin pun memilih untuk berada di dalam rumah mereka masing-masing. Mereka tahu bahwa badai salju kali ini sengaja di datangkan oleh Moon Goddess menjelang bulan purnama biru yang akan terjadi lusa. Mereka berharap dengan datangnya Megan ke desa Grossham, mereka bisa kembali ke pack mereka masing-masing atau pun bisa bertahan hidup sendiri di dunia manusia. Karena tidak mungkin mereka akan selamanya di desa Grossham dan tidak memiliki kehidupan normal seperti werewolf lainnya.

Megan yang berada di dekat jendela yang terbuka pun sedang termenung. Ia yakin ada sesuatu yang akan terjadi saat bulan purnama biru nanti. Firasatnya mengatakan seperti itu, dan ia selalu yakin dengan firasatnya.

"Apakah kau tidak kedinginan berdiri di dekat jendela yang terbuka seperti itu?" Dominic tiba-tiba muncul langsung menutup kaca jendela dan mulai memeluk Megan dari belakang.

Megan menggeleng, ia masih bisa melihat salju yang turun cukup lebat. "Aku bahkan sama sekali tidak merasa dingin," jawabnya dengan membalas pelukan Dominic.

Dominic mengangguk paham, "Badai salju ini sengaja diturunkan oleh Moon Goddess, dimana yang memiliki setengah kekuatan-Nya akan merasakan kekuatan mereka bertambah kuat," jelasnya agar Megan mengerti perlahan.

"Pantas saja beberapa hari ini nafsu makanku meningkat dan aku tidak merasakan lelah sama sekali setelah berlarian denganmu." Megan membalikkan tubuhnya dan melingkarkan kedua tangannya di leher Dominic.

"Ya, benar. Kau bahkan mengalahkanku tadi."

Megan merasa aneh dengan Dominic. Ia sama sekali tidak membalas tatapannya. Biasanya, Dominic akan selalu menatap kedua matanya dalam. Tapi, sekarang ia seperti enggan. Lalu, Megan pun berinisiatif dengan memegang pipi kanan Dominic agar wajah Dominic menatap wajahnya. Tapi, meskipun wajah Dominic bedekatan dengan wajahnya. Kedua mata Dominic malah menghindar dan menatap kearah jendela.

"Kedua mataku ada di depan wajahmu, okay? Jangan melihat kearah luar jendela," kata Megan dengan nada sedikit tinggi. "Tumben sekali."

Dominic pun menghela nafas panjang dan langsung membawa Megan ke dalam pelukannya. Ia menatap wajah Megan sebentar dan menuntun Megan untuk duduk di lantai kayu depan perapian.

"Ada sesuatu yang belum aku katakan padamu," katanya sambil melempar beberapa potong kayu ke dalam perapian agar tidak redup. "Saat bulan purnama biru nanti kita harus melakukan mating."

Helaan nafas terdengar di telinga Dominic. Ia melihat Megan yang sudah mulai terkekeh. Mungkin Megan merasa ini lucu karena Dominic terlalu serius untuk membicarakan mating.

Langsung saja Megan bergeser mendekati Dominic dan duduk di pangkuannya. Ia tersenyum menatap Dominic dan sengaja menepuk-nepuk pipinya.

"Kenapa harus menunggu bulan purnama biru? Bukankah jika waktunya sekarang lebih baik," ujar Megan sedikit menggoda.

Cengkraman Dominic semakin erat di perut Megan, ia hanya bisa melihat setengah wajah Megan yang terkena cahaya perapian, "Pada bulan purnama biru tengah malam nanti, hanya kau yang memiliki kekuatan, dan kekuatan itu tidak bisa dibendung jika kau sendirian yang mengendalikannya. Saat menuju tengah malam lah, kita akan mating dan aku akan menekan kekuatanmu agar kau tak menjadi... buas." Di akhir kalimat, ia mengucapkannya dengan pelan. "Dan kekuatanmu akan melebur juga padaku."

Seketika Megan menyenderkan kepalanya di dada Dominic. "Jadi begitu," helaan nafas Megan begitu terdengar, "Baiklah, jika mating adalah salah satu kau bisa membantuku dan untuk penyatuan kita juga agar melebur jadi satu. Aku akan menunggunya."

Tawa kecil terdengar di telinga Dominic, "Kau tidak marah sama sekali?" tanya Dominic sedikit heran karena ia sebelumnya ragu-ragu untuk memberitahu hal ini takut jika Megan marah padanya.

Megan menggeleng, "Buat apa aku marah? Toh nanti kita akan mating dan kau membantuku agar kekuatanku bisa dikendalikan."

Seulas senyuman terpatri di wajah Dominic. "Aku khawatir jika kau merasa dimanfaatkan olehku karena kekuatanmu akan melebur dengan diriku nanti."

"Justru waktu mating adalah hal yang paling aku tunggu denganmu. Lagi pula buat apa aku memiliki kekuatan yang mengerikan ini," ujar Megan berpendapat.

"Ssttt... kekuatanmu adalah anugerah, Megan." Dominic mengangkat Megan sedikit agar duduk dengan benar dihadapannya. "Kau ingin kita memiliki hidup yang normal 'kan setelahnya? Membangun sebuah keluarga dan bergabung dalam sebuah pack."

Anggukkan antusias dan wajah yakin Megan terlihat jelas, "Tentu saja. Setelah bulan purnama biru dan kita melakukan mating. Ayo kita ke pack-ku. Keluarga dan pack-ku pasti menerima kita."

"Tap—"

TOK TOK TOK

Perkataan Dominic terpotong karena suara ketukan pintu terdengar beberapa kali. Awalnya Dominic ingin membiarkannya saja karena diluar masih badai, akan tetapi suara ketukan pintu belum juga berhenti. Akhirnya, Dominic bangkit dari duduknya diikuti oleh Megan dan berjalan menuju pintu. Saat pintu terbuka, ia bisa melihat Nancy dan Alan yang masing-masing membawa sebuah keranjang yang bisa dipastikan berisi makanan.

Nancy tersenyum lebar, "Kalian lama sekali untuk buka pintu," ujar Nancy sambil masuk ke dalam rumah diikuti oleh Alan di belakangnya. "Untungnya aku tidak membuka pintunya dengan paksa dan menyaksikan kalian sedang bercumbu."

Dengusan terdengar di teling Alan, "Kau tidak marah kan jika kami mampir?" tanyanya, "Nancy memaksaku agar ikut dengannya ke tempat kalian untuk membawa camilan ini."

Nancy mengangguk dengan antusias dan merangkul bahu Megan, "Aku yakin sekali jika kalian tidak mempunyai camilan di tengah badai seperti ini. Jadi, aku berinisiatif untuk membawakannnya."

Dominic berjalan ke arah perapian dan berkata, "Sayangnya harapanmu tidak terwujud. Karena kami berdua tidak sedang bercumbu." Ia kembali duduk di depan perapian.

Alan pun mengikutinya. Sedangkan Nancy dan Megan akan memindahkan camilan ke piring dan membuat minuman untuk mereka semua.

"Kau kenapa? Terlihat tidak senang dengan kedatangan kami berdua?" tanya Alan sambil ikut memandangi perapian.

"Aku baru saja berbicara dengan Megan tentang kekuatannya nanti di bulan purnama biru." Jawabnya pelan, "Megan bahkan tidak marah sama sekali jika kekuatannya melebur denganku nanti."

"Bukannya itu justru bagus jika dia sama sekali tidak marah padahal kau sudah memberitahu padanya jika kekuatan kalian akan melebur nanti—lebih tepatnya pin—"

"Aku tidak mengatakan bahwa kekuatannya akan pindah padaku nanti. Aku takut jika dia merasa aku memanfaatkannya," balas Dominic memotong perkataan Alan.

"Ya, lebih baik jangan. Lagi pula, setelah malam bulan purnama biru, kita akan pergi kesana untuk merebutnya," kata Alan menanggapi perkataan Dominic. Ia yakin pasti pria itu sangat bingung dengan situasi sekarang.

Alan pun menepuk-nepuk bahu Dominic, berusaha menenangkannya, "Megan bahkan mengajakku untuk bergabung dengan packnya setelah malam itu, dan aku belum bisa memberitahu yang sebenarnya."

"Lebih baik Megan tidak usah diberitahu tentang rencana kita. Itu lebih baik,"

"Aku tidak boleh diberitahu tentang apa?"

Tiba-tiba saja Megan dan Nancy sudah berada tepat di belakang mereka berdua.

***

Di sebuah kamar tidur yang gelap. Renfred sedang duduk dengan tenang sendirian dalam kegelapan sambil menghisap cerutu Kubanya. Meskipun hanya ada cahaya dari bakaran di ujung cerutunya, tapi ia masih bisa menatap tempat tidur yang kosong dan masih terlihat rapi. Tentunya tempat tidur itu ia tidak akan tempati lagi karena kasurnya masih tercium aroma Lisa yang menurutnya memuakkan. Selama tiga tahun, ia harus tahan untuk satu tempat tidur dengan Lisa karena ia selalu merengek jika tidak ia temani. Tapi lama kelamaan, ia muak. Untungnya, Lisa bisa memberinya sedikit manfaat untuk ritual bulan purnama biru nanti.

Setelah cerutunya habis. Ia keluar dari kamar tersebut dan berjalan menuju sebuah ruangan yang terletak di bawah tanah. Ruangan tersebut telah ditentukan sebagai tempat ritual dimana pemiliki kekuatan flix akan dikorbankan.

Saat masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia sudah bisa melihat bahwa tempat itu sudah siap untuk melaksanakan ritual.

"Bagaimana penyihir Olander? Apakah semua sudah siap?" tanya Renfred saat melihat penyihir Olander yang masih berkutat dengan air di dalam sebuah kuali.

"Semua sudah siap. Lusa sudah bulan purnama biru. Kapan wanita itu akan dibawa kemari?"

Renfred terkekeh, "Sebentar lagi kita akan menyerang desa tersebut. Jangan sampai lupa, kau harus membuat ramuan untuk beberapa anggota pack'ku," ujarnya sambil membuang asap cerutu dari mulutnya.

Tidak lama kemudian Arlo muncul sambil minuman kesukaan Renfred.

"Kau memang selalu setia denganku, Arlo," kata Renfred. Kemudian ia meminum minuman yang dibawakan oleh Arlo sampai habis tak bersisa. "Ayo kita ke ruangan oval dan mulai menyusun rencanya untuk membawa wanita itu kesini"

Setelah itu, Renfred dan Arlo pergi menuju ruangan oval. Ruangan dimana hanya Renfred yang boleh menduduki bangku utama, dan ruangan itu biasanya dipakai untuk pertemuan dengan para Alpha dari pack lain. Tapi, sejak Renfred menutupi keberadaan Lisa sebagai Lunanya yang seorang Omega dan tidak bisa memberi kekuatan pada packnya, ia mulai menjauhi beberapa pertemuan rutin dengan para Alpha dan mulai terobsesi untuk menguasasi kaum werewolf sebagai Alpha terkuat. Untungnya, ia memiliki seorang Beta yang setia padanya.

"Apakah kau sudah memberitahu beberapa anggota pack untuk berkumpul di ruangan oval sekarang?" tanya Renfred yang berjalan di depan Arlo.

"Sudah Alpha. Mereka sudah berkumpul di ruangan oval. Akan tetapi, ada beberapa anggota pack yang memberontak," jawab Arlo dengan tenang.

Renfred mengelus dagunya pelan sembari berfikir. "Penjarakan saja bagi mereka yang tidak setuju dengan rencanaku. Sayangnya kita tidak bisa bekerja sama dengan hellhound karena bisa saja mereka membakarku," ujarnya sambil terkekeh.

Tidak lama kemudian, mereka berdua telah sampai di depan ruangan oval. Ruangan dengan pintu kayu itu perlahan dibuka dari dalam seakan tahu bahwa sang Alpha bersama Betanya telah sampai. Langkah demi langkah, Renfred berjalan menuju kursi kebesarannya.

"Well, terima kasih kalian sudah datang," ucap Renfred saat sudah duduk dan bisa melihat para anggota packnya. "Kalian beruntung karena aku sebagai Alpha telah menunjuk kalian langsung untuk melakukan tugas yang mulia ini."

Semua menyimak dengan apa yang dikatakan oleh Renfred.

"Sudah lama sekali sejak Ayahku Ben, sebagai Alpha terdahulu di pack ini meninggal. Lalu, adikku yang juga pergi entah kemana membuat pack kita semakin melemah. Terlebih lagi aku belum bertemu dengan Lunaku."

Renfred berdiri dari kursinya dan menatap masing-masing mata para anggota packnya.

"Maka dari itu, aku meminta kalian untuk membantuku mendapatkan berkah kekuatan dari Moon Goddess yang dapat membuat pack kita menjadi yang terkuat dimana kaum werewolf dan makhluk immortal lainnya tunduk pada pack kita."

Tiba-tiba seorang dari anggota pack Renfred berdiri dari kursinya dengan berani dan menatap Renfred tanpa rasa takut.

"Tapi, Alpha. Apakah pack kita tidak menyalahi aturan? Jika rencana ini tetap dijalankan, kita akan melanggar perjanjian kaum werewolf dan pack kita bisa terbuang," ujarnya tegas. Menurutnya akal sehat Alphanya sudah hilang entah kemana.

"Namamu siapa?" tanya Renfred tiba-tiba sambil menggaruk kepalanya sebentar.

"Lucas, Alpha," jawab pria yang menentang Renfred.

Renfred tersenyum, "Ah ya, Lucas. Aku baru ingat kau. Mendapatkan nilai terbaik saat berburu ya." Ia pun terkekeh melihat Lucas yang masih berdiri tanpa rasa takut.

Tiba-tiba saja, Renfred menggeram. Ia langsung merubah wujudnya menjadi wolfnya dan naik ke atas meja. Bentuk wolfnya dua kali lebih besar dari wolf biasa karena ia seorang Alpha. Lalu bulunya yang sangat kuat sehingga tidak bisa dikoyak dagingnya dengan cakaran biasa, dan tentunya kedua matanya yang merah pekat menandakan bahwa ia sangat haus ingin membunuh.

Ia berjalan perlahan di atas meja dan langsung menyerang Lucas dengan gigitannya. Badan Lucas di koyak dan kepalanya di pecahkan. Sungguh malang nasib anak itu, padahal umurnya baru 17 tahun tapi nasibnya harus mati di tangan Alphanya sendiri.

Renfred sendiri merasa puas. Ia kembali kebentuk manusianya setelah membunuh Lucas, dan Arlo yang sudah di belakangnya langsung memberikannya lap untuk menyeka darah di mulutnya.

"Kalian jalankan sesuai perintahku, atau kalian ingin bernasib sama seperti Lucas."

Setelah itu, Renfred pergi keluar dari ruangan Oval dan meninggalkan para anggota packnya yang masih mengasihani nasib Lucas. 

*

*

*

Ini dia hadiah lebaran buat temen-temen! semoga tetap baca cerita ini ya! btw kalau misalkan ada yang aneh atau typo tolong koreksi aja ya, aku kadang males gitu kalau proof reading lagi :( dan tentu aja semoga cerita ini menghibur kalian. Dukungan dari kalian membuat aku tambah semangat nulis lagi❤️

Btw visualisasi siapa saja yang belum aku kasih yaa? tolong comment ya, biar nanti di setiap chapter selanjutnya aku input fotonya.

Kalian mulai suka baca cerita tentang werewolf karena apa sih? kalau aku karena nonton Teen Wolf bener2 mempengaruhi hidup aku. Sampe aku re-watch lagi😥

Pokoknya tetap tunggu chapter selanjutnya ya!

love, chaca xoxo

Continue Reading

You'll Also Like

392K 45.8K 56
[SUDAH TERBIT] Karena rasa penasaran yang tinggi, Jungwon pemuda berusia 17 tahun tersebut nekat masuk ke dalam hutan yang dianggap angker oleh masya...
2.6M 253K 34
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...
107K 6.7K 34
Cerita tentang Nunung, yang terpaksa menjalani profesi sebagai pemandi mayit, menggantikan mamah mertuanya, Sumini. Berbagai kejadian ganjil ia temui...
1.6K 134 18
Tidak pernah terpikir pun oleh ku, nasib malang yang menimpa diri ku. Keluarga ku di kenal dengan keluarga yang kuat, ayah ku seorang mafia terkenal...