Semua Karena Allah

By ginarlianti_rahman

687 213 7

[BUDIDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] +Add library --------------- Cerita religi yang mengandung banyak canda... More

1. Prolog
2. pertemuan pertama
3. sebuah lagu
4. Teman baru
5. prepare for camp
6. luka itu
7. kenapa?
8. Suka
9. Traktir
10. sepupunya
11. Rumor
12. Penjelasan
14. Menginap 2

13. Menginap 1

29 6 0
By ginarlianti_rahman

Bismillah....

Hallo semuanya, maaf ni baru up, mood nya baru bagus hehe

Vote kalo suka, jangan lupa komen ya...

***

Now playing | Bunda-Melly Goeslaw

***

Langsung aja

Cuss....

***

Akhirnya, setelah sekian lama kejadian di mana Asya dan Raga berada dalam lingkup hitam. Kini semuanya sudah jelas, Raga hanya dijebak oleh rival nya saat di pesantren dan kejadian itupun sudah lama terjadi. So, untuk apa menyimpan dendam lama?

Asya belum keluar dari kelas, setelah bel istirahat berbunyi 5 menit yang lalu. Dia masih asyik menyalin tulisan yang ada di papan tulis.

"Sya," Gilang duduk di bangku sebelah Asya, tepat nya kursi Tara.

"Ya, Lang?" Asya mengalihkan pandangannya ke arah Gilang.

"Mmm, nggak sih, cuma pengen duduk bareng aja."

Gilang cengengesan sendiri pendengar perkataan nya barusan. Niat nya pdkt, tapi gagal parah cuma gegara gugup.

"Kalau misalkan gak ada yang mau dibicarain, aku keluar dulu ya. Takut nya sahabat-sahabat aku udah nunggu," Asya berdiri sembari merapikan kerudung dan seragam nya.

Sebenarnya dia hanya ingin menjauh dari Gilang, sebab hanya dia dan Gilang yang berada di kelas. Takut menjadi fitnah.

Asya bergegas keluar, tanpa tau bahwa ada yang memotretnya dari bangku paling belakang.

"Sya!" Risa dan Kamel melambai-lambaikan tangan ke arah Asya, yang sedang berjalan di koridor.

Asya berlari kecil menghampiri Risa dan Kamel.

"Kantin yuk," ajak Asya.

"Yuk."

***

Kring kring kring

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring di seluruh penjuru sekolah. Membuat murid-murid yang tadinya mengantuk, kembali segar dan bugar. Mungkin itu obat untuk kantuk. Bel sekolah yang juga ditunggu-tunggu oleh Asya serta kedua sahabatnya.

"Kan bentar lagi PAS nih, otomatis guru-guru pada rapat. Terus sekolah libur, gimana kalau kita nginep di rumah gue?"

Risa mengajak Asya dan Kamel, mereka tengah berjalan menuju gerbang untuk pulang. Mereka duduk di halte khusus tempat para siswa-siswi menunggu jemputan ataupun menunggu angkutan umum.

"Kapan nginep nya?" Tanya Kamel.

"Hmm, tadi kan bu Iis bilang. Katanya besok, kamis, jumat libur sekolah. Kenapa coba sabtu juga gak libur? Padahal kan nanggung." Keluh Risa.

"Yaudah, berati sekarang aja gimana? Dua hari nginepnya." Usul Asya.

"Boleh," serempak Risa dan Kamel.

"Berati abis ini kalian ikut dulu jemputan aku ya, aku mau izin ke bunda sama mau ngambil baju." Ujar Asya, kembali menggunakan kata aku-kamu.

"Oke." Serempak nya

"Gue hubungin dulu sopir, biar gak jemput."

"Aku juga Sya."

Dilain tempat.

"Bangciat, gue kalah!" Seru Saka saat tengah bermain game ML.

"Mampus! Rasakan kau fergusoh!" Dewa tergelak saat dirinya sibuk mengkill para odong-odong.

"Magic sekali trik mu wahai Raga. Gak nyangka akuh." Sahut Angga yang masih fokus dengan game nya.

"Gue gitu," Raga menyahuti, kali ini dengan sedikit intonasi.

"MONYET RAJA, CACING GUE!! NABRAK CACING YANG BARU KELUAR. ANYING!!" Teriakan menggelegar dari sang Petuah Moyang kami yaitu Jika.

"Berisik monyet!" Raja yang berada tepat di sebelah Jika, langsung terlonjak kaget saat mendengar teriakan uwu Jika.

"Lagian, game udah kadaluarsa masih aja dimainin." Saka menyahut dengan entengnya.

"Bodoamat, yang penting gue bahagia sama yayang Naynay."

"Sejak kapan nama si Nayma ganti? Terus apa hubungannya si Nayma sama game?" Tanya Amran, yang sedari tadi kekhusyuan nya terganggu oleh makhluk-makhluk aneh yang tengah bersama nya.

"Gak genti, cuma itu panggilan sayang dari bebep Jika untuk yayang Naynay."

Angga berdecih." Jijay gue anjay denger kata-kata bangke lo!"

"Iri bilang bos!"

"Gue nginep di sini deh, besok juga kan libur," Raga berkomentar.

"Gue juga."

"Gue juga."

"2."

"3."

"Hmm, gue juga deh. Itung-itung buat kenangan. asikk." Dewa ikut nimbrung.

"Yaudah, ntar tidur nya di ruang tengah aja. Biar lebih anget, soalnya kalau di kamar gue gak bakalan cukup." Jelas Angga.

Ya, mereka sekarang berada di rumah Angga. Karena rumah Angga lah yang paling megah dan paling sepi di antara ketujuh nya. Angga dan Risa selalu merasa hampa ketika berada di rumah.

Itu sebabnya kenapa Angga jarang berada​ di rumah, begitupun Risa. Kadang mereka mendekam di kamar Omah, ketika sedang berada di rumah. Jarang sekali Angga bertemu atau bertukar sapa dengan orang tua nya. Begitupun dengan Risa saat dia tau bahwa kedua orang tua nya hanya romantis saat di depannya saja, dan saat di mana orang tua nya bertengkar hebat di depan matanya. Dia tak lagi bertukar sapa sekalipun dengan mama dan papa nya.

Terlalu kecewa rasanya dibohongi oleh orang tua sendiri. Tapi kenyataannya mereka lah orang yang telah membesarkan kita, sebenci apapun kita terhadap mereka, tidak akan mengubah takdir bahwa kita adamah anak mereka.

"Okew dew. Berapa hari ni?" Tanya Amran.

"Tiga hari gimana?" Usul Raja yang mendapat jitakkan subhanallah dari Angga.

"Lo mau ngekos?" Tanya Angga sarkas.

"Kagak, cuma gue bosen aja gitu di rumah."

"Nah gue juga, ibu selalu sibuk sama kucing sialan." Jika berkomentar sembari menggebu, mengingat ibunya lebih memilih menyuapi si Meng daripada dirinya.

"Iya gue juga, di rumah kayak mayat mati. Sepiiiiii," timpal Saka.

Memang, dari mereka semua, hanya Amran, Dewa dan Jika lah yang mendapat perhatian pas dari orang tua nya.

Angga menghela nafas kasar, kalau begini jadinya, pasti rumah nya akan seperti kapal pecah. Seperti beberapa bulan lalu, saat libur akhir tahun.

"Yaudah tiga hari deh, mumpung gue lagi baik. Plus ntar Omah ada temen deh, selain gue sama Clara gitu." Putus nya.

Clara yang dimaksud adalah Risa, dia selalu memanggil Risa dengan sebutan Clara ketika berada di rumah.

"Clara saha broh?" Jika angkat suara, merasa asing mendengar nama yang disebutkan oleh Angga.

"Adik gue lah—," Angga terdiam. "Risa maksud gue."

Teman-teman nya hanya beroh ria saja. Angga beranjak menuju dapur untuk membuang sampah, rumah nya seperti habis kerampokkan makanan. Lihat saja, isi kulkas yang tadinya penuh dengan minuman dingin, kini tinggal beberapa saja. Begitupun dengan snack.

***

"Assalamualaikum bunda, Asya pulang!" Asya dan kedua sahabatnya berjalan menuju ruang keluarga, setelah mendapat sahutan dan jawaban salam dari dalam.

"Ehh Kamel ya?" Mifta berdiri menghampiri putri dan kedua sahabatnya. Mereka menyalim tangan Mifta.

"Iya tante. Tante masih inget ternyata," jawab Kamel canggung.

Mifta tersenyum manis, manik matanya mengarah ke gadis yang ada di tengah-tengah Asya dan Kamel.

"Ini siapa namanya?"

"Suruh duduk dulu kali bun," Asy berjalan menuju sofa, sembari terkekeh.

"Duhh tante lupa," setelah menyuruh keduanya duduk. Kini Mifta duduk di single sofa, sebrang Asya.

"Nama aku Clarisa tan, tante boleh panggil aku Risa." Ucap Risa memperkenalkan diri, sambil menampilkan senyum manisnya.

"Aduhh geulis pisan ini teh." Risa terkekeh mendengar pujian dari Mifta, "kayak kenal nih tante."

"Heheh, kayak nya muka ku pasaran deh tan."

"Ahh, masa cantik gini pasaran sih."

Mereka larut dalam obrolan, hingga setengah jam. Asya pun mulai mengutarakan maksud dan tujuan Risa dan Kamel datang ke rumah. Juga sembari meminta izin.

"Jadi bun, aku mau nginep di rumah Risa—," Asya terdiam. "Boleh?"

"Sama siapa sayang?"

"Sama Kamel bun."

"Tapi, kamu harus izin dulu sama ayah. Kalau ayah boleh, bunda juga ngikut ayah."

"Yahh bun, izinin dong. Risa kesepian di rumah nya," Asya melirik Risa dan Kamel yang hanya diam menyimak.

Risa yang mengetahui arti tatapan itu, segera angkat suara.

"Iya tan, di rumah sepiiii banget, lagian kan besok sama dua hari kedepan libur tan." Risa yang pada dasarnya mudah bergaul, tak canggung sama sekali saat mengobrol dengan Mifta.

"Gitu ya," Mifta terdiam sebentar, tak tega juga melihat putrinya terus-terusan mendekam di rumah.

"Kalau gitu, bunda telephone dulu ayah, ya?"

"Iya bun, makasih yaaa." Asya menampilkan senyuman terlebar dan terbaik yang ia punya.

Mifta me loudspeaker panggilannya saat tersambung.

"Assalamualaikum bun, ada apa?" Tanya Rudi di seberang.

"Waalaikumussalam, katanya Asya mau minta izin nih yah, ayah lagi sibuk gak?"

"Nggak kok, ayah lagi istirahat, barusan baru selesai meeting."

Mifta menyerahkan ponsel nya ke Asya.

"Assalamualaikum ayah."

"Waalaikumussalam sayang, kenapa?"

Hati Risa mencelos saat melihat keharmonisan keluarga Asya. Iri? Pasti, selama ini ternyata keharmonisan orang tuanya hanya lah reka adegan, rekayasa a.k.a bohong.

Risa meringis kecil saat mengingat masa-masa itu.

"Gini ayah, mm— Asya— boleh gak nginep di rumah sahabat Asya?"

"Ngi,"

"Boleh ya ayah, sahabat nya Asya kesepian di rumah nya."

"Kan bes—,"

"Besok libur kok, tiga hari. Asya nginepnya cuma dua hari aja—boleh ya?"

Asya terus memotong ucapan Rudi, karena takut tak diizinkan.

Terdengar suara kekehan dari seberang. "Ayah belum selesai ngomongnya, kamu udah nyerocos duluan."

"Heheh, jadi gimana?"

"Iya boleh, tapi di sana jangan ngerepotin ya, jaga aurat juga, takutnya di sana ada cowok. Izin juga sama bunda, terus jangan terlalu malem bobo nya, jangan telat makan, jangan ngeberantakkin rumah orang ya sayang."

Wejangan yang cukup panjang untuk seorang remaja berusia 15 tahun. Tapi, bagaimana itu adalah bentuk kasih sayang terhadap kita.

Sedangkan Risa lagi dan lagi meringis dalam hati, iri sekali melihat kasih sayang kedua orang tua Asya.

"Iya ayah, Asya bakalan jaga diri, gak bakalan nakal. Makasih yaa ayahcuuu, selamat bekerja. Nanti jangan kangen Asya yaa hehehe— Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam sayang, jaga diri baik-baik seperti yang kamu bilang. I love you."

"I love you more."

Asya menutup panggilan nya, dia kemudia menatap bunda nya.

"Yey! Asya diizinin bun!" Teriak Asya kegirangan.

"Iya-iya, bunda denger kok. Sekarang kamu siapin apa yang harus dibawa, jangan bawa banyak barang."

"Oke!"

Asya kemudian mengajak sahabatnya untuk masuk ke kamar nya, memilih baju dan barang yang harus dibawa untuk quality time ala mereka bertiga.

***

See you next capter...

Continue Reading

You'll Also Like

663K 19.4K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
3.3M 207K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1M 31.7K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
1.2M 88.6K 56
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...