I Want love

By miss_tiramisyuu

10.4K 1.1K 2.3K

[Follow terlebih dahulu sebelum membaca] _______________________ Siapa yang tidak menginginkan kasih sayang d... More

2. Tamparan
3. Ketua PMR
4. Perhatian Kiat
Chapter 5

1. Hari Pertama Mos

1.4K 313 789
By miss_tiramisyuu


Seorang gadis duduk termenung di pojokan kamar bernuansa hitam itu, tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Air mata terus berjatuhan dari kelopak matanya, bentakan demi bentakan tadi masih membekas di pikiran.

"Jangan harap aku akan memberikan kasih sayang untukmu!" bentakan kasar itu ditujukan pada Thalia, gadis malang yang haus akan kasih sayang.
Ya, dia Aneysia, bunda Thalia yang tak pernah memberikan kasih sayang pada anak keduanya.

Apa salah Thalia? Jika memang mereka tidak menginginkan kehadirannya, mengapa ia harus dilahirkan?

Hanya satu pinta Thalia, bahwa kedua orang tuanya bisa bersikap lembut kepadanya.
Apa itu susah? Bahkan untuk sekedar memperlihatkan senyuman tipis saja tidak pernah, melainkan tatapan tajam yang selalu diberikan.

Thalia menghapus jejak air mata, lalu bangkit menuju dapur.
Jam sudah menunjukkan pukul 17:23, yang berarti kedua orang tuanya akan segera pulang.

Dengan telaten, Thalia mengolah masakannya. Ia takut ayahnya akan marah karena makan malam telat dipersiapkan

Di tengah kesibukannya, samar-samar Thalia mendengar suara canda tawa dari arah luar.
Ternyata dugaannya benar, bahwa ayah, bunda, serta kakak perempuannya sudah pulang secara bersamaan.

"Ayah, Thaletta ingin mobil," seru gadis yang kini sudah berusia 17 tahun dengan suara yang dimanja-manjakan.

"Seriously? Letta ingin mobil? Akan segera ayah kabulkan," jawab sang ayah yang bernama Aryan sembari tersenyum hangat pada sang anak kesayangan.

Manik mata Thaletta beralih pada Thalia sembari tersenyum simpul. Thaletta berjalan gontai menuju adik semata wayangnya itu.

"Kamu masak apa, Dek?" tanya Thaletta sembari melihat-lihat makanan yang telah tersaji rapi di atas meja.

"Seperti biasa, Kak," jawab Thalia. Thaletta membulatkan matanya ketika mengetahui apa yang dimasak adiknya, membuat Aryan dan Aneysia yang menyaksikan kedua anaknya kini mendekat.

"Ada apa sayang?" tanya Aneysia dengan suara lembut nan halus, membuat Thaletta membuang pandangan, serta melipat tangan di depan dada pertanda ia sedang kesal.

"Letta bosan makan, makanan ini." Thalia menunduk, percayalah sebentar lagi ia akan mendapat ucapan pedas yang akan dikeluarkan oleh bunda serta ayahnya.

"Apakah di dalam sana tidak ada lagi bahan-bahan untuk memasak selain ini?" Teriak Aneysia, membuat Thalia menundukkan kepalanya lebih dalam lagi.

"Gak ada resep makanan lain lagi selain ini!" bentak Aryan menimpali ucapan istrinya.

"Maaf ...," lirih Thalia, ia tak tahu harus berbuat apa-apa lagi.
Ia pikir kakaknya akan menerima makanan yang telah susah payah ia buat, ternyata malah sebaliknya.

Tak ada harapan untuk tinggal lebih lama di sini, namun Thalia tetap optimis bahwa orang tuanya akan berubah di kemudian hari.

Semoga saja doa-doa yang ia panjatkan di sepertiga malamnya akan terkabul dengan segera.

"Ya sudah, kalian bersiap-siaplah. Malam ini kita akan makan malam di luar." Mendengar hal itu, membuat senyuman Thalia seketika mengembang.

"Terkecuali kamu!" lanjut Aryan membuat senyuman itu luntur seketika, seraya menahan air mata yang siap keluar saat itu juga.

Jujur, Thalia tak ingin bertanya pada Sang Maha Pencipta, kenapa ia dilahirkan dengan kehidupan tanpa kasih sayang? Kenapa ia hidup dengan keadaan yang memilukan? Ia tak ingin tahu itu.
Sungguh! Karena ia yakin bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.

I Want Love

Langit masih belum berubah warna namun Thalia sudah bangun dari tidurnya, setelah menunaikan kewajiban, Thalia segera keluar dari kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Tak banyak yang ia persiapkan, hanyalah nasi putih, sosis, dan bumbu nasi goreng lainnya.

Senyum mengembang menghiasi pipi tirusnya, berharap Thaletta akan senang ketika mengetahui bahwa Thalia sudah memasak makanan kesukaannya.

Suara panci serta spatula kini saling beradu seakan tidak ada yang mau kalah.
Setelah beberapa menit setelahnya, makanan pun matang.

Disimpannya makanan yang telah ia masak di meja makan, lalu kembali masuk ke dalam kamar berniat untuk membersihkan badan.

Lima belas menit kemudian, Thalia telah siap dengan seragam putih abu-abu dengan rok selutut yang telah melekat pas ditubuhnya. Juga dilengkapi topi kerucut dengan pita warna-warni di bawah kepangan rambutnya, ditambah dengan kaos kaki bola yang telah ia pakai.

Sudah persis seperti orang gila yang sering duduk di depan supermarket, namun Thalia tetap senang dikarenakan ia akan satu sekolah dengan kakaknya.

Thalia melihat pantulan dirinya di cermin seraya tersenyum manis, tak terasa sekarang ia sudah menginjak bangku SMA.

Setelah puas, Thalia keluar kamar untuk makan bersama keluarga.
Tepat berada di meja makan, Thalia sudah mendapati Arneysia, Aryan, serta Thaletta sudah duduk manis sembari memakan masakan yang telah ia buat. Seketika senyuman pun kembali mengembang tanpa diminta.

"Eh? Dek. ke sekolahnya bareng kakak aja," ujar Thaletta membuat Thalia mengangguk antusias, namun tidak dengan kedua orang tuanya.

"Gak! Dia bisakan naik angkot ke sekolah," ucap Arneysia dengan sinis, mendengar hal itu Thalia hanya bisa menunduk lemah.

"Lagi pula mobil Letta kan masih baru, takutnya nanti lecet karena dia!" Aryan menimpali, dengan volume suara yang sengaja dibesarkan.

Deg!
Sakit, itulah yang dirasakan Thalia.

"Gak usah deh, Kak. Thalia bisa kok ke sekolah naik angkot, kan biasanya juga gitu," jawab Thalia pada Thaletta, dan Thaletta pun mengangguk seraya kembali melanjutkan makanannya.

Thalia duduk dan menyantap sarapan pagi, tak ada yang membuka suara. Kini semuanya sibuk dengan makanan masing-masing.

I Want Love

Thalia berjalan gontai memasuki pekarangan sekolah yang begitu megah dihadapannya.
Ia merindukan sahabat-sahabatnya di Thailand. Ya, semenjak SD bahkan SMP Thalia bersekolah di Thailand tapi, beberapa bulan kemarin ia sudah kembali ke tempat kelahirannya, Indonesia.

"Thalia! Sini." Suara itu terdengar ke indera pendengaran Thalia, dengan segera Thalia menoleh ke belakang, dan mendapati Thaletta dengan para sahabatnya.

Thalia berjalan dengan tergesa-gesa menuju ke arah Thaletta.

"Iya, ada apa, kak?" tanya Thalia dengan takut-takut semoga saja teman-teman Thaletta tidak tahu kalau ia adalah adik kandung dari Thaletta, yang akan membuat Thaletta malu nantinya.

"Perkenalkan, ini Thalia. Adek gue," Thaletta memperkenalkan Thalia pada sahabatnya, membuat Thalia tak percaya.

"Hai, Thalia!" para sahabat Thaletta menyapa Thalia dengan senyuman hangat, dan Thalia pun membalasnya.

Tidak menyangka, bahwa kakaknya akan mengakui dirinya sebagai adik dari Thaletta. Thalia pikir, Thaletta akan malu jika semua orang tahu bahwa ia adalah adik kandungnya.

"Thalia ini anak angkat, dari panti asuhan," ujar Thaletta membuat Thalia menganga lebar. Dan setelahnya Thaletta pergi bersama para sahabatnya meninggalkan Thalia sendirian.
Namun, ada seorang pemuda yang termasuk teman dari Thaletta yang menatap Thalia lumayan lama, lalu setelahnya mengikuti para sahabatnya.

Ada apa dengan kakaknya ini? Sifatnya susah sekali ditebak.
Entah apa yang berada dalam pikiran Thaletta saat ini.

I Want Love


A/N

Oke, jika kalian suka dan tertarik sama cerita ini bantu author yah untuk mengembangkan cerita ini dengan cara recomendasikan ke teman-teman atau kerabat kalian.

Terima kasih sebelumnya sudah mau membantu 😊

Thalia Laraqueenza

Thaletta Aurelia

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 136K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.3M 97K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
3M 146K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
536K 26.2K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...