Our Escape Way (BL 18+) [COMP...

De crayonsnowball

154K 13.4K 656

Galuh seorang mahasiswa dan Haani animator di sebuah studio game. Sudah enam bulan mereka pacaran, tapi justr... Mais

β™ͺ ♬ 1 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 2 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 3 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 4 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 5 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 6 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 7 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 8 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 9 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 10 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 11 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 12 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 13 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 14 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 15 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 16 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 17 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 18 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 19 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 20 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 21 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 22 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 23 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 24 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 25 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 26 ♬ β™ͺ
β™ͺ ♬ 27 ♬ β™ͺ
Bonus I - 060420
Bonus II - 090420
Bonus III - 150420
Pillow Talk - 300420
Our Healer - 260421

Party Planner - 100520

3.1K 256 37
De crayonsnowball

𝟐𝟏.𝟓 𝐌𝐢𝐬𝐬𝐢𝐧𝐠 𝐏𝐚𝐫𝐭


Haani duduk kikuk di sofa di kamar apartemen Galang. Kepalanya menunduk, matanya terus terpaku pada kedua tangannya yang saling mengait. Minuman kalengan terhidang di atas meja untuk Haani, tapi seperti cuma jadi pajangan, karena Haani hanya fokus pada pikiran tentang dirinya, dan... kejadian belakangan ini.

"Diminum Ni."

"I-iya Kak." Haani malah makin-makin menunduk, jantungnya berdebar makin kencang, ia tidak siap untuk sebuah pengakuan, tapi ia harus melakukannya. "Kak."

"Hm."

"S-saya- s-saya.. umm.. g-gini, s-saya-"

"Ya ampun, mau ngomong apaan sih Nii? Sampe gagap gitu loh." Galang cekikikan, melihat Haani yang sangat kikuk.

"I-ini soal-"

"Kamu yang pacaran sama Galuh?" Galang menyela untuk kesekian kalinya. Yang ini berhasil buat Haani langsung mengangkat wajah, memandang Galang tak percaya. "Gue udah tau kok. Bukan dari anak-anak, cuma yaa.. keliatan aja." terang Galang, disusul kekehan pelan.

Haani mengalihkan lagi pandangannya dengan cepat, secepat ia meneguk liurnya sendiri.

"Kenapa emang?"

"G-gak kenapa-napa. C-cuma.. cuma.. saya gak enak aja sama Kak Galang."

"Gak enaknya?"

Haani sama sekali tidak menjawab, hanya diam, memandangi minuman kaleng yang rasanya sudah tidak dingin lagi karena diangguri.

Pengakuan pada Galang soal hubungannya dengan Galuh, bisa dibilang lancar, meski debaran di dadanya masih sulit untuk dihentikan. Mengaku pada Galang lebih sulit dibanding pada Alfi dulu. Mungkin karena Alfi sama seperti Haani, tidak seperti Galang, pria normal, yang juga sudah Haani anggap sebagai kakak laki-lakinya. Haani sadar, mungkin ini yang dirasakan Galuh waktu ia mengaku pada Tanu dulu.

Akhirnya, semua animator tau soal hubungan Haani dan Galuh. Meski masih tetap Alfi yang paling mengerti. Pun, antara Aga, Dany atau Galang tidak ada yang pernah menyinggung soal hubungan Haani dan Galuh setelah mereka tau hubungam keduanya.

Tapi belakangan ini Haani sering ditanyai soal Galuh, ia jarang datang ke apartemen. Haani cuma bisa jawab sejujurnya; mereka masih berpacaran meski Galuh tidak pernah menemuinya, alasannya, karena Galuh sedang banyak tugas kuliah.

Sayangnya, Haani kurang percaya dengan itu. Biasanya saat sedang banyak tugas pun Galuh masih sempat menemui Haani, tapi ini tidak sama sekali, telpon saja jadi sulit. Haani takut Galuh malah menyeleweng main dengan teman-temannya, atau malah.... punya kekasih lain.

Pikiran buruknya ditambah dengan pertengkaran dengan Galuh tempo hari. Waktu mereka di mobil selepas makan malam. Galuh mengakui kalau ia banyak tugas dan Haani bisa percaya, sayangnya setelah Haani percaya, Galuh malah dapat telpon dari teman sekelasnya untuk ikut jalan-jalan sebelum masa Ujian. Haani kecewa bukan main, pikirannya tentang Galuh yang tidak menemuinya karena main semakin mejadi-jadi. Malam itu, mereka bertengkar hebat, berakhir tidak saling komunikasi dalam waktu yang sangat lama.

Haani kecewa, sedih, menyesal juga, semuanya jadi menyerang Haani. Belum lagi rencananya untuk membuat kejutan ulang tahun Galuh. Ia menyiapkannya sendiri, sudah hampir jadi, tapi yang mau diberi kejutan malah menyakiti hati Haani.

Haani pikir, harusnya ia bisa lebih dewasa, bisa lebih percaya pada Galuh, percaya kalau memang Galuh tidak bisa menemuinya karena ada banyak tugas. Tapi entah. Mungkin cemburu, atau malah iri karena Galuh bisa menghabiskan waktu dengan teman-temannya sementara dengan Haani tidak. Haani tidak mengerti, otaknya seperti tidak bisa memproduksi pikiran positif.

Teng Tong

Haani menoleh cepat, cepat-cepat juga ia mengelap air matanya. Barang-barang di atas meja makan kecil ia tutup koran dengan asal.

Teng Tong

Bell di apartemennya berdentang lagi, Haani harap Galuh, semoga Galuh, meski kesal, Haani tetap rindu.

"Eh? K-kak?" tapi yang datang malah Galang. "K-kenapa?"

"Mau nanya-nanya soal game yang dikasih tau Pak Evan tadi, tapi...." kalimat Galang terjeda, "Gue ganggu ya?"

"Nggak."

"Lagi ada masalah?"

Haani harus menjawab apa lagi? Hanya bisa mengangguk membenarkan pertanyaan Galang. Mata merah bekas menangisnya itu pasti jelas terlihat, dan akan langsung ketahuan bohong kalau Haani menjawab tidak.

"Nanti aja deh Ni, sorry ya."

"Gak papa Kak, masuk." Haani malah mempersilakan, "Maaf berantakan. Emm.. saya juga ada yang mau dibahas soal game tadi, mau nanya Mas Dany, tapi dia masih di studio katanya."

"Hm." Galang mengangguk kaku. Ia heran, bahkan sangat, kamar Haani adalah kamar yang terkenal rapih, tapi kali ini rasanya semua barang jadi berserakan dimana-mana. Dan... barang-barangnya tidak asing. "Siapa yang ulang tahun Ni?"

"Galuh."

"Oh, mau buat kejutan?"

"Hm. Tapi gak yakin. Mungkin hasilnya gak bagus, jadi, kayaknya gak jadi aja."

"Lah kenapa gak jadi? Sayang loh udah nyiapin ini semua. Jadiin aja. Emang mau ngerayain dimana?"

Haani menoleh, agak bingung, "Dimana... apanya?"

"Ya perayaannya Ni. Lo mau ngasih kejutan diman- Eh? Jangan bilang lo mau ngedekor ini di sini?!"

"I-iya... salah ya?"

"Duuuh! Masa ngasih kejutan disini? Di tempat lain dong. Emang gak mau ngundang yang lain? Anak-anak gitu, atau temen-temennya gitu. Kan lo suka main sama mereka juga kan?"

Haani diam. Benar-benar diam. Ia harus mencerna kalimat Galang kata per kata.

"Lo udah beli nih dekorasi sebanyak ini, kalo cuma untuk dirayain berdua yaa.. jadinya kayak mubazir gitu Ni. Coba lo nyewa kafe gitu, dekor disana, undang temen-temen Galuh, atau malah ajak mereka untuk bikin kejutan bareng. Kan?"

"S-saya sana sekali gak kepikiran soal itu Kak."

"Udah gue duga. Sini deh gue bantu. Eh bentar, tapi rencananya elo mau ngerayain berdua aja atau gimana?"

"Ng...gak tau Kak. Cuma kepikiran ngasih kejutan aja." habis memang, kado yang dibeli di Jepang waktu itu sudah tidak bisa dijadikan kejutan.

"Oke, gue bantu. Gak papa kan? Coba lo tanya temen-temen kuliah Galuh itu, mau ikutan apa nggak."

"Oh. Um. Oke." Haani langsung mengambul handphonenya di meja. "Eh! Tapi kan Kak Galang kesini mu ngobrolon soal game, tuh udah bawa laptop juga."

"Nanti aja lah, sekalian nunggui. Mas Dany."

"O-oh... Oke."

Galang sudah mengembangkan senyum lebar-lebar, lalu mulai menelaah barang-barang yang berserakan ini. Otaknya otomatis bekerja mencari inspirasi, konsep seperti apa yang sekiranya cocok untuk Galuh. Mengingat, Galang sendiri belum mengenal Galuh dengan baik. Hanya baru bertemu beberapa kali.

Hasil dari ajakan Haani membuat kejutan untuk Galuh adalah, Tanu, Tika dan Melya ikut andil dengan sangat antusias. Mereka mulai menyusun rencana untuk bertemu diam-diam tanpa diketahui Galuh. Pilihan amannya memang hanya saat malam, karena kalau pagi, sampai sore, mereka masih harus kerja dan kuliah.

Urusan sewa kafe selesai, pun dekorasi dicicil tiap hari, konsepnya semakin matang. Bisa diyakinu saat hari H nanti, tidak akan ada kesalahan atau bahkan ada yang kurang.

Malam ini juga sama, Haani pergi dengan Galang untuk bertemu dengan Tanu dan yang lainnya di kafe tempat nanti ulangtahun Galuh dirayakan.

Haani dan Galang sampai lebih dulu. Galang sibuk mengotak-atik game di laptopnya. Ia sengaja membawanya sekalian mencari suasan baru saat mengerjakan projek individunya. Haani sendiri hanya ngemil cheesecake yang rasanya satu itu kurang, Haani ingin lagi.

"Kaaak~"

Haani juga Galang sontak menoleh berbarengan, Tanu, Tika dan Melya baru datang, mereka masih lengkap dengan setelan kulian dan tasnya juga. Rambut agak berantakan, dan yang lebih buat bingung, mereka datang sambil tertawa-tawa, dengan peluh membanjiri pelipis mereka.

"K-kenapa?" Haani ikut mengembangkan senyumnya, seperti tertular untuk tertawa juga.

Tanu menghela napas, ia dan yang lainnya sudah duduk. Bahkan lekas menjadikan buku menu sebagai kipas. "Kita kabur."

"Kabur?" Galang heran. "Lah? Bukannga kalian beda kampus?"

"Iya." Tanu masih saja terengah. "Mereka ke kampus gue, ngejemput, nah salahnya gue malah ketawan Galuh pas gue keluar kelas, yaudah gue nemein Galuh nugas dulu. Ya kan mau gak mau gue harus cari alesan biar bisa ninggalin Galuh." Tanu menarik napas lagi, lalu menyeruput minuman milik Galang di sebelahnya. "Gue alesannya mau ke kantin, cari cemilan. Udah dicurigain aja tuh, soalnya gue ke kantin doang bawa tas. Nah pas di kantin, malah papasan sama temen sekelas Galuh, pas banget pas gue udah ketemu mereka."

"Terus?" Galang cekikikan sendiri, sudah tidak peduli waktu minumannya habis ditegak Tanu. "Kok kalian sampe sini masih ngos-ngosan gitu?"

"Ya gimana nggak Kak?" Tika baru buka suara. "Gara-gara panik kabur, kita malah lupa kalo kita tuh bawa motor. Kita malah kabur duluan dong dari kantin naik angkot. Udah gitu kita baru sadar pas di tengah jalan."

"Nih mereka berdua malah berantem."

"Elo juga Mel, gak usah sok suci!" Tanu menyiku Melya keras, "Gegara kita ribut di angkot, kita malah kelewatan, mana jauh. Pas lagi jalan kesini, papasan sama mobilnya Galuh. Panik gak siii!??"

"Bahahahaaa!" Galang terbahak keras. Ekspresi Tanu saat cerita benar-benar totalitas. Itu yang buat Galang tertawa selain karena isi ceritanya sendiri.

Tika sama Melya masih terengah-engah, sambil mengipas-ngipaskan buku menu. Keringat sepertinya sudah membanjiri tubuh mereka.

"Kalian tuh ya, udah macem gak bisa lepas gitu dari Galuh. Mau buat kejutan begini aja masih dibayang-bayangin Galuh." Galang masih terkekeh-kekeh.

"Makanya Kak! Udah kayak bayang-bayang mantan kan?!"

"Kayak lo pernah punya mantan aja."

"Yee, punya lah jamblang." Tanu sama Tika malah ribut sendiri.

"Tapi kok bisa papasan gitu sama mobil Galuh pas jalan kesini?"

"Gak tau deh, Kak. Paling mau ke rumah temennya, lanjutin nugas. Abis emang tugas anak tingkat satu tuh suka banyak gitu. Dosennya suka gak kira-kira. Mana kebanyakan ujiannya take home, jadi ya banyak lah tugasnya." Tanu mendelik, "Eh! Sorry Kak minumannya gue abisin!"

"Selow lah. Pesen lagi, pesen lagi, sekalian pesen cemilan kek apaan kek. Sana."

Haani hanya mengembangkan senyum tipis waktu ditawari mau memesan sesuatu lagi atau tidak. Haani menolak, bahkan rasanya yang tadi ia ingin menambah cheesecake, sekarang sudah tidak nafsu.

Matanya mendelik handphone, masih tidak ada chat atau telpon dari Galuh. Di satu sisi, Haani sudah benar-benar percaya kalau Galuh memang sedang banyak tugas, tapi di sisi lain, masih ada rasa sesak. Waktu Galuh sedang kesusahan dengan tugas kuliahnya, mereka malah bertengkar, ditambah dengan Haani yang sekarang masih bisa santai, makan enak, dan berkumpul dengan yang lain, Galuh masih sulit dengan tugas-tugasnya.

Haani ingin hari ulangtahun Galuh cepat datang. Biar tugas dan ujian Galuh juga berlalu, pun, mereka bisa bersama lagi.

• • •

Makin hari makin dipikirkan, makin buat Haani tidak karuan. Haani mendadak drop, ia demam dan selalu mengeluh mual. Sejak pagi perutnya terasa melilit, mungkin karena makan yang kurang teratur juga akhir-akhir ini.

Dibanding dengan kerjaan, rencana kejutan untuk Galuh ini yang buat Haani makin kepikiran, juga soal hubungannya. Haani jadi overthinking ke banyak hal, nafsu dan jadwal makannya beranyakan, pun, Haani jadi lebih pilih-pilih makanan. Tidak seperti biasanya, apa saja yang ada di hadapan Haani, bisa Haani makan.

Teng Tong Teng Tong Teng Tong

Bell berbunyi nyaring. Haani bangkit perlahan dari kasur. Jalan sempoyongan karena demam, bahkan matanya ikutan panas.

"Kak..?"

"Lo gak papa Ni? Kita ke dokter aja yuk."

"Nggak. Nanti juga, istirahat sebentar udah enakan lagi."

"Tapi lo demam tinggi loh ini Ni. Lo kecapekan, keanginan mulu tiap malem. Kita ke dokter aja ya?"

Haani menggeleng, ia menolak lagi. Selama ini ia selalu merepotkan Galang, bahkan untuk hal ini pun jadi Galang lagi yang direpotkan. Yang padahal, Haani ingin Galuh. Berdua dengannya, hanya diam pun tidak masalah, asal dengan Galuh.

Yang kali ini, harapan Haani dikabulkan. Galuh datang, tapi sayang, saatnya tidak tepat.

"L-luh?"

"Aga bilang lo sakit, jadi gue kesini. Ternyata udah ada yang ngurusin."

"L-luh, kamu salah paham. Kak Galang cuma nengokin saya."

"Iya terserah, mau lebih juga bukan urursan gue."

"Luuuh!" Haani berusaha menahan tangan Galuh. "Dengerin dulu."

"Apa lagi sih Ni? Dengerin apa lagi? Selama ini gue selalu dengerin lo, justru elo yang gak pernah cerita apa-apa ke gue. Lo jalan sama dia, lo pergi, lo gak bilang ke gue Ni, gue tau dari orang. Bahkan tadi waktu gue liat dia sama lo, gue gak kaget Ni."

"Galuuhh.." Haani cuma bisa merengek minta dikasihani. Galuh sama sekali tidak mau mendengar Haani sedikit pun, bahkan rengekan Haani tidak mempan untuk Galuh.

Galuh tetep memilih untuk meninggalkan Haani, meski masih ditahan Haani dengan genggaman tangan yang kuat. Lebih kuat dari sebelumnya. Waktu Galuh menoleh, Haani sudah membungkuk memegangi perut.

Lilitan di perut Haani menjadi-jadi lagi.

Cepat Galuh berlari mengambil mantel dan dompet Haani. Panik menyelimuti Galuh, bahkan di sepanjang jalan menuju Rumah Sakit, Haani tidak berhenri merintih sakit. Air mata masih membanjiri Haani, buat Galuh panik bukan main.

"Maaf... Luh..."

Galuh sama sekali tidak merespon, hanya terus mencoba fokus pada jalan agar mereka selamat. Permintaan maaf Haani disela-sela rintihannya buat Galuh makin kehilangan akal, tidak sabar untuk segera sampai di Rumah Sakit dan menyelamatkan Haani.

Tapi hasil pemeriksaan Haani di Rumah Sakit tidak serta merta hanya kecapekan semata. Dokter bilang ada benjolan kecil di perut Haani. Mereka jadi sangat-sangat ketakutan. Haani diminta untuk USG atau rontgen. Air mata Haani menetes lagi karena takut. Masalah dengan Galuh selesai, tapi masalah kondisinya tidak.

Galuh siap kalau misalnya dugaan soal tumor itu memang benar. Tidak peduli dengan berapa biaya pengangkatan tumor Haani, hari itu juga, Galuh akan membawa Haani untuk operasi.

Sudah lelah berlama-lama bertengkar, Galuh gila dengan tugas dan masalah dengan Haani, yang kali ini, Galuh tidak ingin kehilangan Haani lagi.

Galuh hanya duduk di ruang tunggu sementata Haani masih ke ruangan laboratorium. Galuh menunduk menunggu Haani yang rasanya tak kunjung keluar. Sampai suara dering telepon menyadarkan diamnya Galuh.

"Ya? Apa Nu?"

"D-dimanaa Luh?"

"RS, nemenin Haani. Kenapa?"

"Emm... gini Luh." Tanu terdiam sesaat di sebrang. "L-lo salah paham soal, Kak Haani sama Kak Galang."

Galuh memutar bola mata, "Gue lagi pusing mikirn Haani tau gak? Elo malah bahas soal dia."

"Ya- ya iya, tapi ini juga penting Luh. Lo salah paham. Kak Haani emang pergi sama Kak Galang tiap malem, tapi itu untuk ketemuan sama gue, sama Tika sama Melya juga. Mereka ketemuan sama kita buat ngomongin kejutan ultah lo."

"Ha?"

"Gue serius. Sorry kalo gue ikut campur. Kak Galang juga maunya bilang langsung ke elo, cuma liat lo yang marah gitu, rasanya gak mungkin. Makanya Kak Galang nelpon gue, minta tolong jelasin ke elo yang sebenernya. Jadi ya, kita belakangan ini emang sering ketemuan Luh, kita ngerencanain kejutan buat lo. Idenya Kak Haani, Kak Galang cuma bantu, terus Kak Haani ngajak gue, Tika sama Melya. Kita setuju, ya udah kita jadi sering ketemuan. Kak Galang juga udah tau hubungan lo sama Kak Haani, Luh. Dia ngedukung Kak Haani banget, makanya sampe mau ngebantu Kak Haani soalnya... soalnya dia bilang, Kak Haani kayak buntu gitu nyiapin kejutan sendiri buat lo. Terus, elo juga lagi ada masalah kan sama Kak Haani? Dia bantu, kita juga. Jadi.. Kak Haani sama Kak Galang gak ada apa-apa Luh." jelas Tanu panjang lebar.

Pandangan Galuh seketika kosong, tangannya siap menekan tombol tutup telepon. "Thanks Nu.. bilangin sorry ke Kak Galang." cuma sepenggal kalimat itu, tanpa menunggu jawaban dari Tanu, teleponnya sudah Galuh matikan.

Matanya hanya terpaku pada sosok di depannya, Haani menunduk dalam di kursi roda. Bahkan rasanya, Haani sudah siap memangis lagi. Pun, Galuh.

Kenyataan perihal Haani yang hamil adalah kenyataan paling tidak bisa mereka cerna. Penjelasan dokter, penjelasan orangtua Haani saat Galuh dan Haani mengaku. Galuh dan Haani masih tidak bisa percaya. Haani mengandung, dan itu anak Galuh.

Rencana kejutan untuk ulang tahun Galuh tidak pernah terlaksana. Di hari H, Galuh dan Haani hanya berdiam diri di kamar di rumah Galuh. Masalah apapun sudah berlalu, keduanya juga sudah bisa menerima kenyataan kalau Haani hamil. Sisanya, tinggal Galuh yang makin-makin menyayangi Haani. Lebih dari sebelum-sebelumnya. Pun Haani, ia tidak mau lagi melukai perasaan Galuh dengan kata-katanya saat mood swing efek kehamilan. Bersama Galuh memang pilihan paling tepat.

"Honey."

"Hm?"

"Kehamilan lo ini boleh gue anggap sebagai kado gak?"

"A-apaan sih Luh?"

Galuh terkekeh, "Kan emang, kayak kado. Kejutan yang lo rencanain sama mereka gagal, tapi gue lebih terkejut sama yang ini Ni, dan gue seneng banget."

Haani buang muka, mendusel wajahnya sendiri pada lengan Galuh. Jelas ia malu. Masih ada rasa aneh karena laki-laki bisa mengandung. Tapi tidak dari Galuh dan keluarganya, atau malah keluarganya sendiri yabg mengatakan Haani aneh. Haani itu spesial.

"Thanks, Honey.. I love you."

"Umm.." Haani makin mendusel, yang kali ini, dibalas oleh pelukan Galuh.

Bagi Haani, memang tidak ada yang senyaman pelukan dan kebersamaan Galuh.





eh apa ini biy? bonus?

nggak, ini iseng aja. hehe.

btw, kabur naik angkot padahal bawa motor adalah kejadian nyata yang biy (sama t̷e̷m̷e̷n̷c̷o̷w̷o̷k̷ biy) alamin november 2019 kemaren (◐∇◐*)

cuma karena dipaksa ikut jadi panitia pensi padahal kita gak pernah daftar dan males ikut-ikut begituan, hehehe~

tanggal publish: 10 Mei 2020

Continue lendo

VocΓͺ tambΓ©m vai gostar

446K 26.9K 34
no descripsion! silahkan membaca.. {CERITA INI TELAH DI REUPLOAD. JIKA MASIH ADA KESALAHAN, SILAHKAN HUB AUTHORNYA} TERIMA KASIH.
963K 64.5K 23
Yash, seorang werewolf, yang tak menemukan matenya setelah mencari selama empat tahun, kemudian menyerah karena diusir kawanannya. Tapi, beberapa tah...
59.4K 6.6K 25
❝𝑰 𝒍𝒐𝒗𝒆 π’šπ’π’– 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 π’‘π’π’Šπ’π’• 𝒕𝒉𝒂𝒕 π’˜π’π’“π’…π’” 𝒂𝒓𝒆𝒏'𝒕 π’†π’π’π’–π’ˆπ’‰.❞ Sebuah definisi love-hate relationship. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ�...
70.2K 8.2K 25
Hanjuan. Keren kan? Tapi yakin, keren? . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat π—₯𝟭𝟡+, harap bijak dalam memilih dan memba...