"Yerisha foto dulu," ucap Saelin menarik tangan Yerisha ke arah kerumunan di samping gedung multipurpose tempat wisuda berlangsung. Di sana sudah ada Ode dan teman-temannya baik teman kuliah maupun BEM.
"Kan tadi udah," kilah Yerisha. Memang keluarga lebih dulu mengambil foto bersama.
"Ya tadi kan bareng-bareng. Sekarang berdua dong," ucap Saelin memberi alasan.
Mendengar kata berdua membuat Yerisha menahan tangan Saelin, ogah untuk melakukan foto berdua.
"Ayolah Yerisha sayang," rengek Saelin. Saelin memang shipper nomor satu Ode dan Yerisha.
Yerisha menganggap, Saelin rada nggak waras.
Tenaga Saelin sangat besar, cukup untuk menarik tangan Yerisha untuk mendekati ke arah Ode dan teman-temannya berada.
"Kamu belum ngasih album yang ditandatangani member SO7 ke kak Ode kan? Sana sekalian ngasih." Nyatanya Saelin tak kehabisan akal mencari alasan agar membuat Yerisha dan Ode bersama.
"Nanti di rumah bisa, Sae."
"Ya kurang pas lah. Momentum yang pas itu sekarang." Saelin begitu pandai bersilat lidah, sampai Yerisha sulit memberi penolakan.
Keberadaan Yerisha dan Saelin pertama kali disadari oleh Dery.
"Hai Yerisha," sapa Dery hanya menyapa Yerisha, Saelin dilupakan seolah tak kasat mata.
Saelin cuma mencibir. "Dih Yerisha doang emang yang ada di matamu."
"Memang," jawab Dery menjulurkan lidah, meledek Saelin. Kalau Ode tak mengikutinya, mungkin akan ada perang dunia antara Saelin dan Dery.
Teman-teman Ode yang berada di sana memperhatikan Yerisha, beberapa ada yang berbisik, tentu saja menggosipkan soal Yerisha yang berada di wisudaan Ode. Padahal Yerisha datang sebagai pihak keluarga, tentu saja hal itu hanya diketahui Dery dan Saelin saja.
"Sono kasih ke kak Ode." Saelin dengan kurang ajarnya mendorong Yerisha. Sepupu laknat memang.
Ditatapi oleh banyak pasang mata tentu membuatnya grogi. Tapi sudah terlanjur, ia tak bisa mundur. Terimakasih pada Saelin Sagara yang membuatnya menjadi tontonan teman-teman Ode. Karena terlanjur basah, yasudah sekalian nyemplung, begitu pikir Yerisha.
Ia mengambil album 'Musim yang Baik' milik Sheila on 7 yang sudah ditandatangani semua anggota. Dengan gerakan cepat ia menaruhnya ke tangan pemuda itu. Kejadian cepat itu mengundang sorakan dari teman-teman Ode, kompornya tentu saja Dery.
"Ecieeee... Yang dikasih hadiah."
Kejadian barusan tentu saja menambah kecurigaan orang-orang mengenai hubungan Ode dan Yerisha, di pandangan orang lain tak mungkin Yerisha bela-belain datang ke wisudaan Ode dan memberi hadiah album dari penyanyi yang disukai Ode pula.
Padahal kedatangan Yerisha sebagai anggota keluarga pemuda itu.
"Makasih, Yerisha."
"Sama-sama." Yerisha tak berani mendongak, menatap langsung pemuda itu saking malunya mendengar sorakan dari teman-teman Ode.
"Ucapin yang lain dong, selain makasih gitu."
"Kasih balasan gitu selain ucapan makasih. Peluk kek—"
Sungguh udah geser otak teman-teman Ode.
"Please deh kalian jangan mulai," ucap Ode memberi peringatan, takut Yerisha merasa tak nyaman.
"Ehmmm—aku balik duluan ya," pamitnya merasa semakin lama di tempat itu hanya semakin membuatnya makin jadi bahan tontonan.
"ANTERIN DONG HERJUNO DENANDRA!!!!"
Yang berteriak bukanlah salah satu oknum teman Ode. Oknum yang membuat keributan adalah Saelin Sagara, sepupunya yang hari itu bagai syaiton.
"Nah betul itu. Anterin." Dery ikut mengompori, membuat yang lain juga ikut-ikutan meneriakkan kata-kata,"Anterin."
Toh sebenarnya walau tanpa disuruh mengantarkan, mereka akan pulang bersama juga, tentu saja dengan papa dan mama yang menunggu di parkiran. Padahal awalnya Yerisha ingin menumpang Saelin, ya supaya membuat orang nggak sadar saja mereka bersama.
"Kalian jangan berisik dong. Bikin Yerisha nggak nyaman aja," keluh cowok itu, mau gimanapun ia merasa tak enak hati membuat Yerisha berada di dalam situasi yang pastinya tak disukai cewek itu.
Kalimat Ode membuat teman-temannya diam sejenak.
"Sudah, Yer kita pulang aja," bisik Ode mengajak Yerisha segera meninggalkan tempat itu. Semakin lama di sana hanyalah akan semakin membuat mereka jadi bahan sorakan mereka.
Yerisha mengangguk lalu mengikuti Ode yang lebih dulu berjalan meninggalkan tempat itu.
Diamnya teman-teman Ode hanya sebentar, ketika dua orang itu berjalan menjauh, mereka malah semakin heboh merecoki.
"Ode gandeng Yerisha dong," ucap satu temannya.
"Yerisha kan mungil, ntar ngilang loh kalau nggak digandeng."
Memang Yerisha anak kecil? Yang bakalan menghilang?
"Iya, De. Gandeng dong, kan ramai, takut Yerisha kenapa-kenapa," temannya yang lain menimpali.
Memang suasana di sekitar tempat wisuda masih ramai walau acara inti sudah berakhir. Masih banyak yang berada di sana untuk mengambil gambar atau bertemu teman dan saudara.
"Maaf ya, Yer," ucap Ode merasa nggak enak. Ya kalau setelah ini Yerisha kian membencinya, ia jadi sedih.
Di luar dugaannya, Yerisha menoleh dan tersenyum ke arahnya. "Nggak apa-apa, kok."
Ode lega. Sangat lega malahan.
***
"Itu hadiah dari Yerisha?" tebak mama menunjuk album SO7 di meja saat mereka sedang berada di kamar Ode seusai pulang dari acara wisuda. Mama berada di kamar itu untuk memberi hadiah kecil berupa jam tangan baru pada Ode, yang dilihat darimanapun, Ode tahu jam itu mahal dan berasal dari brand terkenal.
"Kok mama tahu?"
"Beberapa hari lalu Yerisha heboh minta tolong Saelin untuk di antar menemui Duta. Melihat album itu tiba-tiba saja mama teringat itu."
Ode tersenyum memandangi album pemberian Yerisha yang tergeletak manis di atas mejanya. Dia berniat memutarnya nanti saat malam.
"Mama senang kamu dan Yerisha udah akur dan semakin akrab," ucap sang mama terharu melihat keduanya bisa mengobrol dengan santai dan bahkan saling memberi hadiah.
"Aku bersyukur, Ma."
Mama mengangguk paham. Kemudian ia menepuk pelan pundak Ode. "Kamu istirahat dulu ya. Nanti kalau keluarga kita sudah datang, mama panggil kamu."
Untuk merayakan wisuda Ode, mama dan papa membuat syukuran kecil-kecilan, mengundang para saudara mereka.
"Ma, sebentar," cegah Ode saat sang mama hendak pergi.
"Iya. Kenapa?"
"Soal masalah itu— "
Masalah itu? Mama mengernyitkan kening.
"Boleh tidak kalau Ode saja yang cerita ke Yerisha soal semua tentangku dan mengapa aku bisa di sini."
Mama membulatkan mata. Sedikit terkejut dengan keputusan yang Ode ambil. Akhirnya wanita itu hanya bisa mengangguk dan menyetujuinya.
"Oke kalau itu mau kamu."
***
"Datangi saja—" ucap Veroy menepuk pundak Luke yang terlihat gusar melihat foto Yerisha yang datang ke wisudaan Ode. Foto itu dikirimi oleh teman mereka yang mendatangi wisudaan kakak kelas yang kebetulan saja melihat Yerisha di sana.
"Daripada kamu seperti cacing kepanasan karena penasaran. Datangi Yerisha lalu tanyakan dia dan Ode sungguh nggak ada hubungan apapun."
Luke memilih diam. Walau merasa penasaran, dia lebih memilih mempercayai Yerisha.
"Sudahlah. Datangi saja."
"Buat apa?"
"Supaya kamu tahu faktanya."
"Terus?"
Veroy menggeleng, mengapa temannya itu begitu bodoh.
"Supaya kamu tahu apakah sebaiknya kamu berhenti ataukah lanjut mengejar Yerisha."
Luke tersenyum miris. "Mau lanjut gimana, Ver? Walaupun mereka tak ada hubungan apapun, aku dan Yerisha itu bagai mentok di situ-situ aja."
"Hah? Mentok di mana? Friendzone?"
"Teman masa kecil Zone," ralat Luke segera.
"Loh bukannya kamu selama ini sedang usaha mendekati Yerisha."
"Memang tapi ya seperti kubilang tadi. Mentok. Ibarat lagi mengendarai motor, ketemu jalan buntu."
"Ya jebol aja kali, Lu jalannya!!! Kalau perlu pakai burdoser," sela Mark yang baru saja datang memasuki kamar Luke.
-tbc-
Jadi semisal aku pengen namatin OTY gimana?