Don't You Dare

By ts_sora

5.7K 754 187

Suzy dan Sehun bersahabat sejak kecil. Meski tumbuh bersama dari background keluarga yang berbeda, tak membua... More

Prologue
chapter 1
chapter 2
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9

chapter 3

476 81 17
By ts_sora

Suzy memandang pasrah selembaran kertas yang ada di tangannya. Ia membuang napasnya lemas. Iya, surat peringatan yang baru saja ia dapat dari bagian administrasi Universitasnya. Bahkan ini bukanlah kali pertama ia mendapatkan peringatan. Ujian semester akan dilaksanakan seminggu lagi sedangkan dirinya masih belum melunasi biaya untuk semester ini. Jadi bagaimana ia harus melewati ini semua?

Tadi pagi ia sengaja bangun pagi-pagi sekali. Ah tidak, ia bahkan sama sekali belum tidur sejak kejadian malam itu. Suzy sudah bertekad tadi, ia akan turun dari kamarnya pagi-pagi, menyiapkan bekal makanan untuk Ibunya dan menyiapkan secangkir teh yang biasa Ibu lakukan tiap paginya. Ia sudah bertekad untuk menjelaskan semuanya saat mereka bertemu pagi ini.

Bukan pertama kali Suzy dan Ibunya terlibat adu mulut, namun semuanya akan selesai keesokan harinya--seakan mereka berdua telah sepakat untuk tidak membahasnya kembali. Namun kali ini, Suzy harus menarik kembali apa yang ia pikirkan sebelumnya, Ibunya lantas berlalu saja tanpa sepatah kata pun saat mereka bahkan bertemu.

"Bae Suzy!" Suzy cepat-cepat melipat lembaran tersebut sampai pada lipatan terkecil sebelum memasukkannya paksa ke dalam saku celananya, saat Sehun berlari menghampirinya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sehun tiba-tiba seakan ia mengetahui apa yang sedang terjadi meski Suzy sama sekali belum mengatakan apa-apa. Suzy hanya mengangguk setengah tak yakin sebelum ia berusaha mengembangkan senyumnya seperti biasa. Berusaha meyakinkan pada Sehun dan juga dirinya sebagai sendiri, bahwa semua akan baik-baik saja. Namun hal inilah yang membuat Sehun sendiri semakin khawatir.

Apalagi tadi, Sehun tahu bahwa kali ini Suzy tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Namun bahkan Sehun tidak ingin sekedar bertanya. Karena ia sadar tidak semuanya harus ia tahu dari Suzy, jika gadis itu tidak memberitahunya.

"Ayo kita makan?" tanya Suzy menawarkan. Mungkin kebih tepatnya ia berusaha mencairkan suasana yang semula terlihat kaku dengan sendirinya dan entah mengapa. Namun Suzy tahu pasti, mungkin saja Sehun sudah hafal dengan gelagatnya.

"Baiklah, ayo," ujar Sehun pada akhirnya yang lantas membuat Suzy merasa lega karenanya sebelum akhirnya mereka berjalan bersama.

---

"Jadi bagaimana?"

Park Chanyeol memandang Tuannya yang tengah duduk di bangkunya, menunggu setidaknya dirinya membuka mulut. Ia lantas memberikan sebuah amplop bewarna cokelat yang memang sengaja ia bawa hari ini untuk Tuannya tersebut.

"Saya sudah berusaha untuk mencari beberapa informasi mengenai Oh Sehun. Tentang dimana alamat juga yang lainnya," ujar Park Chanyeol yang mulai membuka suara sedangkan Suho kini memperhatikan sejumlah dokumen yang baru saja ia ambil dari dalam amplop.

"Tercatat bahwa Mrs. Oh sudah lama sekali memutuskan kontak dengan keluarganya yang berada di desa. Jadi kami kekurangan informasi mengenai posisi Oh Sehun," lanjut Park Chanyeol menyesal dan Suho terlihat menghembuskan napasnya pasrah.

"Ini...dokumen milik perusahaan?" tanya Suho mencoba memastikan. Dan Park Chanyeol mengangguk pasti.

"Benar, itu adalah dokumen yang kami dapat dari Kim Corps," ujar Park Chanyeol berusaha menjelaskan. "Kami sudah berusaha mengusut dokumen kematian Mrs. Oh sebelumnya. Namun untuk alamat rumah  maupun informasi yang lainnya memang sengaja diburamkan," lanjut Chanyeol yang lantas membuat Suho tersenyum miring karenanya.

Karena bahwa sampai kematiannya pun, Mrs. Oh bahkan masih memburamkan semua informasi tentang dirinya. Nyatanya wanita itu benar-benar ingin informasi tentang dirinya tidak ditemukan. Dan hal itu agaknya tidak membuat Suho lantas terkejut begitu saja. Karena ia yakin bahkan saat Ayahnya berusaha untuk berhenti meninggalkan wanita itu dan kembali pada Suho dan Ibunya, mengaburkan identitas wanita itu adalah satu-satunya cara untuk lari dari skandal perselingkuhan Ayahnya. Dan ia yakin, Ayahnya yang ikut serta membantu wanita itu untuk lenyap dari khalayak. Meski nahas, Ayahnya sendiri bahkan tak bisa menemukan wanita itu lagi karena ulahnya sendiri.

"Lalu dokumen ini?"

Chanyeol mengangguk patuh. "Tuan masih ingat untuk progran bantuan yang diberikan Kim Corps tiap tahunnya?" tanyanya yang kini dibalas anggukan pasti oleh Suho.

"Maksudmu kerja sama Kim Corps dengan organisasi-organisasi penyalur bantuan untuk anak-anak yatim piatu?" tanya Suho memastikan dan Chanyeol sekali lagi mengangguk mengiyakan.

"Pada beberapa dokumen sudah tercatat setidaknya ratusan anak yatim piatu yang mendapat santunan tiap bulan oleh Kim Corps. Dan nyatanya, tidak semua anak yang disantuni adalah anak yatim piatu--yang tinggal di panti asuhan," ujar Park Chanyeol kali ini menjelaskan dan Suho sudah cepat-cepat mencari sesuatu pada tiap halaman di sana.

"Setidaknya ada sekitar 30% nama, yang tidak tinggal di panti asuhan. Beberapa di antaranya merupakan anak dari keluarga yang kurang mampu, anak yang disabelitas dan di antara mereka masih memiliki orang tua yang lengkap," lanjut Chanyeol dan Suho mengangguk sembari masih mencari halaman yang ia butuhkan saat ini. Dan tepat pada halaman terakhir, ia lantas terkejut dengan apa yang tertera di sana. Bahkan saat ia memandang Park Chanyeol yang masih setia berdiri di sana, mengangguk padanya, kiranya semua potongan teka-teki sudah terpasang perlahan.

"Oh Sehun berada dalam daftar itu," ujar Park Chanyeol menegaskan yang seakan menepis semua keraguannya saat ini.

"Dan ia mendapatkan santunan tiap tahunnya?" tanya Suho yang masih tak yakin. Ah tidak, setidaknya ia tidak sepenuhnya salah. Iya, Ayahnya kehilangan jejak akan wanita pujaannya dahulu.

Namun semua kebetulan apa ini?

"Chanyeol ah, kembali telusuri data tentang Oh Sehun."

"Baik."

---

"Ini."

Suzy memandang sebentar ke arah Sehun yang lantas meletakkan sekotak susu rasa strawberry yang begitu Suzy gemari, ke atas meja. Ia tersenyum sebelum mengucapkan terima kasih yang lantas dibalas anggukan kecil Sehun.

"Sudah merasa baik-baik saja sekarang?" tanya Sehun yang masih terdengar cemas. Iya semenjak beberapa saat yang lalu, Suzy telah menceritakan tentang kejadian kemarin malam yang hingga kini Ibunya berhenti berbicara padanya. Setidaknya itu saja yang ceritakan, sedangkan untuk masalah administrasi Universitasnya, Suzy sama sekali tidak menceritakannya.

Suzy menghelan napasnya lesu sebagai satu-satunya jawaban yang ia punya sebelum meminum susunya. Sehun hanya memandangnya menyesal.  Iya, ia ingat betul saat Suzy tiba-tiba saja bertekad untuk bekerja paruh waktu seperti dirinya. Sungguh, saat itu Sehun sudah mati-matian melarang Suzy karena ia tahu Ibu Suzy tak menyukai ide tersebut. Namun bahkan Sehun sudah melarang, Suzy tetap melakukannya.

Kejadian kemarin malam bukan pertama kali terjadi. Seringkali Sehun harus mendengar cerita dari Suzy atau bahkan melihat sendiri saat Suzy tertangkap basah oleh Ibunya tengah bekerja paruh waktu--yang akhirnya menyebabkan pertengkaran di antara keduanya. Namun tetap saja, Suzy masih bersikukuh atas tekadnya. Keras kepala memang, tapi itulah Suzy.

Dan kiranya kali ini terjadi kembali. Setidaknya hal ini sudah ia duga sebelumnya. Ia memandang Suzy yang layu tengah menopang dagu--yang entah justru membuat Sehun gemas karenanya. Suzy mengerang saat dengan jahil Sehun mengacak rambutnya gemas. Bahkan saat Suzy memukul-mukul lengannya, Sehun hanya tertawa kecil karenanya.

"Aku sedang sedih. Harusnya kau tahu itu," ujar Suzy masih kesal dan Sehun hanya tersenyum sekali lagi.

"Semangatlah. Ini bukan akhir hidupmu kan? Ibumu mungkin butuh waktu." Sehun meraih kotak susu strawberry milik Suzy dan meminumnya tanpa ijin, membuat si pemilik kesal bukan kepalang namun Sehun tidak peduli akan hal itu.

Setidaknya, Suzy yang berisik baru saja kembali.

.

.

"Hey!" pekik Minhyuk tiba-tiba dengan empat orang lainnya, membuat Suzy maupun Sehun terkejut bukan main namun keduanya memilih untuk diam saja.

"Hari ini salah seorang temanku berulang tahun dan berniat mengajak kalian untuk minum
di bar milik sepupunya. Bagaimana? Sehun libur hari ini kan?" ajak Minhyuk masih begitu antusias. Jangan lupakan keempat temannya yang masih bersemangat hanya untuk menunggu jawaban dari keduanya. Sehun sudah terlihat malas. Dan demi apapun, bagaimana Minhyuk brgitu mengerti perihal jadwal kerja paruh waktunya?

Sehun sudah memandang Suzy diam-diam, memberikan isyarat agar kompak mengatakan tidak atau kalau bisa mereka pergi saja saat ini. Namun bahkan Suzy tidak memandangnya saat ini. Bahkan saat Sehun sudah hendak pergi, Suzy masih belum beranjak dari tempatnya.

"Bagaimana?" tawar Minhyuk sekali lagi masih terlihat begitu antusias. Sedangkan Sehun terlihat menghembuskan napasnya tak tertarik.

Sehun melipat tangannya ke dada. "Aku tidak--"

"Okay!" seru Suzy antusias yang dalam seketika menghentikan apa yang akan dikatakan Sehun kali ini.

"Kami ikut!" tandasnya menegaskan yang lantas membuat Sehun memandangnya tak terima. Sedangkan Minhyuk dan keempatnya bersorak gembira.

"Akan kutunggu kalian nanti. Untuk alamatnya akan kukirimkan nanti. Bye bye!" Minhyuk terlihat gembira saat ia dan keempatnya beranjak dan pergi begitu saja. Suzy yang sudah hendak ikut beranjak lantas mengurungkan niatnya saat Sehun menahan lengannya begitu saja.

"Kau bercanda?" tanya Sehun hampir-hampir tak percaya dan Suzy hanya tersenyum kecut.

"Aku butuh hiburan setidaknya sebentar saja. Biarkan aku melupakan apa yang terjadi hari ini untuk sebentar saja."

"Tapi bukankah kau harus bekerja paruh waktu hari ini?" tanya Sehun masih terdengar tak puas. Sekali lagi, Suzy tersenyum hambar.

"Mungkin untuk saat ini aku harus ijin dahulu. Atau entahlah, mungkin aku harus benar-benar berhenti bekerja paruh waktu sekarang."

"Bagaimana dengan Ibumu?" tanya Sehun yang masih penasaran dan Suzy hanya menghelan napasnya begitu saja.

"Aku akan memikirkannya nanti. Ayo kita pergi sekarang?" ajak Suzy yang kali ini berusaha mengembangkan senyumnya saat mata mereka bertemu. Dan di sana, bahkan Sehun sudah terlalu lelah untuk sekedar mengatakan tidak. Sehun lantas beranjak dari bangkunya yang membuat Suzy merasa lebih baik saat ini. Setidaknya, Sehun selalu menjadi obat untuk pemulih hatinya. Dan akan selalu seperti itu kiranya.

---

Suzy bersorak gembira saat seorang temannya dengan berani meneguk bir dalam gelas berukuran cukup besar di tangannya. Bahkan saat ia meletakkan gelas tersebut dengan setengah menghentak, Minhyuk dan keempat temannya sudah bersorak dengan lantang. Malam semakin larut, membuat permainan yang mereka lakukan semakin meriah. Adalah sebuah permainan Spill or Drink. Iya, sebuah permainan dimana siapa saja yang mendapat giliran harus mendapatkan pertanyaan yang ia harus jawab dengan jujur atau melakukan apapun yang diminta. Namun jika menolak, ia harus meminum segelas bir sebagai gantinya. Dan mereka sudah berjanji tidak akan berhenti sampai ada salah satu di antara mereka yang benar-benar mabuk.

Dan terkutuklah Minhyuk. Sehun harusnya mengatakan tidak tadinya. Ia harusnya sadar jika Minhyuk akan membuat permainan ini. Dan ia tidak akan berhenti begitu saja, meski ia tahu bahwa ada setidaknya dua orang gadis yang ikut dalam permainan. Dan Suzy termasuk dalam kedua gadis tersebut.

Diam-diam Sehun memandang Suzy yang terlihat terhanyut dalam permainan. Dan lihatlah setidaknya gadis itu sudah meminum dua gelas penuh bir beberapa saat yang lalu, sehingga mungkin kesadaran gadis itu sudah menghilang beberapa persen saat ini. Dan hal itu membuat Sehun cemas.

Namun bahkan saat Sehun meminta Suzy untuk pulang sekarang karena hari semakin malam, Suzy menolaknya mentah-mentah. Katanya ia tidak akan pulang jika ia tidak benar-benar mabuk. Yang benar saja!

Dia tahu bahwa Suzy memiliki batas sendiri. Sudah dua gelas penuh bir yang gadis itu teguk dan Sehun pastikan Suzy akan benar-benar mabuk jika ia harus meminum dua gelas lainnya.

"Sehun!" sorakan semakin menjadi dan Sehun baru sadar saat botol plastik itu mengarah padanya. Begitu juga semua pandangan yang lantas mengarah padanya. Dan Sehun sudah memandangnya malas. Ia baru saja menegak gelas ketiganya untuk menjauhi semua pertanyaan juga dare yang diberikan. Dan sungguh, saat ini ia masih merasa baik-baik saja.

"Baiklah, biar aku yang bertanya kali ini dan kau tidak boleh menegak minumanmu lagi," ujar Minhyuk setengah mengancam. Hidungnya sudah merah sejak tadi karena sejatinya memang Minhyuk suka sekali minum meski ia juga masih menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

Minhyuk memandang Sehun sebentar sebelum ia lantas memandang Suzy. Dan di sana, Sehun bisa melihat dengan jelas senyum yang tercipta pada ujung bibir Minhyuk--yang sungguh itu sangat mengganggunya. Semua terlihat begitu tak sabar, tak terkecuali Suzy yang memandang Minhyuk lalu Sehun hampir bergantian.

"Apa Suzy buatmu?" tanya Minhyuk enteng dan Sehun sudah hampir membuka mulutnya kembali namun Minhyuk mengangkat tangannya seakan menahan apapun yang akan dikatakan Sehun saat ini.

"Aku tahu kalian berteman. Ah tidak, tapi kalian bersahabat sejak dahulu," ujar Minhyuk terlihat serius dan Sehun bisa melihat senyum Suzy masih berada di sana.

"Buktikan kepada kami bila memang di antara kalian tidak ada sesuatu--" ujar Minhyuk menggantung seakan memberikan kesan dramatis dan berhasil membuat siapapun penasaran. "Dengan mencium Suzy di depan kami semua,"  lanjutnya terdengar tegas dan mereka semua menyoraki apa yang baru saja Minhyuk sampaikan.

Omong kosong apalagi ini!

Sehun mungkin masih bisa menutupi rasa kesalnya namun ia tak akan pernah melupakan saat ekspresi Suzy berubah begitu saja. Senyumnya menghilang dan Sehun yakin ada senyum masam di sana. Senyum dipaksakan karena mereka berada di tempat umum.

Minhyuk memulai sorakannya agar Sehun segera melaksanakan tantangan yang diminta dan lantas diikuti oleh teman-temannya yang lain. Kalau saja mereka tidak sedang berkumpul, mungkin saja ia sudah meninju wajah Minhyuk saat ini. Dan ia tak peduli jika laki-laki itu lebih tua darinya sekalipun.

Sehun memandang malas temannya. Dan Suzy masih memandangnya takut-takut. Tak butuh lama untuk Sehun berpikir hingga tangannya yang kokoh meraih segelas penuh bir yang tersedia di atas meja dan meneguknya habis. Dan ia tak peduli dengan wajah kecewa temannya kali ini.

---

"Sehun ah, ayo cepat," ujar Suzy setengah berbisik di telinganya yang membuat Sehun otomatis hanya menggelengkan kepalanya. Bagaimana tidak, Suzy bahkan kehilangan dayanya untuk sekedar berjalan saat ini. Permainan sudah berlalu beberapa saat yang lalu setelah Minhyuk akhirnya tumbang karena terlalu banyak minum. Sama halnya dengan Suzy yang kini berada di punggungnya dalam keadaan tidak sadar atau mungkin sedikit sadar. Dan ah, apa bedanya?

"Ayo jalan cepat," ujar Suzy tiba-tiba saja bergerak tak pasti membuat Sehun susah payah menyeimbangkan tubuhnya dan mempertahankan tubuh Suzy yang masih berada di punggungnya. Hingga saat salah sepatu Suzy terlepas barulah Suzy berhenti bergerak kali ini. Dan sekali lagi, Sehun hanya membuang napasnya pasrah.

Bagaimana jika Ibunya tahu dan semakin memperburuk keadaan keduanya?

Sehun berjalan menuju bangku taman terdekat, mendudukkan perlahan Suzy yang perlahan namun pasti membaik kesadarannya. Sedangkan dirinya bergegas mengambil sebelah sepatu Suzy yang tadi sempat terjatuh.

"Oh Sehun, mau pergi kemana kau?" racau Suzy masih dalam keadaan tipsy dan Sehun hanya memutar bola matanya malas sebelum memasangkan sebelah sepatu tersebut pada empunya dan Suzy kini tersenyum puas.

"Ayo kita pulang," ajak Sehun sembari mengulurkan tangannya namun Suzy hanya menepis tangan Sehun. Sehun yang pasrah lantas mendudukkan dirinya tepat di samping Suzy yang kali ini lebih tenang dari sebelumnya. Pipinya memerah, ia tahu kali ini Suzy benar-benar mabuk dan Sehun merasa bersalah karenanya.

"Seharusnya aku tidak mengiyakan permintaanmu," ujar Sehun tiba-tiba dan Suzy sudah memandangnya dengan sebelah matanya. Ia tahu seburuk apa Suzy saat mabuk dan dalam keadaan hubungan dirinya juga Ibunya yang buruk saat ini, ia tahu pasti semua akan semakin buruk nantinya.

"Aku belum membayar biaya semester ini," ujar Suzy tiba-tiba dan Sehun lantas memandangnya penuh. Suzy mengembangkan senyumnya yang terkesan pahit dan seketika Sehun merasa bersalah karenanya.

"Jika aku tidak membayarnya, aku tidak bisa mengikuti ujian semester ini dan sudah pasti aku tidak akan diluluskan," lanjut Suzy hampir-hampir berbisik sedangkan Sehun hanya memandangnya dalam diam.

"Tapi aku bahkan tidak bisa mengatakannya pada Ibuku. Dan sekarang ia membenciku hanya karena aku berusaha membantunya dengan bekerja paruh waktu." Suzy terkekeh pelan namun matanya terlihat nanar kali ini. "Aku menyedihkan ya?" tanya Suzy setengah terkekeh dan Sehun masih terdiam di sana.

Pada akhirnya kini Sehun benar-benar mengerti jika Suzy melakukan ini semua sebagai satu-satunya cara untuk melarikan diri sebentar saja dari beban hidupnya. Yang entah Sehun merasa begitu buruk saat ini.

"Tapi itu masih belum begitu menyedihkan," tukas Suzy tiba-tiba kali ini. "Kau tahu, kau hampir membuatku mati karena malu," lanjut Suzy terlihat kesal tiba-tiba, menciptakan kerutan pada dahi Sehun saat ini.

"Buktikan kepada kami bila memang di antara kita tidak ada sesuatu--" ujar Suzy lantang seakan menirukan gaya berbicara Minhyuk meski dalam keadaan setengah sadar. Ia terkekeh saat mengatakannya bahkan saat mata mereka saling berpandang.

"Dan kau tidak menciumku," ujar Suzy setengah berbisik namun penuh dengan penekanan. Senyum di wajahnya hilang dan gadis itu terlihat serius meski dalam keadaan mabuk. Sedangkan Sehun sendiri masih terdiam di tempatnya.

"Katakan, ini hanya sebuah ciuman," ujar Suzy sambil menghelan napasnya. "Dan seakan kau menghindari itu. Apa aku membuatmu jijik?"

Sehun masih terdiam saat Suzy masih memandangnya dengan matanya yang lelah dan pipinya yang masih memerah.

"Dan entah, aku merasa--tersinggung dan aku tidak tahu haruskah aku merasa demikian atau--" Suzy menggantung kalimatnya. Ia tersenyum kembali.

"Kau bisa melakukannya meski hanya sedetik dan aku tidak keberatan karena kita adalah sahabat kan? Tapi bahkan kau tidak bertanya," lanjut Suzy masih setengah tak sadar. Sehun bisa melihat dengan jelas kekecewaan yang Suzy tunjukkan.

Sehun masih memandang Suzy yang seakan enggan memandangnya kali ini. "Bae Suzy," panggilnya pelan dan Suzy kini memandang dengan mata sayunya. Tak ada yang Sehun katakan saat ini saat dengan lembut tangannya terulur demi mengusap lembut pipi merah Suzy di sana dan dalam sekejap berubah menjadi sebuah kecupan lembut pada bibir Suzy meski Suzy tidak membalasnya. Bahkan saat Sehun sekedar menghentikan aksinya demi memandang Suzy yang masih terdiam di tempatnya. Meski tak lama hingga Sehun kembali mengecup lembut bibir Suzy dan ia begitu yakin saat Suzy juga menciumnya lembut.

Selembut itu pula, hingga Sehun yakin bahwa Suzy bahkan mengalungkan tangannya pada lehernya dan membiarkan mereka terhanyut dalam ciuman mereka. Ciuman pertama mereka.

.


.

Dan setelah ini, akankah semuanya masih sama seperti dahulu?

.

.


---

xoxo,

ts_sora

Continue Reading

You'll Also Like

388K 31.4K 63
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
155K 7.6K 27
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
633K 30.5K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
285K 31.1K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...