Going to mall
Aaauuuu
Reon melolong menjawab perkataan Erza, dia menggoyangkan ekornya senang sambil mengusapkan kepalanya pada sisi kepala gadis itu. Tapi jujur, selain rasa senang ini. Ia juga sedikit tergelitik dengan nama panggilan yang dibuat Erza untuknya.
'Flufy? Nama macam apa itu' batinnya.
"Ah, aku akan memanggilmu Flufy. Itu sangat cocok untukmu" ucap Erza membuat Reon seketika tidak mengerti namun tetap menerimanya. Nama itu terdengar terlalu imut untuk roggue sepertinya.
"Kau sangat imut" lanjut gadis itu sambil memegang moncong Reon dan mengusapnya perlahan.
"Bulumu sangat lebat" lanjutnya lagi sambil mengusap area leher. Membuat Reon sampai terkantuk kantuk merasakannya.
"Dan kau sangat besar" ucap gadis itu senang sambil memeluknya sekali lagi.
'Apa aku sungguh seperti itu?' pikir Reon kebingungan.
Reon menguap lebar, Erza yang melihat itu menahan tawanya. Menghampiri Erza disore hari memang bukan waktu yang tepat, sore hari adalah waktunya tidur. Apalagi ditambah usapan ringan yang gadis itu berikan di sekitar lehernya, membuatnya semakin mengantuk.
"Nona"
Erza melirik kesamping dan mendapati Amon yang membungkuk sopan. "Langit mulai menghitam nona, anda harus segera mandi. Ada jadwal latihan sistema beberapa menit lagi" ucap Amon tanpa ekpresi dan jelas tanpa basa basi.
Raut senang itu seketika menghilang terganti oleh rengutan yang Erza buat. "Aku baru saja bertemu dengan Flufy, Amon" protes Erza mengeratkan pelukannya, tidak rela melepaskan serigala yang sedang dipeluknya sekarang.
Amon menatap Reon dan begitu juga sebaliknya. "Serigala ini sudah mengantuk nona, anda harus membiarkannya pulang"
Mendengarnya, gadis itu mundur beberapa langkah lalu mendongak. Reon menguap lagi dan matanya terlihat meredup.
Ia menatap Amon sekilas, merasa tidak terima jika serigala besar ini benar benar mengantuk seperti yang Amon bilang.
"Baiklah, kau boleh pulang Flufy. Tidur yang nyenyak ya" pamit Erza sambil mengusap pelan moncong itu lalu mencium sisi lainnya.
Tanpa menoleh kebelakang, Erza berjalan kembali menuju rumahnya. Sedikit kecewa karena dirinya baru saja bertemu tapi, waktunya sama sekali tidak tepat.
Setelah Amon memastikan nonanya telah masuk kedalam rumah, ia menatap serigala itu lamat lamat. "Aku mengijinkanmu, kau boleh mendekatinya. Tapi pegang janjimu! Dan tetap lihat batasanmu" ucap Amon lalu menghilang seperti biasa.
Reon menghela nafas panjang, usahanya berhasil. Sekarang dirinya tau kenapa demon guard itu melarang keras dirinya untuk mendekati Erza, mungkin tidak hanya dirinya. Tapi semua, semua makhluk immortal sepertinya.
Gadis itu seorang Demon Blood yang dalam masa pemulihan. Seseorang yang lahir sebagai manusia, dan terikat penjanjian kehidupan dengan seorang iblis. Erza bukanlah sepenuhnya manusia, gadis itu seorang iblis. Dan saat masa perjanjian itu berakhir, ia akan sepenuhnya menjadi iblis dan memakan tumbal terakhirnya, yaitu ayahnya sendiri.
Amon bahkan menceritakan kondisi Erza sebelum terikat perjanjian dengannya. Erza lahir dengan kondisi yang tidak memungkinkan, gadis itu mengalami kelumpuhan otak dan gagal jantung. Dan gadis itu hidup bergantung kepada alat medis yang tidak bisa selamanya ia dapatkan karena ekonomi keluarga.
Bahkan ibu Erza sendiri yang memanggil iblis iblis itu secara langsung, memintanya menolong putri satu satunya. Meski setelah perjanjian itu dibuat, wanita itu sendirilah yang akan menjadi tumbal pertama ia tetap menyetujuinya.
Gadis itu bisa berjalan, tertawa normal seperti orang lain adalah sebuah keajaiban. Meski meminta tolong dan mempercayakan kehidupan gadis itu kepada iblis adalah cara yang salah.
Dalam kata lain Erza adalah manusia yang memiliki darah iblis yang bertujuan untuk menyelamatkan hidupnya sendiri. Dan sekarang dirinya bahkan sudah berjanji kepada untuk ikut menjaga gadis itu dari bahaya, karena Erza sangat keras kepala dan suka menantang maut. Gadis itu tidak pernah punya rasa takut akan bahaya yang akan menimpanya, meski itu sama dengan kehilangan nyawa.
'Hah, aku masih punya banyak pertanyaan untuk Amon. Semua hal ini terlalu membuatku penasaran' guman Reon sambil berlari masuk kedalam hutan, dan tiba tiba ia teringat dengan Erza yang mencium pipinya sebelum pergi. Meski tidak dapat dilihat dari wujud serigalanya, pipinya terasa memanas.
'Jaga batasanmu Reon, kau datang untuk menjaganya' gumannya menghilangkan pikirannya yang terus berkecambuk kearah yang tetap sama.
.
.
.
Pagi pagi sekali, bahkan sebelum wanita diambang pintu itu membangunkan nonanya seperti biasa. Erza sudah terbangun dari tidurnya dan rapi dengan pakaian casualnya, membuat Lina tercengang dan tetap terdiam diambang pintu menatapi gadis itu.
Erza tersenyum penuh semangat kearah Lina sambil menyapanya. "Pagi maid Lina" ucapan bernada riang itu membuatnya tergagap.
"Pa-pagi nona, anda sudah bangun rupanya" balas wanita itu sambil tersenyum kikuk.
"Bagaimana, baju ini cocok untukku? Vano yang membelikannya" pamer Erza sambil menarik narik ujung kemeja berwarna marronnya, bermaksud memperlihatkan apa yang Vano berikan.
Lina berjalan mendekat sambil tersenyum lembut. "Sangat cocok, anda terlihat sangat cantik" puji Lina sambil memegang kedua tangan Erza lembut.
"Benarkah? Aku tidak pernah memakai baju seperti ini" ucap gadis itu senang.
Lina tertawa melihat tingkah nonanya yang satu ini. "Jadi ini alasan anda bangun pagi pagi? Tidak sabar mencoba baju baru?"
"Tidak" jawab Erza membuat wanita yang ada dihapannya menautkan alis bingung.
"Aku ingin bertemu Flufy, sudah lama aku tidak melihatnya. Kemarin kita hanya bertemu sebentar" ujar gadis itu tersenyum senyum.
"Flufy?" ulang Lina bingung.
Erza mengangguk anguk. "Serigala bertubuh besar dengan warna kelabu yang aku temui di hutan" jelasnya.
Lina terbelak terkejut, hutan itu tidak memiliki 1 hewan karnivora pun. Dan jika Erza menemukan hewan buas didalam hutan terlarang itu, itu berarti dia bukanlah hewan. Itulah sebabnya tak ada 1 pun manusia berani datang kehutan itu, karena sekali mereka masuk, mereka tidak akan kembali dengan utuh.
"Ah, nona. Kemarin malam malam tuan Vano menelfon ingin mengajak anda pergi jalan jalan, apa anda ingin membuat tuan Vano kecewa karena anda membatalkannya tiba tiba?" ujar Lina tanpa pikir panjang.
Alasan itu tiba tiba muncul tanpa peringatan. Mungkin hanya Vano, manusia yang bisa masuk dalam hutan itu. Itu semua terjadi karena Amon berhutang budi kepada Vano karena bisa menyelamatkan Erza saat dikejar oleh musuh.
"Sungguh? Tapi aku sangat ingin bertemu dengan Flufy" rengek Erza membuat wajahnya cemberut.
"Dan tuan Vano juga begitu" lanjut Lina menanggapi rengekan nonanya.
Gadis itu tampak berpikir. "Hem, bagaimana kalau aku mengajak Vano jalan jalan bersama Flufy. Aku akan mengenalkan Vano pada serigala imut itu" celetuk Erza.
"A.." Lina kehabisan kata kata. Wanita itu bingung harus mengatakan apa untuk mencegah gadis itu menemui serigala yang dimaksud.
"Nona"
Erza mengalihkan pandangannya, menatap Amon yang membungkuk kearahnya. "Tuan Vano dan tuan Reon sudah menunggu anda dibawah" lapor Amon.
Tanpa merespon laporan yang Amon berikan, Erza berlari keluar kamarnya melewati kedua pelayannya.
"Roggue itu, kau mengundangnya kemari?" tanya Lina keberatan dengan sifat seenaknya dari Amon.
"Dia sudah berjanji, membantuku melindungi nona" jawab Amon sekenannya.
"Lalu kau percaya! Bagaimana jika roggue itu berbohong?" ucap Lina tetap keberatan.
"Tidak akan" ucap Amon sambil membuka lengan kemeja kanannya, memperlihatkan simbol pengikat yang terukir disana.
Lina terkejut, ia menatap tak percaya kepada Amon. "Kalau saja dia berbohong, aku akan memutuskan kepalanya saat itu juga" lanjut Amon membenahi lengan kemejanya dan berjalan meninggalkan Lina.
.
.
.
Tbc
Gimana, ini panjang gara gara aku gk tega kalau dipotong tengah jalan. Dan buat kalian yang suka semangat Erza, jangan kira aku aku bakalan berbaik hati dengannya walau aku juga suka.
dan peringatan untuk kalian yang jijik dengan gore, setelah bab ini ada beberapa gore yang melibatkan Erza. (Spoiler sedikit aku)