3 WISHES

By taniacacaa

21.6K 2.1K 608

Tahu hal apa yang paling Angga benci di dunia ini? Melihat gadis gila bertubuh mungil yang selalu mengenakan... More

PROLOG
🌈| 1 - GADIS BERNASIB MALANG
🌈| 2 - SIAPA GADIS ITU?
🌈| 3 - GADIS GILA
🌈| 4 - PERLINDUNGAN SEORANG KAKAK
🌈| 5 - GADIS DENGAN BANDO MERAH
🌈| 6 - SAYAP PELINDUNG?
🌈| 7 - TEMAN PERTAMA
🌈| 8 - KALI PERTAMA UNTUK MENYESAL
🌈| 9 - GALANG DAN PENGORBANANNYA
🌈| 10 - SIAPA ITU RAFKA?
🌈| 11 - SHE'S DISGRACE
🌈| 12 - JUNA DAN MARSEL
🌈| 14 - KARENA TANTANGAN
🌈| 15 - BECAUSE SOMETHING
🌈| 16 - MEET RIANA
🌈| 17 - BEHIND HER SMILE
🌈| 18 - KEPUTUSAN ANGGA
🌈| 19 - HARI PERTAMA LATIHAN
🌈| 20 - ANGGA ITU BAIK!
🌈| 21 - SI GADIS PENUH MISTERI
🌈| 22 - SOMETHING TO REMEMBER
🌈| 23 - ANGGA'S STORY
🌈| 24 - WRONG DARK PAST
🌈| 25 - TANDING BASKET

🌈| 13 - TANTANGAN

544 85 20
By taniacacaa

13. tantangan







Saat ini, Arkan tengah berjalan beriringan bersama Moza untuk mengantar gadis itu menuju kelasnya. Tanpa tahu di belakang mereka ada Angga yang tengah diam memperhatikan interaksi keduanya dalam diam.

Sejak kedatangan Arkan di kantin tadi, Moza tiada hentinya berceloteh dan menceritakan banyak hal kepada pemuda itu hingga sekarang pun sama.









Moza membenarkan bandonya setelah itu merapihkan rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. "Arkan, makasih ya tadi udah mau makan bareng Moza."

Arkan terkekeh dengan alis menyatu. Merasa lucu dengan kalimat yang baru saja Moza lontarkan. "Kenapa harus makasih?"

Moza menoleh ke arah Arkan sekilas. "Ya ... makasih. Anak-anak yang lain pada gak mau makan bareng Moza, mereka malu kalau deket-deket sama Moza. Tapi Arkan enggak."

Arkan menghela napasnya berat seakan tahu apa yang tengah Moza rasakan. "Iya, sama-sama," balasnya. Kemudian melirik ke arah tempat makan yang ada di pelukan Moza. "Oh iya, tadi kenapa makanan lo gak dihabisin?"

"Oh ini, hehe, Moza sengaja nyisain buat nanti malam."

Kening Arkan mengerut. Berusaha mencerna kalimat Moza barusan. "Nyisain?"

"Iya, Arkan. Satu hari itu Moza dikasih jatah makan sama papa satu kali. Jadi Moza gak mau habisin ini sekarang, nanti pas malem Moza suka laper," jelas Moza panjang-lebar.






Arkan terdiam sejenak, banyak pertanyaan yang timbul di otaknya setelah mendengar penjelasan Moza. Ingin kembali bertanya namun ia sadar bahwa itu tidak sopan. Ya, walaupun tahu Moza akan menjawab pertanyaannya karena gadis itu terlalu lugu. Tapi Arkan tahu batasannya.

Lalu manik matanya tak sengaja menangkap luka yang ada di pergelangan tangan Moza. Lantas memegang tangan gadis itu dengan raut khawatir.

"Tangan lo kenapa?"

"Hum?" Moza jadi ikut memperhatikan tangannya. Berusaha mengingat penyebab tangannya terluka namun ia lupa. Padahal kejadian itu terjadi baru dua hari yang lalu.




Arkan tahu itu adalah luka akibat goresan aspal. Tapi, kenapa itu bisa terjadi? Moza juga membiarkan lukanya begitu saja tanpa ditutupi plester ataupun hansaplast.




"Za?" Arkan memanggil gadis itu karena yang Moza lakukan hanya diam saja.

"Ah, Moza inget! Ini luka gara-gara jatuh pas Moza nolongin Angga kemarin."





Arkan langsung menarik tangannya. Ia terdiam seperkian sekon sebelum memutuskan untuk kembali berbicara. "Lo ngapain nolongin Angga? Dia bisa urus dirinya sendiri, Za."

Moza menundukkan pandangannya sendu. "Iya, Angga juga bilang gitu. Kata Angga seharusnya Moza gak usah sok-sokan nolongin dia, karena Moza cuma memperumit semuanya doang."

Arkan mengepalkan tangannya. Menyumpah serapahi Angga dengan berbagai umpatan. Tak bisa melihat gadis di sampingnya bersedih, Arkan berusaha untuk mengatakan sesuatu namun tidak tahu harus mengatakan apa.






"Moza mau deh ngebuat cewek itu sama temen-temennya berhenti gangguin Angga. Tapi gimana caranya ya?"





Melihat Moza murung, Arkan berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka. "Eh, lo kan murid pindahan, pasti dikasih test gitu kan ya?"

Moza langsung mendongak dengan antusias, raut murungnya hilang begitu saja. "Iya! Moza dikasih testnya sama Pak ..." Moza menggaruk tengkuknya karena lupa siapa nama wali kelasnya itu. "Pak ... Bapak yang kepalanya botak!"

Arkan terbahak puas. Dia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Itu Pak Bambang namanya."

"Nah itu! Moza nyerahin testnya besok."

"Mau gue bantu kerjain?" Tawar Arkan.

Moza menggelengkan kepalanya. "Enggak usah, Moza dibantuin sama Abang kok!"

Arkan mengangguk sebagai jawaban bahwa ia mengerti. Kemudian mengulas senyum karena mereka sudah sampai di depan kelas Moza.

"Arkan, Moza masuk dulu ya. Dadah!" Kalimat itu Moza lontarkan sebelum ia masuk ke dalam kelas.


"Belajar yang bener ya," pesannya untuk Moza. Gadis itu membalas dengan anggukan antusias membuat Arkan terkekeh karena gemas dengan tingkah Moza.











Saat membalikkan tubuh, Arkan tak sengaja berpapasan dengan Angga. Pemuda itu menatapnya tajam, lebih tajam dari tatapan biasanya.

Bahkan Angga dengan sengaja menubruk bahunya membuat Arkan bertanya-tanya atas sikap aneh pemuda itu.










••••🌈••••












"Eh, gila! Taruhin bola basket ke ruang olahraga dong!" Raka memerintah sambil melempar bola basket itu, membuat Moza yang tak siap menangkap jadi terkena lemparan di kepalanya.

Moza mengusap kepalanya berulang kali, merasa sakit karena lemparan Raka sangat kencang. Entahlah, Moza merasa bahwa pemuda itu memang sengaja melakukannya.


"Moza enggak mau!" Tolak Moza. Raka langsung mengepalkan tangannya karena kesal.


"Gak usah belagu anj, tinggal taruh doang," sentak Raka. Moza langsung menerjab karena itu.


"Yaudah, kamu taruh sendiri aja. Apa susahnya cuma taruh doang?"





Raka menggeram kesal di tempat. Tak tahan, ia melayangkan tangannya untuk memukul gadis itu sambil mengumpat, "Bang--" namun umpatan serta layangan tangannya tertahan karena melihat sosok gadis tomboy di ujung sana.

"Lo, besok kena sama gue anjing!" Ujar Raka setelah itu pergi begitu saja.







Moza menghela napasnya lega. Deru napasnya yang tadi tak karuan kian normal kembali. Untung saja pemuda sinting itu pergi, jadi ia bisa tenang kembali. Namun sepertinya kata-kata itu salah karena nyatanya Moza melihat kedatangan Nasya.

Nasya menghentikan langkahnya tepat di depan Moza. Bersedekap dada sambil memandangi gadis pororo di hadapannya.





"Mana cowok lo?" Tanya Nasya.

Kening Moza berkerut samar. Tak mengerti atas pertanyaan Nasya. "Cowok Moza? Moza kan cewek ..."

Nasya berdecak kesal. "Gak usah pura-pura bego deh. Mana Angga?"

Moza membulatkan bibirnya karena ternyata itu yang Nasya tanyakan. Detik selanjutnya ia menggedikkan bahu acuh. "Moza enggak tahu. Kamu udah deh, berhenti gangguin Angga terus. Ini bukan masalah kamu tahu."

"Apa lo bilang? Ini bukan masalah gue? Ya jelas ini masalah gue. Rafka itu temen gue, yang artinya masalah dia ya masalah gue juga."

Moza mendengus kesal mendengarnya. "Kamu kayaknya harus Moza sembur dulu deh biar otaknya jernih. Kamu gak ada hak buat ikut campur masalah orang lain."




"Anj--" Nasya merasa kesal karena kalimat Moza. Ia mengibaskan rambutnya kebelakang sambil berkacak pinggang. Melihat ada bola basket tergeletak begitu saja, Nasya berniat mengambilnya.




"Gini aja deh, lo lawan basket sama gue. Kalo lo menang, gue bakal berhenti nyuruh Angga buat ngakuin kalo nyokapnya itu selinguh, gue juga bakal stop nyuruh Angga dan nyokapnya buat minta maaf ke Rafka dan bokapnya."

Nasya melanjutkan kalimatnya. "Tapi kalo gue menang, gue mau Angga dan nyokapnya sujud di kaki bokapnya Rafka sambil akuin kesalahannya. Gimana? Deal?"



"Oke, kalo Moza menang kamu harus berhenti gangguin Angga ya. Kamu gak boleh ikut campur sama masalah keluarganya Angga lagi!" Mengambil keputusan tanpa tahu batas kemampuannya.



Nasya tersenyum miring mendengar itu. Dari sekarang pun Nasya sudah tahu siapa yang akan menang nantinya. Ia melempar bola basket itu ke arah Moza sebelum membalikkan tubuh dan pergi dari sekolah besar ini dengan wajah berseri-seri.





•w i s h e s•




m

oza bisa sebenernya ngelawan raka, cuma ya ... gituu wkwk







btw, aku belum nemu cast yang cocok buat arkann jadi pakai ini aja sementara ya










ini nasya

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 247K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1| LOSE [END] By disadis

Historical Fiction

1.2M 205K 22
Ini kisah kota yang mengalami banyak duka pada insiden jatuhnya pesawat Air 1125, 21 Mei 1999. Kepada yang kuat meninggalkan Bumi tanpa salam berpis...
1.1M 51.9K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
1.4M 227K 56
[ SUDAH DIBUKUKAN ] ❝ aku masih mau berjuang, Al. tapi Tuhan pengen aku pulang.❞ -Satya Langit Aksara Pernah dengar istilah "orang tepat datang diwa...