3 WISHES

By taniacacaa

21.6K 2.1K 608

Tahu hal apa yang paling Angga benci di dunia ini? Melihat gadis gila bertubuh mungil yang selalu mengenakan... More

PROLOG
🌈| 2 - SIAPA GADIS ITU?
🌈| 3 - GADIS GILA
🌈| 4 - PERLINDUNGAN SEORANG KAKAK
🌈| 5 - GADIS DENGAN BANDO MERAH
🌈| 6 - SAYAP PELINDUNG?
🌈| 7 - TEMAN PERTAMA
🌈| 8 - KALI PERTAMA UNTUK MENYESAL
🌈| 9 - GALANG DAN PENGORBANANNYA
🌈| 10 - SIAPA ITU RAFKA?
🌈| 11 - SHE'S DISGRACE
🌈| 12 - JUNA DAN MARSEL
🌈| 13 - TANTANGAN
🌈| 14 - KARENA TANTANGAN
🌈| 15 - BECAUSE SOMETHING
🌈| 16 - MEET RIANA
🌈| 17 - BEHIND HER SMILE
🌈| 18 - KEPUTUSAN ANGGA
🌈| 19 - HARI PERTAMA LATIHAN
🌈| 20 - ANGGA ITU BAIK!
🌈| 21 - SI GADIS PENUH MISTERI
🌈| 22 - SOMETHING TO REMEMBER
🌈| 23 - ANGGA'S STORY
🌈| 24 - WRONG DARK PAST
🌈| 25 - TANDING BASKET

🌈| 1 - GADIS BERNASIB MALANG

1.6K 156 88
By taniacacaa

narasinya jangan lupa dibaca ya!!! biar enggak bingung nantinya



🌈🌈🌈


1. gadis bernasib malang





Hujan baru saja usai mengguyur Kota Metropolitan se-malaman. Bisa dilihat dari jendela rumah besar yang terletak amat jauh dari pemukiman itu masih dipenuhi oleh embun. Lantai di bawahnya pun ikut basah akibat tetesan air dari embun yang menguap atau sisa hujan se-malam yang masih mengendap di atas atap rumah.

Rumah megah itu terlihat seperti rumah tak berpenghuni sejak tragedi besar beberapa tahun lalu.

Gelap gulita menjadi penghias nuansa rumah itu. Dinding bercat putih polos yang menjadi penyokong berdirinya rumah itupun sudah dipenuhi oleh rayap.

Rumah itu terlihat sangat sunyi dan senyap, jam dinding saja tak terdengar keberadaannya bahkan cicak pun enggan untuk berdecit.






Beberapa debu di anak tangga tersapu bersih saat gadis bertubuh mungil mulai menuruninya dengan cara mengendap-endap hingga meninggalkan jejak di setiap pijakannya.

Gadis enam belas tahun yang sudah lama kehilangan semua ingatannya sejak tragedi besar di rumah ini terjadi itu berjalan secara perlahan menuju dapur. Sesekali menoleh ke belakang untuk berjaga-jaga.

Mata indah milik gadis berbando merah itu tak tinggal diam, selalu bergerak menyusuri tiap sudut ruangan yang ia telusuri beriringan kaki kecilnya berjejak dengan sangat hati-hati.

Gadis yang menggunakan gardigan kuning sebagai pelapis tubuh mungil nan kurus itu sangat berwaspada, bahkan saat melangkah saja ia menahan napasnya karena takut seseorang akan terbangun dari tidurnya.





Setelah sampai di dapur, ia langsung membuka lemari pendingin dengan hati-hati. Menatap isi lemari pendingin mulai dari pojok kiri atas dengan amat teliti.

Helaan napas terdengar beriringan dengan bahunya merosot dan pandangan berubah sendu. Ia tidak menemukan apapun di dalam sana.

Sesaat membulatkan mata ketika menemukan satu buah Apel kecil terletak di paling belakang. Sudut bibirnya jadi tertarik membuat senyum simpul. Menoleh ke belakang satu kali sebelum mengambil buah merah segar itu.

Menggigit hasil temuannya lalu mengunyah daging Apel dengan lahap layaknya orang kelaparan.

Tentu saja ia merasa lapar, karena sejak se-malaman dikurung di dalam kamar mandi berteatan dengan hujan detas mengguyur Ibu Kota tanpa memakan apapun selama satu hari penuh.

Tiba-tiba tersentak hebat sampai tak sengaja menjatuhkan Apel yang tengah dimakan saat sebuah gebrakan meja mendominasi ruang dapur ini.




"BAGUS YA!" Sentakan pertama yang dilontarkan sang pelaku sehabis memukul meja menggunakan alat cambuk yang ia bawa.



Gadis mungil itu langsung memundurkan langkahnya setelah membalikan tubuh dan mengetahui siapa sang pelaku walaupun ia sudah mempraduga sebelumnya.

Tubuh kurus itu langsung panas dingin saat manik matanya tak sengaja menatap mata Pria paruhbaya di depan sana.



Mata pria yang diliputi rasa dendam dan amarah.



Menunduk dengan tubuh gemetar hebat sambil terus berjalan mundur ke belakang. Seketika membeku di tempat saat punggung kecilnya sudah menabrak lemari pendingin, menandakan langkahnya telah habis untuk mundur.

Menatap sekelilingnya untuk mencari seseorang, namun yang didapat hanya kegelapan di sekitar.

Tidak tau harus apa, hanya bisa menunduk sambil meremat kuat kedua telapak tangan yang sudah dibanjiri keringat dengan kedua mata terpejam.



Pria paruhbaya itu melirik buah yang baru saja dijatuhkan gadis di hadapannya. Memainkan cambuknya dengan cara mencambuk angin hingga menimbulkan suara yang amat nyaring. Gadis malang itu langsung menerjab takut.

Pria tua itu tampak sangat emosi hanya karena gadis di hadapannya mengambil sebuah makanan.

Ini sudah sering terjadi. Pria tua itu selalu marah besar ketika gadis malang di hadapannya melakukan sebuah kesalahan sekecil apapun, bahkan selalu memarahinya tanpa sebab.



Karena dengan begitu, ia merasa amat puas dengan motif semua dendamnya pada gadis penuh luka itu terbalaskan.



"MULAI JADI MALING, IYA?" Membentak dengan suara lantang membuat bibir gadis itu bergetar menahan tangis begitupun dengan tubuhnya.

Gadis itu jadi panik sendiri. Wajahnya memucat seakan darah dalam tubuh mungilnya hilang entah ke mana. Napasnyapun lebih cepat dari sebelumnya. Ia merasa seperti ketakutan besar datang menghantuinya.

Melihat pria tua di hadapannya dinaungi amarah yang meledak-ledak, ia tidak tau harus melakukan apa.

Tersentak hebat saat merasakan pria di hadapannya mencengkram kuat lengan atasnya, bahkan mata indah itu berkali-kali menutup dengan sendirinya akibat rasa takut yang memuncak.

Menggigit bibir bawahnya berupaya meredam rasa sakit yang diberikan pria tua itu ketika cengkraman di lengan semakin kuat.




Cengraman itu selalu meninggalkan bekas meskipun ia memakai gardigan. Dan ia tidak diperbolehkan untuk mengobati lukanya.




"MASIH BAGUS SAYA BAYARIN BIAYA SEKOLAH KAMU. SAYA JUGA MASIH BERBAIK HATI NGASIH JATAH MAKAN UNTUK PEMBUNUH KAYAK KAMU!" Berteriak tepat di depan wajah gadis yang menjadi lawan bicaranya dengan menggebu-gebu.

Selama bertahun-tahun sejak kejadian itu, ia selalu memperlakukan gadis di hadapannya dengan sangat tidak manusiawi.

Menatap geram anak gadis yang menyandang status sebagai Putrinya. Namun ia tak sudi mengakui itu.

Jika ia melihat gadis di hadapannya ini, entah kenapa bayang-bayang saat kejadian malam itu selalu berputar di otaknya.

Membuat ia selalu marah dan naik pitam karena kepingan itu selalu hadir saat ia menatap wajah gadis ini. Ia marah karena kepingan memori itu selalu berputar di kepalanya, hingga selalu melampiaskan semua kemarahannya itu pada gadis di hadapannya.

Rasanya amat puas jika ia sudah melampiaskan semua amarahnya dengan cara memukuli gadis malang ini. Karena dengan begitu, ia merasa bahwa dendamnya sudah terbalaskan.




Gadis itu susah payah mencoba untuk melepaskan cengraman sang papa. "Pa.. sakit ..." Dada pria di depannya kembang kempis menunjukan betapa marahnya pria tua itu kini.

"SAYA KASIH KAMU JATAH MAKAN SATU KALI SEHARI MASIH KURANG?" Bertanya sebelum menoyor kepala anak gadisnya hingga membentur lemari es yang berada di belakang tanpa melepaskan cengkramannya.




Menggeleng sambil merasakan keringat dingin mulai menyerbu tubuhnya. Napasnyapun mulai tak beraturan beriringan dengan rasa panik dan takut semakin besar mendatanginya. Bibirnya terus bergetar menahan tangisan kendati air matanya selalu turun tanpa dipandu.

"Ampun papa ..." Hanya bisa berlirih di sela-sela tangisan. Ia tak mampu menatap Sang Papa karena rasa takutnya terlalu mendominan. 

"DASAR PEMBUNUH GAK TAU DIRI!" Tidak menghiraukan lirihan Sang putri, Pria tua yang tengah dikuasai amarah itu malah menarik kuat ujung rambut gadis itu membuat dia berteriak kesakitan.





"GARA-GARA KAMU ISTRI SAYA MATI. ANAK SIALAN!"



Gadis itu menggelengkan kepalanya saat Sang Papa mulai mengangkat alat cambuk, tubuhnya jatuh lunglai karena tungkai kakinya melemas saat Sang Papa mulai mencambuknya tanpa ampun. Berkali-kali meminta ampun namun cambukan yang diterima malah semakin sakit terasa.

"INI AJA BELUM CUKUP DIBANDINGKAN RASA SAKIT YANG SAYA RASAKAN SAAT KAMU BUNUH ISTRI SAYA!"

Beringsut mundur walau tahu punggungnya sudah menabrak lemari es di belakang. Terus berusaha untuk melindungi diri dengan cara memeluk diri sendiri. Memejamkan mata dengan tubuh tersentak setiap alat menyakitkan itu menyentuh tubuhnya.

"Maaf pa ..." terus menggeleng sambil berlirih seperti itu kendati tau lirihan itu tidak ada artinya. Sang papa bagaikan tuli pendengaran akan tiap ringisan dan teriakan yang ia keluarkan.

"MAAF KAMU BISA NGEMBALIIN ISTRI SAYA, HAH? ENGGAK KAN?" Berteriak sambil menjambak rambut sang putri tanpa ampun setelah melempar alat cambuknya ke sembarang arah.

"Sakit pa ... ampun ..." berusaha melepaskan tarikan sang papa dari rambutnya. Ia meringis saat pusing mulai menyengat kepalanya.



Belum puas dengan semuanya, pria tua itu menyeret putrinya menuju kamar mandi dengan cara menarik kuat ujung rambutnya. Gadis itu hanya berpasrah diri saat merasakan tubuhnya diseret oleh sang papa, ia sudah tak bisa melawan karena pening sangat mendominasi.


Hanya bisa berharap agar sosok sayap pelindungnya datang.

Dia membulatkan mata saat melihat bathtub sudah terisi air penuh. Tidak ... Ia takut itu. Lebih baik ia dicambuk berulang kali daripada harus ditenggelamkan di sana.

Dia pernah ditenggelamkan di dalam sana. Jika saja seseorang telat datang untuk menolongnya, sudah dipastikan hari ini gadis itu tidak akan mendapat siksaan ini dan tinggal di alam sana menyusul Sang Bunda.


Mata sendu dengan bulir air yang menggenangi area itu menatap Sang Papa dengan gelengan sambil berkata, "Jangan Pa ... Maaf ... ampun Pa ampun ..."

Pria dengan wajah merah penuh amarah itu tak perduli. Dia menarik tubuh putrinya agar masuk ke dalam bathtub, menidurkannya dengan posisi telentang lalu menenggelamkan ke dalam bathtub itu.

Memejamkan mata saat Sang Papa menenggelamkannya lalu kelabakan mencari oksigen saat Sang Papa menarik bahunya agar keluar dari dalam air.

"Pa...Pa am...pun Pa..." terbata-bata mengatakan itu karena sang papa kembali menahan kepalanya di dalam air berulang kali.

Tersenyum miring saat menenggelamkan anaknya di dalam air cukup lama hingga putrinya tak memberi perlawanan lagi.

Kendati begitu, tak dapat dipungkiri ada sedikit perasaan kasihan pada gadis malang ini. Namun mengingat kejadian dulu, rasa dendam tiba-tiba mendominasi hingga rasa kasihan itu memudar.



"ANAK SIALAN! MATI KAMU!" Serunya.



Gadis itu memejamkan matanya. Perlawanan kecilnya seperti berusaha melepaskan cekalan Sang Papa di bahu yang menjadi penahan tubuhnya agar tidak bangun dari dalam air sudah melemah. Ia tak punya tenaga lagi untuk melawan.

Masih terus menahan napas supaya air tidak masuk ke dalam indera penciumannya. Itu satu-satunya cara agar ia dapat bertahan hidup, meski dengan kemungkinan kecil.

Merasa pasokan oksigennya sudah habis, tangan mungilnya meronta-ronta. Gelembung air banyak bermunculan ke permukaan karena ia banyak bergerak di dalam sana.

Dia tidak tahan, dia sudah kehabisan napas. Dia takut, takut akan kemarahan seseorang. Dia takut jika kali ini tak ada yang menolongnya ...



Gadis malang itu selalu berdoa, semoga suatu saat ia dipertemukan dengan seseorang yang bisa membawanya keluar dari kegelapan. Selalu memimpikan seseorang yang datang membawa kebahagiaan untuknya.

Tapi detik ini sepertinya doa dan harapan itu tak akan pernah tercapai karena ia merasa seperti ... Mungkin ini adalah detik-detik terakhirnya.

Ia mengharapkan orang yang biasa datang menolongnya itu tiba, namun ia tahu itu hanya angan-angannya saja.

Memberanikan diri untuk membuka matanya, langit-langit kamar mandi sudah tidak dapat ia lihat dengan jelas lagi. Gadis itu tersenyum simpul meratapi nasibnya.

Ingin sekali bertemu dengan sayap pelindung impiannya, selain Abangnya.




Lalu keningnya berkerut saat wajah seseorang muncul secara tiba-tiba. Langit-langit kamar mandi sudah tak berbentuk dipandangannya, hanya wajah seseorang yang tetlihat sangat jelas.

Wajah seorang pemuda tanpa senyuman dengan tatapan tajam. Entah itu siapa, ia tidak tahu.

Hingga terakhir, ia mendengar seseorang meneriaki namanya beriringan dengan gelap menyerang penglihatannya.








Abangnya telah tiba.




w i s h e s

gimana bab ini?

bingung? atau penasaran?

for next, jadiin bab ini 150 vote + 100 komen ayo🤑

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 161K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
708 138 17
⚠no copas⚠ Teringat sisa memori... Tentang dua atma yang di paksa berhenti karena perasaan yang berbeda. -𝐀ksara 𝐒emesta
5.7M 243K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.3K 2.5K 22
𝑩𝒆𝒓𝒋𝒖𝒕𝒂 π’Œπ’‰π’‚π’šπ’‚π’π’‚π’ π’Šπ’π’…π’‚π’‰ π’…π’Šπ’“π’‚π’π’„π’‚π’π’ˆ π’”π’†π’Žπ’‘π’–π’“π’π’‚ π’…π’Š π’π’•π’‚π’Œ π’ˆπ’‚π’…π’Šπ’” π’“π’†π’Žπ’‚π’‹π’‚ π’šπ’‚π’π’ˆ 𝒃𝒂𝒓𝒖 π’Žπ’†π’π’ˆπ’ŠοΏ½...