Our Family

By RenaAnisa_Azahra

4.5K 372 68

Yuki adalah istri pertamanya. pernikahan mereka karena di dasarkan perjodohan. dan, ia belum benar-benar meny... More

Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22

Chapter 11

163 17 1
By RenaAnisa_Azahra

Pagi kembali tiba. Ren masih memikirkan kejadian itu. Tak bisa lepas dari ingatannya sama sekali, ketika sang Ayah menampar Kakaknya di depan umum. Ia merasa bersalah, karena dirinya Haruka di tampar dengan keras. Bahkan, membuat Yuki, Ibu tirinya kebingungan dan sedih karena sikap Kakaknya yang mengunci dirinya sendiri di kamar. Dan Ren benar-benar merasa bersalah atas itu.
Yuma dan Yuuta juga bahkan menyalahkan dirinya, mereka pikir, Haruka tak akan di tampar, jika Haruka tak membelanya. Namun, Ren bahkan tak meminta tolong pada Haruka. Dan Kakaknya sendiri yang menolongnya, karena muak dengan sikap Ayahnya yang semena-mena terhadap Ren. Ketika Ren meminta maaf pada Yuki karena masalah kemarin, Yuki dengan senyum tak menyalahkan dirinya sama sekali. Itu murni. Dan bukan karena kemauan siapa pun. Jadi, Yuki tak menyalahkan siapa-siapa di sini. Ia hanya sedih akan kondisi putrinya.

Ren naik ke lantai 2. Mencoba membujuk sang Kakak, karena Haruka tak kunjung keluar ketika sarapan. Ia memanggil nama Kakaknya, dan tak ada jawaban sama sekali. Hingga Ren membuka sendiri pintu kamar sang Kakak, dan Ren terkejut, karena pintu itu tak di kunci sama sekali. Dan ia masuk, namun tak menemukan sang Kakak di kamar. Ketika ia masuk ke kamar mandi, ia juga tak menemukan Haruka sama sekali. Ren bingung, kemana perginya sang Kakak pagi-pagi seperti ini? Jika sekolah pun tak mungkin, karena Haruka telah lulus. Apa mungkin, jika Kakaknya itu tengah mencari SMA yang bagus untuk melanjutkan pendidikan? Ren bingung. Ia memutuskan untuk memanggil Yuki.

"Mama Yuki, nee-chan tidak ada di kamar." Katanya  berteriak dari atas.

Yuki yang bingung segera naik ke atas, dan bukan hanya dia saja yang bingung, namun Rena dan Mayu juga bingung. Kemana perginya si putri sulung? Kenapa tak ada di rumah sepagi ini? Dan Jun bahkan tak peduli sama sekali. Begitu juga dengan Annin yang memilih untuk makan terlebih dahulu, ia hanya berpikir, jika sang Kakak keluar rumah dan akan kembali nanti.

"Maksud Ren bagaimana? Nee-chan pergi?"
"Tidak tahu, Mama. Tapi, Ren tidak menemukan Kakak sama sekali."

Yuki masuk bersama Mayu dan Rena, mencoba mencari putrinya. Dan hasilnya sama, ia tak menemukan Haruka sama sekali di kamar. Yuki tak tahu, kemana perginya Haruka pagi-pagi seperti ini? Rencananya ia akan membawa Haruka pergi untuk mencari SMA yang bagus untuk putrinya, namun Haruka justru tak ada pagi-pagi seperti ini.

"Mama, ini ada kertas." Kata Ren membuat Yuki, Mayu dan Rena mendekat ke arahnya. Yuki mengambil lembaran kertas itu. Kertas yang telah ternoda dengan tinta hitam itu, menjadi sebuah kalimat yang panjang. Dan Yuki dengan teliti membaca surat itu. Surat dari sang putri.

Mama, maafkan Haruka. Haruka pergi tanpa pamit sama sekali. Haruka sadar, Haruka sangat nakal. Haruka juga minta maaf, karena Haruka tak bisa tinggal di rumah ini lagi. Yuuta pasti akan menjaga Mama dengan baik. Haruka kecewa pada Papa, dan Haruka tak bisa melihat Ren menderita seperti Haruka dulu. Mungkin, alangkah lebih baiknya Haruka pergi dari sini, asal Papa bisa memperlakukan Ren dengan baik. Toh, Haruka tidak pernah di akui oleh Papa, dan hanya Annin yang di akui oleh Papa sebagai anak perempuannya. Jadi, Haruka memutuskan untuk pergi. Jangan khawatir pada Haruka, Haruka bisa hidup sendiri. Haruka akan mencari sekolah sendiri, mencari tempat tinggal sendiri, dan Haruka akan membuktikan, bahwa Haruka bisa hidup mandiri di luar sana. Haruka harap, Papa berubah dan bisa menerima Mama. Haruka akan selalu berdoa untuk kebahagiaan Mama, dan Mama tak perlu khawatir lagi pada Haruka. Jika Mama bahagia, Haruka juga akan bahagia.
Haruka sayang Mama.

Air matanya menetes, Yuki tak bisa menahan tangisnya. Ia segera membuka lemari, dan lemari itu kosong. Bahkan, tas milik Haruka juga tak ada di tempat. Bahkan juga buku, sandal dan sepatu milik Haruka. Yuki khawatir, bagaimana caranya Haruka hidup di luar sana? Dan bagaimana keuangannya? Yuki tak bisa melepaskan pikirannya dari putri tercintanya. Hidup itu tak mudah, jika Haruka tak bisa melaluinya, Haruka akan cepat menyerah dan Yuki tak bisa membayangkannya sama sekali kehidupan putrinya di luar sana.
Rena dan Mayu berganti membaca surat itu, dan mereka juga sama-sama khawatir. Sementara Mayu menenangkan Yuki, Rena segera keluar dan menemui Jun yang masih bersenang-senang dengan Annin, Yuuta dan Yuma. Ia memberikan surat dari Haruka pada Jun. Jun bingung, namun tetap membaca surat itu. Dan ia terkejut, ketika mengetahui surat itu dari putri pertamanya.

"Dia pergi dari rumah?" Rena mengangguk.
"Kau puas? Ini yang kau mau? Haruka pergi dari rumah."
"Dia tidak akan tahan di luar sana, Rena. Dia pasti akan pulang."
"Bagaimana jika dia tidak pulang? Apa kau tak berniat untuk mencarinya?" Rena menatap Jun dengan wajah penuh amarah.
"Aku yakin dia pasti akan pulang."

***

7 hari ini sudah berlalu. Dan 7 hari pula, Haruka tak juga kembali pulang. Gadis itu benar-benar pergi dan tak kembali sama sekali. Bahkan, Yuki sampai menunggu Haruka di sofa. Tak peduli jika ia kedinginan atau ketiduran. Tak makan atau pun tak minum, terlalu mengkhawatirkan keadaan putrinya yang tak kunjung pulang. Bahkan, Yuki sudah mencarinya, namun hasilnya nihil. Tak ada kabar sama sekali tentang Haruka.
Dan Rena benar-benar khawatir pada Yuki yang seolah menyiksa dirinya sendiri karena Haruka. Dia bahkan sudah membujuk Yuki untuk makan, namun Yuki selalu bilang, jika ia tak lapar atau ia akan makan, jika Haruka pulang. Namun, masalahnya adalah Haruka tak akan kembali. Kecuali, jika Yuki sudah menemukan di mana keberadaan sang putri dan membujuknya untuk pulang.

"Jun, apa kau tak berniat untuk mencari Haruka?" Tanya Rena.
"Dia akan pulang, Rena. Jadi, kita tak perlu mencarinya." Tetap keras kepala. Rena benar-benar kesal mendengarnya.
"Masalahnya ini sudah 7 hari, dan Haruka tak pulang sama sekali."
"Rena, kita hanya butuh waktu untuk dia menyerah dan pulang."

Rena benar-benar tak percaya, jika Jun mempunyai sikap yang keras kepala seperti itu. Dan sama seperti Haruka yang juga keras kepala. Jadi, Rena tahu jika Haruka tak akan pulang, sebelum membuktikan ucapannya sendiri. Karena menurut Rena, Haruka sama seperti Jun. Haruka sama keras kepalanya seperti Ayahnya.

"Jun, aku akan pergi dari rumah ini."
"A-Apa? Maksudmu? Rena, aku tidak mau bercerai denganmu." Kata Jun takut.
"Kita tidak bercerai. Aku hanya ingin pergi bersama Juna dan Ren, dan jangan cari aku selama kau belum berubah dan membagi waktumu dengan Yuki. Jika kau sudah berubah, kau bisa mencariku. Dan ingat, jika kau mencariku selama kau belum berubah, maka aku benar-benar meminta cerai darimu."
"Kau ingin kemana, Rena?"
"Itu bukan urusanmu! Urus saja Yuki terlebih dahulu. Dan jika kau sudah berubah, maka kau bisa mencari dan menjemputku."

Jun tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia kalut, istri yang di sayanginya juga akan pergi dari rumah dan ia tak bisa menerimanya.

"Kapan kau akan pergi?" Rena tak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya melangkah pergi begitu saja, membuat Jun ketakutan. Jun sangat mencintainya, jadi wajar jika Jun takut kehilangan Rena.

Rena menemukan Yuki yang tengah berdiri sambil menatap jendela depan rumah. Mungkin, mengharapkan datangnya Haruka. Dan Rena mendesah, ia kasihan pada Yuki yang terus-menerus menunggu Haruka, tanpa tahu kapan pulangnya si putri sulung.

"Yuki, sebaiknya kau istirahat." Kata Rena.
"Tidak, Rena. Mungkin Haruka akan pulang nanti, kasihan jika tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Aku takut dia kedinginan dan belum makan di luar sana." Rena tak tahu, kenapa Yuki bisa seyakin itu. Darimana Yuki mendapatkan keyakinan seperti itu?
"Yuki, aku tahu perasaanmu. Tapi… percayalah jika Haruka akan baik-baik saja. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Kau tenang, ya?" Yuki hanya diam, dan terus memperhatikan jendela yang memperlihatkan halaman luar itu.

***

"Mama, kita akan pergi kemana?" Tanya Ren, ketika Ibunya tiba-tiba membangunkan dirinya yang masih tertidur. Bahkan, membawa koper dan juga Juna yang berada di gendongannya.
"Kita akan pergi ke rumah Mama. Kita tinggal di sana, ok?"
"Apa Papa tahu jika kita pergi?" Rena tersenyum mendengarnya.
"Tentu, Sayang. Tapi, kita tidak akan memberitahu pada Papa, kita ada di mana. Tapi, kita akan memberitahu suatu saat nanti pada Papa. Papa kita beri waktu untuk berpikir, jika Papa sudah menemukan jawabannya, maka kita akan memberitahu Papa di mana kita berada." Kata Rena menjelaskan.
"Maksud Mama apa?" Ren tak mengerti sama sekali.
"Kau akan mengerti suatu saat nanti, Sayang. Sekarang, bantu Mama untuk mengemasi barangmu."

Ren mengangguk dan membantu Ibunya untuk mengemasi barang miliknya. Setelah semua tertata rapi di dalam koper, Rena menuntun buah hatinya untuk keluar dari rumah. Rena bahkan harus memperhatikan keadaan sekitar, ia takut jika ada yang memergoki dirinya. Hingga Rena membuka pintu rumah, dan kembali menutupnya dengan pelan. Lalu, pergi di saat pengawal dalam keadaan lengah.
Rena berjalan kaki, karena jalan yang sepi. Mungkin, jika matahari sudah terbit, ia akan menggunakan bis untuk pergi. Apalagi, dia merasa kasihan pada Ren yang harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Ren pasti sangat lelah.

"Ren, kau lelah?"
"Tidak, Mama. Ren sudah besar dan harus bisa menjaga Mama dan Juna." Rena tersenyum mendengar ucapan polos dari putranya itu.
"Jika lelah, bilang pada Mama, ya?" Ren mengangguk sambil tersenyum.

***

Jun tak pernah menyangka, jika semalam lah Rena pergi. Memutuskan untuk pergi sendiri. Dan meninggalkan secarik kertas untuknya. Berisikan untuk menerima Yuki, serta berpikir selama Rena pergi. Bahkan, Mayu dan Yuki pun tak menyangka, jika Rena pergi demi kebaikan keluarga mereka. Dan Rena juga menyuruh Jun untuk menemukan putri pertama keluarga Matsui. Haruka adalah putri pertama, dan Haruka adalah permata pertama bagi Matsui. Bahkan, Kakek dan Nenek mereka juga menyayangi Haruka.
Ketika tahu permata pertama menghilang, mareka juga sangat sedih. Membujuk Jun untuk menemukan permata mereka yang hilang. Tak peduli berapa lama untuk menemukannya, mereka tak peduli, yang terpenting permata mereka kembali.

"Rena, kenapa kau pergi secara diam-diam seperti ini? Aku mencintaimu! Maafkan aku, jika aku salah, Sayang."

Satu-satunya cara agar Rena kembali adalah Jun harus bisa berubah, dan kemudian menerima dan mencintai Yuki. Lalu menerima Haruka dan menemukan Haruka dan menemukan Rena. Hanya itu yang bisa Jun lakukan sekarang.
Namun, pertanyaannya adalah, apa Jun bisa berubah sekarang?


TBC

Continue Reading

You'll Also Like

170K 14.5K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
97.9K 16.7K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
59.9K 5.4K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
310K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...