FORCED BRIDE [ENDING]

By yuli_nia

49.7K 5.4K 497

"Menikah denganku," ucap Andreas, penuh penekanan. Lalu, melepaskan cengkeramannya. Zulaikha menggeleng. Baga... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Playbook Forced Bride

Part 11

1.2K 145 15
By yuli_nia

"Ibu pasti akan sangat merindukanmu, Kha. Kamu baik-baik kalau sudah di luar negeri, ya.”

Zulaikha berhenti melangkah. Ia menyerongkan tubuh lalu memeluk sang ibu. Tadi pagi, selesai sarapan Andreas memberitahu akan membawa dirinya ke Italia dan tinggal di sana dengan kurun waktu cukup lama. Namun Zulaikha yakin, itu hanya akal-akalan lelaki itu saja agar ibunya tidak bisa menemui dirinya lagi setelah ini. Masih ingat bukan, aturan yang ditetapkan Andreas? Ia tidak boleh keluar rumah tanpa izinnya.

Memandangi hamparan kebun teh yang terlihat sayup-sayup karena langit mulai menunjukkan warna jingga, mata Zulaikha berkaca-kaca. Rasanya, hidup semakin tak adil untuk dirinya dan ia merasa seperti boneka hidup, dengan alur kehidupan yang ditentukan oleh Andreas.

"Maafin Ikha, Bu," ucap Zulaikha lirih. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Air mata kini meluruh tanpa bisa dibendung. Jika saja Tama dan Edward tidak mengikutinya, mungkin ia bisa membawa lari ibunya dan bersembunyi. Namun, ternyata egonya kalah oleh keadaan. Ia juga memikirkan keselamatan sang ibu yang memiliki riwayat penyakit asma, tidak boleh kelelahan.

"Kamu tidak perlu meminta maaf, Sayang. Ibu meridhoi kepergian kalian ke luar negeri. Kamu sudah menjadi seorang istri, sudah sepatutnya patuh kepada suami. Mungkin, ini juga yang menjadi alasan Andreas cepat-cepat menikahimu, karena ingin ada yang mendampinginya saat pergi ke luar negeri. Apalagi dengan waktu yang lama," tutur Rita lembut, sambil mengusap punggung anaknya naik turun.

Zulaikha yang mendengar hanya diam, menangis, dan terisak lirih. 'Andreas tidak sebaik yang Ibu pikirkan. Andai aku punya daya untuk melawan dan pergi dari kehidupannya, aku akan melakukan itu, Bu. Aku akan pergi jauh darinya. Tapi, di sini ... Ibu yang menjadi kelemahanku. Aku tidak mungkin membiarkan bajingan itu mencelakai Ibu.'

"Ikha sayang, Ibu. Sayang banget." Dengan suara sumbang, Zulaikha berucap.

"Ibu tahu." Rita mengangguk paham. "Kamu pasti sangat keberetan untuk ikut Andreas. Tapi, Ibu percaya, dia lelaki yang bertanggung jawab dan akan menjagamu dengan baik di sana. Jangan sedih, Ibu juga akan baik-baik saja di rumah."

"Maafin Ikha." Lagi, Zulaikha meminta maaf. Rasa bersalah merayap dalam dada. Demi melihat ibunya bahagia, ia harus melakukan kebohongan besar dan menutupi semua masalah yang menimpa dirinya.

'Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sedihnya Ibu kalau tahu kenyataannya. Aku hanya takut penyakit Ibu semakin parah. Jujur, aku belum siap kalau kehilangan Ibu untuk selama-selamanya, apalagi karena aku,' batin Zulaikha, semakin menyembunyikan kepala ke ceruk wanita paruh baya itu.

Tama dan Edward hanya diam menatap kepiluan antara ibu dan anak itu. Mendengar Zulaikha menangis terisak dalam dekapan sang ibu, rasa iba menyentuh hati Tama teringat akan masa lalunya yang kelam.

'Setegas apa pun dirimu yang suka melawan dan berani menantang Tuan Andreas, aku tahu sebenarnya kamu sangat rapuh, Kha,' batin Tama.

Untuk mengalihkan rasa ibanya, Tama berdeham lalu berucap, "Udara semakin dingin, Nona. Sebaiknya balik ke resort sekarang.”

Zulaikha masih terisak. Ia mengurai pelukan, lalu menatap lekat-lekat wajah ibunya sambil membatin, 'Entah kapan aku bisa menatap dan memelukmu lagi, Bu. Doakan Ikha semoga masalah ini cepat selesai dengan kesadaran Andreas.'

"Jangan menangis, Nak. Wajahmu semakin jelek dengan mata sembab ini," ledek Rita, dibarengi kekehan. Kedua tangannya bergerak mengusap bekas air mata di pipi Zulaikha sangat perhatian.

"Tidak malu dilihat dua ajudanmu ini, hem? Udah gede, masa anak Ibu masih suka cengeng," ucap Rita lagi, lalu mengecup kening Zulaikha dengan penuh kasih sayang.

Melihat itu, hati Tama berdenyut ngilu. 'Wanita yang melahirkannya begitu menyayangi dia. Memperlakukannya penuh kasih sayang dan sangat lembut. Tapi, orang lain ... dengan ringannya tangan bermain untuk melukai.'

***

"Istrimu cantik, Dude. Sangat disayangkan kamu menyia-nyiakan dia. Kalau tidak mau, mending kasih aku saja. Aku tidak menolak."

Andreas melempar putung rokok ke asbak kaca setelah isapan terakhir. Ia menyandarkan punggung pada sofa lalu mengembuskan asapnya membentuk huruf O. Ia mengamati sampai asap itu memudar dan menghilang perlahan. Kemudian, menoleh ke arah kiri, menatap Tomi yang duduk di sebelahnya dengan seputung rokok terselip di sela jari tangan kanan.

Memerhatikan sahabatnya dalam-dalam, Andreas berucap serius, "Cantik itu relatif, Tom, karena kodratnya seorang wanita. Tapi, tetap saja dia yang membunuh Mamaku. Kebencianku sudah mendarah daging. Aku hanya ingin menjalankan misiku. Menghancurkan dia sampai ke relung hatinya, supaya tahu bagaimana rasa sakit hatiku ditinggal orang yang paling penting dan berharga dalam hidup."

"Kalau gitu bagi saja ke aku. Kamu menyerahkan istrimu ke aku, dan aku akan memberikan salah satu sahamku yang menjadi incaranmu itu."

Mendengar ide gila sahabatnya, Andreas menatapnya tajam. "Dan kamu akan memberi kebesan untuknya? Tidak akan. Itu sama saja aku memberi celah untuknya terbebas dari hukumanku."

"Oh, ayolah. Daripada dianggurin. Dia bisa menjadi teman tidurku. Aku bisa memakainya setiap malam dan mengurangi uang jajanku untuk membeli jalang-jalang di kelabnya Eros ini."

"Tidak ada bedanya. Kamu bahkan akan menukarnya dengan saham yang bernilai miliyaran."

"Tapi, sungguh, Dude. Aku menginginkan dia. Kalau kamu berubah pikiran, tawaran itu masih berlaku sampai kapan pun." Tomi memainkan alis naik-turun, menatap jahil Andreas.

"Pesona istrimu sangat berbeda dari perempuan-perempuan yang sering kukencani. Aku pikir wajahnya ndeso dan biasa-biasa saja, karena kamu bilang dia perantau dari kampung. Tapi, saat aku perhatikan di pesta pernikahanmu kemarin, ternyata ada campuran wajah orang barat. Tidak seratus persen lokal," ucap Tomi lagi.

Andreas mengubah posisi duduk sembari bersedekap. Tatapannya tertuju pada bungkus rokok yang tergeletak di meja kaca depannya. Sedangkan pikiran berlarian membayangkan wajah Zulaikha dari bibirnya yang tipis, hidung mancung, dagu lancip, dan bulu mata yang lentik alami. Memang benar, wajah perempuan itu tidak seratus persen lokal, ada campuran darah orang barat.

"Tapi, ibunya lokal banget. Masih tetap cantik, sih, walaupun sudah mulai menua," celetuk Andreas, tanpa mengalihkan pandangan.

"Bisa jadi bapaknya impor dari luar negeri seperti dirimu. Iya, 'kan?"

Andreas mengiyakan. "Memperbaiki keturunan memang."

"Apalagi nanti kalau kamu memiliki anak darinya. Keturunan yang tidak akan gagal."

"Sayangnya aku tidak akan meninggalkan benih di rahimnya."

"Sungguh? Kamu tidak tergoda dengannya?"

"Tidak," jawab Andreas cepat.

"Aku tidak percaya. Nyatanya, kamu tidak rela berbagi denganku," ledek Tomi. Ia menaruh putung rokok ke asbak setelah hisapan terakhir.

"Dia tawananku."

"Berani taruhan apa kalau dia sampai hamil anakmu?" tantang Tomi.

"Restoran di Bali, aku berikan salah satunya untukmu?"

"Really?" Kedua mata Tomi berbinar cerah.

"Yes," balas Andreas tanpa keraguan.

Tomi menegakkan posisi duduk. Dengan penuh semangat ia mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Andreas, yang langsung dibalas.

"Deal."

"Deal."

"Oke. Aku tidak jadi mengambil milikmu. Tapi, aku akan menantikan kabar kalau istrimu bakal hamil anakmu." Tomi tersenyum meledek.

"Dan itu tidak akan terjadi, Dude."

"Perlu hitam di atas putih. Aku akan membuat besok."

Pembicaraan mereka terhenti saat pintu ruang VIP kelab terbuka. Eros masuk, masih rapi dengan jas hitam yang menutupi kemeja putih.

"Pengantin baru masih betah di sini. Sudah jam delapan malam padahal," ucap lelaki itu, sambil melangkah menghampiri Andreas dan Tomi.

"Tepat waktu sekali kamu datang. Bisa jadi saksi antara aku dan Andreas." Tomi berucap semangat.

Eros mengenyakkan pantat di sofa tunggal. Ia bertanya penasaran, "Saksi apa?"

"Aku dan Andreas ada taruhan. Kalau dia sampai bisa menghamili istrinya, salah satu restorannya yang di Bali akan menjadi milikku."

Eros mengernyit heran. Ia bertanya lagi, "Kenapa bisa?"

"Kamu tidak lupa, 'kan, motif Andreas menikahi perempuan itu?"

Eros mengangguk. "Balas dendam kematian Mamanya."

Tomi menjetikkan jari, lalu berseru, "Betul!"

"Lalu?"

"Katanya dia tidak akan meninggalkan benih di rahim Zul, karena perempuan itu hanya menjadi tawanannya saja. Tapi, apa kamu percaya omongan si kaku ini?" Tomi menunjuk Andreas, lalu melanjutkan ucapannya lagi, "Kalau aku tidak. Makanya dia menawarkan salah satu restorannya untukku kalau sampai Zul hamil anaknya."

Mendengar penjelasan Tomi, Eros tergelak. "Oke. Aku setuju. Dan aku berada di pihak Tomi. Tidak yakin kalau Andreas betah nahan gairah tanpa meninggalkan benihnya di rahim Zul. Secara, perempuan itu lebih cantik, sexy, dan aduhai, daripada Olivia si triplek."

"Kalian berdua menantangku? Baiklah."

"Yes! Restoran, Bro." Tomi terbahak gembira.

***

Malam semakin larut, Andreas masih berada di perjalanan menuju resortnya. Sembari menyetir, lelaki itu memikirkan obrolan tadi saat bersama kedua sahabatnya. Tidak menghamili Zulaikha, itu tantangan untuk dirinya.

"Apa aku harus memakai pengaman saat bercinta?" tanyanya pada diri sendiri, sambil mengetuk-ngetukkan jemari ke setir.

"Yeah, sepertinya memang harus begitu. Bagaimana pun juga aku lelaki normal yang punya gairah terhadap wanita. Apalagi dengan Zulaikha. Pantas kalau Eros dan Tomi juga mengagumi, perempuan itu memang sangat menggoda," gumamnya lagi, dengan pandangan fokus ke jalanan yang menanjak dan berliku.

Lima belas menit kemudian, ia sampai di resort. Suasana sudah sepi di luar, hanya ada satpam yang berjaga sambil berkeliling. Setelah memarkirkan mobil di antara mobil-mobil lain dari para pengunjung, Andreas keluar yang langsung terkena terpaan angin malam. Ia merapatkan mantel ketika dinginnya menyusup mengenai kulit, yang berhasil membuatnya agak merinding.

Melangkah dengan gaya wibawanya, ia memasuki lobi resort yang memiliki interior klasik bercampur modern. Dilengkapi dengan pajangan patung juga tanaman daun di pot yang terpapar pencahayaan lampu, lobby itu terkesan mewah nan segar jika dipandang.

"Malam, Pak." Dua orang resepsionis menyapanya.

Andreas hanya membalas dengan anggukan sambil terus melangkah. Resort yang memiliki sembilan bangunan masing-masing lima lantai itu membentuk leter U. Tengah-tengahnya terdapat taman lumayan luas, tempat santai dilengkapi kafe bernuansa outdoor, taman bermain, dan kolam renang, yang menghadap ke kebun teh dan pegunungan.

Melewati taman untuk menuju bangunan nomor enam tempatnya menginap, Andreas mengitari pandangannya ke sekitar. Mencari sosok perempuan yang kemarin malam ia temukan di dekat kolam renang. Namun, malam ini tidak ada. 'Sudah tidur mungkin,' batinnya.

Sampainya di kamar, ia menemukan Zulaikha sudah terlelap di ranjang dengan posisi miring. Ia mendekat, berjongkok di depannya. Mengamati wajah sang istri, tatapannya jatuh pada mata yang terlihat sembab. Ada jejak basah di bantalnya.

"Hari ini aku tidak menyiksamu. Hal apa yang membuatmu menangis, Zul?" gumamnya lembut.

Andreas mengangkat tangan hendak mengusap kepala Zulaikha. Namun, ia urungkan. Ia memutuskan pergi ke kamar mandi membersihkan diri, lalu beranjak berdiri. Sebelum berlalu ia menunduk, mengecup puncak kepala perempuan itu sangat hati-hati. Bahkan hanya menempel samar di bibirnya. Entah apa yang membuatnya terdorong untuk melakukan itu, ia hanya mengikuti naluri hati saja.











Continue Reading

You'll Also Like

737K 37.1K 37
Kaylita Arundya bangun pada suatu pagi dan kehilangan bayi yang baru semalam dilahirkannya. Ia harus mendapat uang untuk bisa merebut kembali bayi i...
248K 1K 4
Ini bukan kisah cinta Romeo-Juliet dan ini juga bukan kisah cinta abadi Jack dan Rose. Ini kisah cinta Dika dan Meisya, dua manusia yang notabene tid...
183K 16.3K 31
Mengapa Daryl dingin seperti itu? Apa salah Rossalin? Katanya cinta, tapi yang diberi hanya bingung dan air mata. Rossalin itu orangnya hangat, suka...
42.3K 3.2K 18
[DRAMIONE FANFICTION] ○Character Belong To Jk. Rowling○ ===== Kelahiran Putra pertama Draco-Scorpius menjadi hal yang membahagiakan sekaligus menyedi...