Gone With The Wind

By voscherie

63.5K 6.6K 5.3K

What would happen if you fall in love with the right person at the wrong time? How does it feel when you have... More

Cast
1 : Reckless Behavior
2 : Troublesome Girl
3 : Annoying Mr. Psychiatrist
4 : Secret Mission
5 : Agreement
6 : Ordinary Human
7 : Assistance
8 : Secret Place
9 : Holding Hands
10 : Singing Contest
11 : Amateur Models
12 : Another Girl
13 : Nursing Him
14 : Insecurity
15 : Wrong Move
16 : All of a Sudden
17 : Slip of Tongue
18 : Realization
19 : Unexpected
20 : Confession
22 : More Than Words
23 : First Vacay
24 : Overcoming Jealousy
25 : Promises
26 : His Ex
27 : Unrevealed
28 : Decision
29 : Triple Date
30 : Stay with Me
31 : You Are The Reason
32: Truth Be Told
33: Gone With The Wind
34: Yesterday's Tomorrow
35: We Belong Together [END]
🍼 𝑫𝒂𝒅𝒅𝒚'𝒔 𝑫𝒆𝒂𝒓 👶

21 : Committed Relationship

1.5K 177 308
By voscherie

***
"Love works in miracles every day: such as weakening the strong, and stretching the weak; making fools of the wise, and wise men of fools; favouring the passions, destroying reason, and in a word, turning everything topsy-turvy."

- Margaret of Valois -

***

•••


Suara merdu Adam Levine yang sedang menyanyikan lagu berjudul Sunday Morning membangunkan Kiara dari tidurnya. Kiara mengambil ponsel yang ia taruh di meja kecil samping tempat tidurnya, kemudian ia menyipitkan matanya untuk melihat caller id yang terpampang di layar ponsel tersebut.

"Halo..." ucapnya setelah menerima panggilan tersebut.

"Halo, Ra?"

"Iya kenapa, Kak?"

Sekilas Kiara dapat mendengar samar-samar suara pemberitahuan yang menginformasikan jadwal keberangkatan penerbangan, sebelum ia kembali mendengar suara kakaknya di ujung sana.

"Sekarang kakak lagi transit di Istanbul Turki, nanti kakak sampai di Jakarta sekitar jam setengah 5 sore ya."

Kiara melirik jam yang terpajang di dinding kamarnya, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5 pagi.

"Oke, Kak."

"Jangan lupa rencana kita ya..."

"Iya, iya."

"Ya udah sana kamu istirahat lagi, kakak tutup ya."

"Hu-uh... hati-hati Kak, see you."

Begitu sambungan telepon ditutup, Kiara mulai merenggangkan badannya yang terasa sedikit pegal. Kemarin ia baru bisa tidur jam satu malam setelah menghabiskan waktu bersama Hiro. Kiara kembali memejamkan matanya sejenak sampai alarmnya berbunyi 25 menit kemudian. Setelah mematikan alarmnya, Kiara langsung beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selesai mandi, Kiara langsung berjalan menuju meja rias untuk mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. Saat Kiara melihat pantulan wajahnya di cermin, ia langsung menyentuh bibirnya yang terlihat sedikit bengkak. Seketika itu juga, ia langsung teringat pada kejadian semalam hingga membuat wajahnya terasa panas.

Kiara buru-buru menepis ingatannya itu dan mulai mengeringkan rambutnya kembali. Setelah rambutnya kering, ia kembali berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan hari ini. Hari ini, Kiara memiliki janji untuk datang ke rumah Irina pada pukul 9 pagi, jadi ia pun memutuskan untuk memakai baju santai terlebih dahulu agar baju perginya tidak lecek.

Beberapa menit kemudian, Kiara menuruni tangga dan langsung berjalan menuju dapurnya. Seperti biasa, ia akan membuat sarapan terlebih dahulu agar nanti ia tidak kelaparan saat dalam perjalanan menuju rumah Irina.

Saat sudah sampai di depan kulkas, Kiara langsung mengambil bahan-bahan yang ia perlukan untuk membuat sup krim jagung. Setelah merebus air kaldu di dalam panci, Kiara menumis bawang bombay sampai harum lalu memasukkannya ke dalam kuah kaldu itu. Kemudian Kiara juga memasukkan jagung manis kalengan, sweet corn cream, dan daging ayam yang sudah direbus dan dipotong kecil-kecil ke dalamnya. Setelah menunggu beberapa menit, ia menambahkan bumbu-seperti gula, lada, garam-hingga rasanya pas. Langkah terakhir yang ia lakukan adalah menambahkan tepung maizena yang sudah dilarukan ke dalam panci tersebut agar kuahnya mengental.

Saat Kiara baru selesai menuangkan sup krim jagung tersebut ke dalam mangkuk. Tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluk tubuhnya dari belakang, kemudian ia juga merasakan pipinya dikecup berulang kali oleh si pelaku.

"Good morning, kesayangan aku."

Mendengar bisikkan itu di telinganya membuat semburat merah kembali menghiasi wajah Kiara. Kiara pun berusaha melepaskan tangan yang melingkari perutnya itu karena ia merasa kegelian.

"Lepasin ih, geli tau."

"Gak mau, sampai kamu bales manggil aku sayang."

Kiara memutar bola matanya, sejak semalam pria itu tak berhenti memintanya untuk memanggil dengan sebutan itu. Bukannya tak mau, tapi Kiara masih merasa belum siap, bahkan gadis itu belum menyatakan perasaannya selain ucapan 'ya' ketika pria itu meminta izin untuk mendekatinya. Dia sendiri juga bingung hubungan macam apa yang saat ini ia jalani dengan pria itu.

Kalau sudah seperti ini Kiara harus mengeluarkan satu jurus andalannya, yaitu counter attack. Akhirnya ia menolehkan kepalanya ke samping dan balas mengecup pipi pria itu dengan cepat. Hingga membuat kedua tangan yang memeluk tubuhnya terlepas, karena pria itu beralih menyentuh pipinya sendiri yang mulai memerah.

Unpredictable, satu kata yang bisa mewakili perbuatan seorang Kiara Juliana di mata Hiro Delvino.

"Udah sana, duduk di meja makan, sarapannya udah siap."

Hiro akhirnya menuruti perintah Kiara tanpa bantahan, masih sambil menangkup pipinya dengan mulut yang menganga lebar. Kiara pun berusaha menahan tawanya, siapa yang akan menyangka bahwa pria seperti Hiro bisa langsung speechless hanya karena mendapatkan ciuman di pipinya. Diam-diam Kiara merasa bangga, karena hanya dirinya lah yang mempunyai kewenangan untuk melakukan hal itu padanya.

Semalam mereka berdua mengobrol hingga larut malam di ruang tengah, lalu akhirnya Kiara meminta Hiro untuk tidur di dalam kamar tamu karena ia tidak mau Hiro menyetir kendaraan dalam keadaan mengantuk.

Kiara memperhatikan penampilan pria itu dari atas sampai bawah, lalu senyuman di wajahnya kian melebar. Pria itu terlihat lucu saat mengenakan piyama tidur milik kakaknya, mungkin karena ukuran bahunya lebih lebar dan kakinya lebih panjang, sehingga piyama itu terlihat kekecilan.

"Kamu mau minum apa? Aku mau nyeduh susu."

"Samain aja kalau gitu, yang."

Yang yang yang pale lu peyang...

Selesai menyeduh susu, Kiara membawa makanan dan minuman itu menggunakan nampan, lalu menaruhnya di atas meja makan tepat di hadapan Hiro yang sejak tadi tak berhenti memandangi wajah Kiara.

"Kamu kapan lulusnya sih?" Tanya Hiro setelah ia menelan suapan pertama sup krim jagung buatan Kiara.

"Abis selesai ngegarap skripsi lah."

Mata Hiro langsung berbinar mendengarnya. "Kalau gitu bikin skripsinya sekarang aja, nanti aku bantuin biar cepet selesai."

"Mana bisa gitu, mulainya itu harus serempak sama temen seangkatan yang lain."

Kalau boleh duluan sih Kiara juga mau, biar cepet lulus.

"Yah, masih lama dong berarti." Hiro langsung menekuk wajahnya seperti anak kecil.

"Semester depan kan mulainya tiga bulan lagi, gak lama lah berarti. Kenapa malah kamu yang jadi gak sabaran, hmm?"

Hiro menghembuskan nafas dengan berat. Lalu ia menatap Kiara sambil menampilkan cengiran khasnya jika akan menggoda Kiara.

"Aku pengen nikahin kamu soalnya."

Hampir saja Kiara menyemburkan susunya, kalau saja ia tidak cepat-cepat menutup mulutnya rapat-rapat. Kiara masih tidak percaya dengan apa yang didengar oleh telinganya barusan.

Apa? Nikah? Dikira nikah itu segampang main rumah-rumahan apa.

"Ngasal aja kamu itu kalo ngomong."

Hiro masih menatap Kiara, namun kali ini raut wajahnya terlihat serius. "Aku gak bercanda. Bulan depan umurku udah 26 tahun, dan umur kamu bulan Oktober nanti juga udah 22 tahun kan? Mau nunggu apa lagi?"

Kiara melupakan fakta bahwa pria yang ada dihadapannya ini bukan bocah ingusan seperti teman-teman seumurannya. Hiro sudah memasuki umur yang ideal untuk membangun rumah tangga, ditambah lagi perihal ekonomi juga sudah bisa dikatakan mapan. Tunggu apa lagi?

"Kamu yakin gak mau cari wanita yang lebih baik lagi dari aku? Serius mau jalanin hidup berdua sama aku?"

"I'm serious as a heart attack. Bagi aku kamu yang terbaik, dan aku hanya mau kamu yang mendampingi aku sampai tua nanti."

Kiara tertegun mendengar ucapan Hiro yang terlihat sungguh-sungguh itu. Tapi jujur saja dia masih muda, belum kepikiran sama sekali untuk membangun rumah tangga. Jangankan menikah, mikirin urusan skripsi saja dia sudah kalang kabut, padahal Bab 1 pun belum ia buat.

Melihat ekspresi gadis itu langsung membuat Hiro merasa bersalah. "Maaf kalau kesannya aku terlalu terburu-buru, aku gak akan maksa kamu. Belum saatnya juga kita bahas masalah ini."

Kiara hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu, mereka berdua kembali menyantap sarapan mereka dalam keheningan, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.

•••


Selesai makan dan mencuci piring kotor bersama, Hiro langsung mandi dan mengganti bajunya dengan baju yang selalu ia bawa di dalam mobilnya untuk berjaga-jaga.

Kiara masih memiliki sisa waktu satu setengah jam sebelum ia berangkat ke rumah Irina. Saat ini Kiara sedang rebahan di atas sofa sambil menonton acara kartun di televisi, sedangkan Hiro sedang duduk sambil memangku kepala Kiara.


"Kak..." ucap Kiara sambil membalikkan badannya agar bisa menatap Hiro dengan leluasa.

"Hmm?"

"Aku boleh tanya sesuatu gak?"

Hiro menundukkan wajahnya untuk menatap Kiara. "Boleh lah, kamu mau tanya apa emangnya?"

"Engg... kalau boleh tau... apa sih yang bikin kamu suka sama aku?"

Hiro pun tersenyum lalu ia membelai rambut gadis yang disayanginya itu dengan lembut.

"Semuanya."

Kiara mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?"

Hiro menghela nafas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan, bersiap untuk menjelaskan pada gadis itu apa saja yang ia sukai darinya.

"Aku suka sama semua yang ada di diri kamu, Kiara. Senyum kamu, sifat kamu, kebaikan hati kamu, kepedulian kamu, ketidakegoisan kamu, walaupun kamu sering nyuekin aku, jutekin aku, dan bikin aku kesel tapi kamu satu-satunya yang bisa buat aku merasa nyaman."

"Masa sih?"

"Iya, sayang."

Sepertinya Kiara tidak akan terbiasa mendengar panggilan itu. Buktinya saat ini jantungnya langsung berdegup dengan kencang. Namun ia tidak keberatan, karena hal itulah yang membuatnya merasa bahagia.

Kiara mengulurkan sebelah tangannya untuk menangkup wajah pria itu. "Aku gak tau harus bilang apa, tapi makasih ya-"

"Makasih aja?" Tanya Hiro memotong perkataan Kiara sambil menaikkan sebelah alisnya.

Kening Kiara kembali mengerut karena tidak paham akan maksud pria itu barusan. Akhirnya Hiro pun memberi kode sambil menunjuk bibirnya lalu bibir Kiara. Setelah mengerti maksud perkataan Hiro, perlahan Kiara langsung menarik kepala pria itu untuk mendekat ke wajahnya. Hal tersebut membuat Hiro memejamkan matanya tepat sebelum ia merasakan bibirnya menyentuh sesuatu yang hangat.

Ketika Hiro membuka matanya kembali, ia merasa terkejut saat melihat tangan wanita itu sedang menangkup bibirnya, menghalanginya dari menyentuh bibir gadis itu, kemudian Kiara mendorong kepala Hiro agar kembali tegap.

Kiara pun tertawa melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Hiro barusan. Ia memang sengaja memancing pria itu agar bisa mengerjainya.

"That's a punishment for you, because you have stolen my first kiss without my consent, you coward!" Kiara menjulurkan lidahnya untuk mengejek pria itu.

Hiro menatap tajam gadis di pangkuannya itu lalu tanpa menunggu lama ia langsung mengelitiki perut Kiara untuk membalaskan dendamnya. Tubuh Kiara menggelinjang karena kegelian, ia berusaha menjauhkan tangan Hiro agar berhenti mengelitikinya.

"Lepasin gak? Geli tau!"

Hiro tertawa puas saat ia melihat Kiara kewalahan. Setelah melepaskan tangannya, Hiro kembali menunduk untuk mencium kening Kiara. "Makanya jangan nakal, sayang."

Kiara hanya mencebikkan bibirnya walau dalam hati ia merasa berbunga-bunga. Sebagai seorang wanita, siapa sih yang tidak bahagia bila diperlakukan semanis itu? Bukan salah Kiara kalau makin hari ia makin menyukai Hiro, walaupun ia belum berani menyatakannya secara langsung.

"Kamu beneran mau dateng nanti?"

"Iya, gak apa-apa kan kalau aku dateng?" Hiro balik bertanya.

"Gak apa-apa lah, tapi kamu yakin? Soalnya nanti kan ada Kak Dera..."

Hiro tersenyum ketika memahami maksud perkataan Kiara. "Justru itu, aku mau ketemu kakak kamu dan mengenalkan diri sebagai pasangan kamu, biar kita gak perlu backstreet."

"E‐emang kita pacaran?" Akhirnya Kiara berani menanyakan hal itu pada Hiro.

Hiro menatap Kiara dengan kening yang mengerut. "Bukannya aku udah bilang kalau aku sayang sama kamu?"

"Tapi kamu kan gak minta aku jadi pacar kamu." Balas Kiara dengan wajah polosnya itu.

"Emang aku gak minta kamu jadi pacar aku, kita gak pacaran karena aku gak mau ada kata putus di antara kita."

Kiara semakin bingung dengan maksud perkataan Hiro barusan. "Jadi kita ini apa?"

"Kiara sayang, kita ini bukan lagi anak remaja jadi label 'pacaran' udah gak cocok untuk mendefinisikan hubungan kita..." Hiro menjeda kalimatnya sejenak untuk menemukan kata yang tepat dalam mengartikan hubungan mereka saat ini. "Aku lebih suka menyebut hubungan kita ini sebagai committed relationship. Kita berdua sama-sama berkomitmen dalam hubungan ini, saling berusaha mengenal satu sama lain lebih dalam lagi, sebelum nantinya kita berdua sama-sama yakin untuk melanjutkan hubungan ini ke tahap yang lebih serius."

Kiara terkesima dengan penuturan Hiro barusan, ternyata pria itu juga bisa berpikiran dewasa. Dan Kiara setuju, bahwa tak perlu ada label pacaran di antara mereka berdua, rasanya seperti ini saja cukup. Saling menyayangi dan saling mengasihi satu sama lain.

"Saat ini yang perlu kamu tau, aku bener-bener sayang sama kamu, dan aku serius menjalani hubungan ini sama kamu, Kiara."

Kiara pun menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum pada pria itu.

•••

Kini Kiara sudah sampai di depan rumah Irina yang terletak di kawasan Kemang. Tentu saja ia pergi dengan diantar oleh Hiro, karena pria itu tidak menginginkan gadisnya itu naik kendaraan umum.

Saat Kiara mulai membuka pintu mobil, Hiro langsung mengulurkan tangannya pada Kiara membuat gadis itu merasa heran seketika.

"Salim dulu sini sama Aa," ucap Hiro sambil tersenyum tengil.

Kiara pun tertawa mendengar perkataan Hiro yang sangat cringy itu. Namun karena pria itu sudah membuatnya bahagia, jadi tidak ada salahnya bukan untuk memberinya reward?

Kiara pun menyalimi tangan Hiro lalu menempelkan hidungnya pada punggung tangan pria itu, layaknya seorang istri yang pamit pada suaminya. Setelah itu ia langsung keluar dari dalam mobil dan menutup pintunya. Meninggalkan Hiro yang masih terdiam menatap punggung Kiara yang kian menjauh.

Sial, tiap gue niat godain, malah gue yang deg-degan sendiri jadinya.

•••

Sudah hampir tiga jam Kiara, Irina, dan Syila berjibaku di dapur kediaman rumah Irina. Saat ini Kiara sedang membuat perkedel kentang, tepat di sampingnya terdapat Syila yang sedang menanak nasi kuning, sedangkan Irina saat ini tengah memotong telur dadar gulung di bagian kitchen bar. Mereka bertiga sudah selesai membuat sebagian lauk seperti ayam goreng serundeng, urap, balado kentang, sambel goreng ati, bihun goreng, tahu, tempe, serta lalapan.

Sedangkan Bianca masih terlihat sibuk mengurus dekorasi di taman belakang dibantu oleh adik Irina yang bernama Lily. Tadi pagi Sella sempat mampir sebentar untuk memberikan alat-alat hiasan dekorasi yang sudah ia siapkan.

Waktu menunjukkan pukul 2 siang ketika para koki cantik selesai menyusun tumpeng dan lauk pauknya di atas meja makan. Kiara langsung tergelepar di atas sofa, karena energinya sudah terkuras banyak seharian ini. Begitu juga dengan Syila yang kini mengambil tempat duduk di samping Kiara, sedangkan Irina memutuskan untuk mandi lagi karena badannya terasa lengket.

Syila menatap Kiara yang tengah memejamkan matanya di sampingnya. Ia tersenyum melihatnya, siapa sangka bahwa Kiara benar-benar berbakat dalam urusan memasak. Bagaimana tidak? Hampir 85% lauk yang mereka buat hari ini merupakan hasil karya Kiara, selebihnya Irina dan Syila hanya membantu mengolah bahan-bahannya.

"Ra..."

Hening sesaat sebelum Kiara kembali membuka matanya dan menatap Syila. "Iya, Kak?"

"Nanti jadi kan rencananya?"

Tadi sebelum mereka mulai memasak, Kiara sempat memberitahu rencananya untuk memberi surprise ulang tahun kepada Irina, saat calon kakak iparnya itu masih sibuk menyiapkan peralatan masak di dapur. Syila pun setuju untuk membantu agar rencana Kiara berjalan dengan lancar.

"Jadi dong Kak, aku tinggal nunggu Kak-eh maksudnya tunggu Dokter Hiro dateng ke sini. Soalnya dia yang bawa barang-barangnya."

Mendengar nama salah satu mentornya disebut oleh Kiara, Syila pun tersenyum jahil. "Hmm... kayaknya hubungan kamu sama Dokter Hiro udah makin deket aja ya." Goda Syila yang tak bisa menahan tawanya ketika melihat wajah Kiara tiba-tiba merona.

"Eng-enggak kok, Kak. Biasa aja..." jawab Kiara malu-malu.

Syila menghela nafasnya, tiba-tiba ia teringat akan kisah cintanya sendiri yang bertepuk sebelah tangan. "Kamu beruntung Ra, kalian berdua keliatan banget saling menyayangi satu sama lain. Sedangkan orang yang aku suka saat ini malah menyukai orang lain."

Kiara mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti maksud kata-kata Syila barusan.

Jangan-jangan yang dimaksud Kak Syila itu... Dokter Hiro lagi?

"Tenang aja, bukan Dokter Hiro kok," ucap Syila seolah dapat membaca pikirannya.

"Eh? ... gitu ya kak."

Syila kembali tersenyum ketika melihat Kiara salah tingkah. "Ya udah kalau gitu aku ke taman belakang dulu ya, Ra."

"Oke, Kak..."

•••

Dua jam kemudian terdengar suara bel di kediaman rumah Irina. Kiara pun berjalan mendekati interkom untuk melihat siapa yang datang. Begitu Kiara melihat wajah Hiro, ia langsung menekan tombol untuk membuka kunci pintu, dan berbicara melalui interkom tersebut agar Hiro segera masuk ke dalam.

"Yang lain kemana?" Tanya Hiro begitu masuk ke dalam rumah Irina.

"Kak Irina dan Kak Syila lagi ke bandara, jemput Kak Dera dan Kak Dio. Bianca pulang dulu sebentar mau ganti baju katanya nanti kesini lagi bareng Kak Rafael. Adiknya Kak Irina pergi entah kemana."

"Kamu sendirian doang di sini?"

"Iya, Kak."

Hiro mengangguk paham, lalu tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. "Oh iya... kue dan barang-barang kamu masih di dalem mobil aku, kamu tunggu aja di sini ya, aku ambil dulu."

"Oke."

Kiara pun menunggu Hiro di ruang tamu. Beberapa menit kemudian, Hiro kembali masuk ke dalam sambil membawa dua kantung plastik masing-masing berisi kotak kue dan lampu tumblr untuk hiasan dekorasi. Lalu tangan satunya lagi membawa buket bunga mawar yang sudah Kiara pesan di toko bunga tadi pagi dan diambil oleh Hiro sore ini.

"Kamu udah makan?" Tanya Kiara sambil mengambil alih barang yang ada di tangan Hiro.

"Belum sempet sih tadi karena ketiduran, hehe."

"Ya udah kalau gitu aku ambilin kamu makanan ya, kamu makan dulu aja biar aku yang nata barang-barang ini di kamar Kak Irina."

"Siap, laksanakan!"

Kiara pun menaruh kantung plastik dan buket bunga itu di dalam kamar Irina, lalu ia berjalan ke arah dapur untuk mengambilkan makanan Hiro yang tadi memang sudah ia sisihkan sebagian sebelum menyusun nasi tumpeng.

Setelah memberikan piring berisi makanan dan segelas jus jeruk pada Hiro, Kiara langsung kembali masuk ke dalam kamar Irina untuk mulai menyiapkan kejutan untuk calon kakak iparnya itu, sesuai titah bos besar, alias Dera Julian.

•••

Saat ini Kiara sedang mengeluarkan gulungan lampu tumblr dari dalam plastik yang ia beli melalui toko online beberapa hari yang lalu. Ia melihat sekeliling ruangan untuk memilih tempat yang akan ia pasangi lampu tumblr tersebut. Sebelumnya, ia sudah pernah memasang lampu-lampu seperti itu di dalam kamarnya walau hanya di dinding atas tempat tidurnya.

Akhirnya setelah melihat ide dekorasi di internet melalui ponselnya, Kiara pun memutuskan untuk menaruh lampu itu di lantai hingga mengelilingi tempat tidur. Sisanya akan ia gantung di atas dinding kamar Irina, dengan menaiki kursi rias yang ada di sana.

Ketika sudah selesai menaruh lampu tersebut di bawah tempat tidur, kini Kiara mulai memanjat kursi tersebut untuk memasang lampu-lampu itu di dinding bagian atas. Namun ketika ia sudah naik ke atas kursi, ternyata tangannya masih tidak sampai untuk memasang lampu-lampu itu, hingga akhirnya ia berjinjit di atas kursi tersebut.

Ketika ia akan menempelkan lampu menggunakan selotip yang sudah ia tempel berjajar di sepanjang lengannya, tiba-tiba tubuhnya oleng ke belakang. Kiara pun langsung menutup matanya dengan rapat, bersiap merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat jatuh dari ketinggian.

Namun tiba-tiba sepasang tangan yang kokoh menangkap tubuhnya, hingga ia bisa merasakan bahwa tubuhnya terhempas ke bawah bersamaan dengan orang yang sedang menahan tubuhnya itu.

Mata Kiara terbelalak begitu ia membuka matanya dan melihat wajah Hiro sudah berada di hadapannya, atau lebih tepatnya di bawahnya, karena ternyata ia baru saja jatuh menindih badan pria itu. Hiro menatapnya dengan raut yang tidak terbaca hingga membuat jantung Kiara kembali berdetak dengan sangat cepat. Terlebih lagi dari jarak sedekat itu, ia bisa merasakan deru nafas pria itu hingga membuatnya kembali teringat akan kejadian semalam.

Tanpa sadar Kiara semakin mendekatkan wajahnya pada Hiro, hingga hidung mereka bersentuhan.

"Kalian perlu bantuan ga-oh... kita ganggu ya, sorry gak sengaja."

Kiara pun langsung mendongakkan kepalanya sambil memasang ekspresi horor. Di pintu kamar, ia melihat Rafael dan Bianca sedang berdiri di sana dengan mulut yang menganga lebar. Dengan cepat ia langsung berdiri dan menjauh dari Hiro yang masih tak berhenti menatapnya.

Tanpa bicara apapun, Kiara langsung berlari keluar dari kamar tersebut dan turun ke lantai bawah, setelah sampai di bawah ia berjalan menuju taman belakang dan duduk bersembunyi di bawah pohon sambil menekuk lututnya dan membenamkan kepalanya di sana.

Kiara berulang kali merutuki dirinya sendiri karena kecerobohan yang ia lakukan hari ini. Beberapa menit kemudian, ia merasakan kehadiran seseorang di sampingnya.

"Ra, lo kenapa?"

Untung saja yang datang adalah Bianca, karena saat ini ia belum siap untuk berhadapan langsung dengan Hiro, terlebih lagi tadi ia hampir saja mencium pria itu, walau tanpa sadar.

Muka gue mau taruh di mana ini?

"Tenang aja, sekarang Dokter Hiro lagi masang lampu sama Kak Rafael di dalem. Tadi pas dia mau nyusul lo kesini, Kak Rafael nahan dia karena kita tau lo butuh waktu untuk sendiri."

"Makasih ya, Bi." Kiara akhirnya berani menatap Bianca yang saat ini sedang duduk di sebelahnya.

"Apaan sih lo, pake makasih makasih segala, udah kayak apa aja." Bianca tertawa mencoba menghibur sahabatnya itu.

"Soal yang tadi-"

Bianca langsung memotong ucapannya. "Lo gak perlu khawatir, anggap aja gue sama Kak Rafael gak liat," Bianca pun menolehkan kepalanya untuk menatap Kiara. "Lagian wajar kok, Ra. Gue sama Kak Rafael udah tau kali kalau kalian emang ada apa-apanya."

"Ih orang gak ada apa-apa kok-"

"Kiara, please deh. Semua orang bisa liat kalau kalian itu saling suka. Jangan terus-terusan menyangkal perasaan lo di depan orang lain deh, karena itu hanya akan menyiksa diri lo sendiri," ucap Bianca yang tiba-tiba berubah menjadi bijaksana.

Bianca benar, seharusnya memang dia tidak perlu menyangkal perasaannya lagi. Tapi Kiara masih merasa ragu, entah apa yang menahan dirinya untuk tidak terburu-buru memberikan seluruh hatinya pada pria itu.

"Sayang, kamu aku cariin dari tadi ternyata ada di sini," ucap Hiro tiba-tiba sambil menghampirinya membuat Kiara menepuk jidatnya.

"Eh? Jadi kalian berdua udah resmi?" Tanya Bianca sambil tersenyum jahil.

Kalau sudah begini, Kiara hanya bisa menahan kesabaran dan meredam keinginannya untuk segera mengirim Hiro ke planet Merkurius yang letaknya paling dekat dengan matahari.

•••

Tepat pukul setengah enam sore, mobil yang ditumpangi oleh Dera, Dio, Irina, dan Syila baru saja memasuki halaman garasi. Kiara dan Bianca sudah menunggu sejak tadi di depan teras, begitu juga dengan Hiro dan Rafael yang saat ini sedang berdiri di samping gadis yang mereka sayangi.

Begitu Dera turun dari dalam mobil, Kiara langsung berlari menghambur ke dalam pelukan kakaknya. Tidak bisa dipungkiri-semenyebalkan apapun Dera-Kiara tetap merindukan kakaknya itu. Dera membalas pelukan Kiara sambil mengusap punggung adiknya dengan lembut.

"Kiara kangen sama Kak Dera, oleh-olehnya mana?" Tanya Kiara sambil menampilkan cengiran lebarnya.

"Yee, bilang aja kamu gak sabar nerima oleh-oleh dari Kakak." Dera memutar bola matanya kesal. Adiknya itu masih saja menyebalkan.

Setelah melepaskan pelukannya dari Dera, Kiara melihat Dio berjalan menghampiri Hiro. Dio menepuk pundak Hiro sambil menanyakan kabar adik sepupunya itu. Kiara tersenyum melihatnya, ia masih tidak menyangka akhirnya ia akan bersama adik sepupu dari mantan crushnya.

Sesaat kemudian Hiro pun mengalihkan pandangannya kepada Dera. "Bang, apa kabar?"

Dera pun tersenyum pada Hiro. "Baik dong, gimana rasanya jagain Kiara selama dua minggu ini?"

Hiro mengusap bagian belakang lehernya karena ia sedikit merasa gugup. "Hehe... ya gitu-"

"Mereka mah tiap hari makin deket kayak perangko, Der." Potong mahluk bernama Keanu Bimasakti yang tiba-tiba muncul seperti tuyul di belakang Irina dan Syila. "Waktu itu aja gue pernah ngeliat mereka pel-"

"Loh... Kak Nunu kok ada di sini?" Kiara balas memotong perkataan Keanu sambil mendelikkan matanya seolah memberi kode agar Keanu tutup mulut.

"Emang kenapa? Kakak dilarang ke sini gitu?"

"Ih! Sensi banget sih jadi orang, pantes aja gak laku-laku," cibir Kiara yang sontak membuat mereka semua tertawa.

"Kata siapa gak laku? Kamu aja belum tau kalau di luar udah banyak yang ngantri minta dinikahin sama Kak Nunu," ucap Keanu dengan jumawa. Kiara hanya geleng-geleng kepala mendengar omong kosong Keanu barusan.

Setelah itu tanpa berkata apa-apa, Kiara langsung menggenggam tangan seseorang yang berdiri di dekatnya, dan menariknya masuk ke dalam rumah. "Ayo Kak, mending kita masuk ke dalem, daripada dengerin celotehan anak TK." Hal itu tentu saja membuat orang-orang yang masih berdiri disana tertegun melihatnya.

"Kak Dera, bawain oleh apa aja buat Kiara?" Tanya Kiara begitu ia sampai di dalam ruang tamu.

Namun sunyi, tidak ada jawaban dari Kakaknya sama sekali. Hingga membuat Kiara mengernyitkan dahinya.

"Kak..." ucap Kiara sambil membalikkan badannya. Begitu ia menyadari siapa orang yang saat ini sedang berjalan di belakangnya, kedua mata Kiara terbelalak lebar dan dengan cepat ia langsung melepaskan genggaman tangannya.

"Eh, ya ampun! Maaf, maaf, Kiara pikir tadi Kak Dera."

Rasanya hari ini adalah hari tersial bagi Kiara. Bayangkan saja, setelah tadi sore ia ke-gep sahabatnya sendiri saat tanpa sadar ia hampir mencium Hiro. Sekarang, dia malah menggandeng tangan sepupu Hiro dan menariknya masuk ke dalam rumah. Walaupun dalam hati ia tersenyum kegirangan, karena bagaimana pun Dio pernah memiliki tempat di hatinya sebelum diambil alih oleh Hiro saat ini.

Dio akhirnya tertawa ketika menyadari kecerobohan gadis itu. Pantas saja sepupunya itu terpesona pada Kiara. Dio bisa melihatnya sendiri dari cara Hiro menatap Kiara saat ia baru keluar dari dalam mobil tadi. Sudah dapat dipastikan bahwa sepupunya itu benar-benar jatuh cinta pada adik sahabatnya. Dio pun merasa lega sekaligus bahagia, karena akhirnya ia bisa kembali melihat senyum tulus di wajah sepupunya itu.

"Iya, gak apa-apa kok, santai aja." Ucap Dio sambil tersenyum hangat.

Kiara pun akhirnya menghela nafas lega. Kemudia ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu, di sana ia melihat Dera dan Irina masuk terlebih dahulu ke ruang tamu dan langsung duduk di sofa, kemudian disusul oleh Syila, Bianca, Rafael, dan Keanu. Mereka semua masih tertawa setelah menyaksikan adegan Kiara yang salah menarik tangan orang.

"Makanya jangan kualat sama orang tua," bisik Keanu sambil berjalan melewatinya.

Kiara mendengus sebal, ia pun kembali menatap ke arah pintu untuk menemukan sosok Hiro, namun batang hidung pria itu tak terlihat sedikitpun. Jelas, hal itu membuat Kiara merasa khawatir.

Duh, jangan-jangan Kak Hiro liat lagi, ya pasti liat lah, ceroboh banget sih gue...

"Kamu susul dia di depan gih, kayaknya dia lagi ngambek." Dio kembali berkata, membuat Kiara tersadar dari lamunannya.

Tanpa menunggu lama Kiara langsung berlari ke luar pintu, namun di teras depan ia tidak menemukan keberadaan Hiro. Kemudian Kiara berlari ke arah garasi, syukurlah mobil Hiro masih terparkir di sana. Kiara kembali berjalan mendekati mobil tersebut lalu mengintip melalui jendelanya, namun ternyata pria itu tidak ada di dalam mobilnya.

Kiara mulai merasa panik, ia menoleh ke sana kemari namun belum juga menemukan sosok pria tersebut. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berjalan masuk ke dalam green house di halaman samping dekat garasi. Kiara pun akhirnya bisa bernafas lega, karena ia berhasil menemukan Hiro di dalam sana.

Saat ini Hiro sedang bersandar di dekat jendela dengan bertumpu pada lengan kanannya. Ketika Kiara melangkahkan kakinya mendekat, Hiro menolehkan wajahnya sesaat untuk menatap Kiara.


Namun sedetik kemudian, Hiro langsung membuang mukanya. Kiara sadar, pasti saat ini pria itu sedang marah padanya.

"Kak..." ucap Kiara ketika ia sudah berdiri di samping Hiro. Namun sepertinya pria itu tak berniat untuk menjawab sapaannya.

"Sa... uh, say... emm, sa-sayang..." ucap Kiara dengan terbata-bata. Akhirnya Kiara pun memanggil Hiro dengan panggilan sakral tersebut.

"Hmm?" Jawab Hiro tanpa memandang wajah Kiara. Sebenarnya Hiro sedang menahan diri agar tidak tersenyum saat mendengar gadis itu memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Kamu marah ya sama aku?"

"Gak kok, biasa aja."

"Kalau gitu liat aku dong!" Pinta Kiara sambil mengguncangkan lengan Hiro.

"Gak ah, males..." jawab Hiro singkat. Ia berusaha mati-matian untuk menahan tawanya kali ini.

Ternyata asik juga ngerjain dia...

"Tadi aku tuh gak sengaja tau, aku pikir yang aku tarik itu tangan Kak Dera. Maafin aku ya, hmm?"

Hiro masih diam, hingga membuat Kiara kewalahan. Kalau sudah begini ia terpaksa harus mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk bisa meluluhkan hati pria itu.

"Look at me, please?" Kali ini Kiara berbicara dengan nada memohon sambil mengeluarkan puppy eyesnya.

Akhirnya Hiro pun mau menoleh ke arah Kiara. Namun tanpa ia duga, gadis itu langsung berjinjit dan mengecup bibirnya dengan cepat.

Semburat merah langsung nampak di wajah Hiro hingga menjalar ke telinganya. Kiara pun bersorak dalam hati karena lagi-lagi ia berhasil mengetahui kelemahan yang dimiliki oleh pria itu.

"Maafin aku ya?"

"I-iya aku maafin."

Kiara pun menyeringai saat mendengar suara Hiro yang terbata-bata. Akhirnya ia berhasil membalik keadaan dan memenangi pertempuran ini.

•••

"Loh, kok kalian masih pada di sini?" Kiara terheran-heran karena melihat orang-orang masih berkumpul di ruang tamu.

"Kan lagi nunggu dua pasang guest star kita." Ucap Irina sambil tersenyum melihat Kiara yang saat ini masuk ke dalam sambil menggandeng tangan Hiro.

Beberapa saat kemudian, Kiara mendengar pintu di belakangnya terbuka, hingga membuatnya menengok ke belakang. Detik itu juga ia dikejutkan oleh keberadaan Jovan dan Sella yang berjalan masuk ke dalam rumah Irina.

"Sella? Bukannya lo ada acara?" Tanya Kiara begitu melihat Sella sudah berdiri di dekatnya.

"Iya acara ngedate sama gue." Jawab Jovan sambil menunjukkan cengirannya. Sedangkan Sella hanya mendengus sambil berlalu menghampiri yang lainnya.

"Nah mumpung semuanya udah ada di sini, kita mulai aja yuk!" Kali ini Keanu yang membuka suara, ia memang yang paling semangat jika menyangkut perayaan seperti ini, persis seperti Bianca. Bahkan Keanu sudah memiliki mottonya sendiri yaitu 'No Keanu, No Party!'

Entah Kiara harus merasa beruntung atau merasa sial karena dikelilingi oleh para pria tampan tapi memiliki kelakuan yang sangat absurd, kecuali Kak Dio tentunya, yang sampai detik ini masih menunjukkan tanda-tanda kewarasan bila dibandingkan yang lainnya.

Mereka pun mulai berjalan ke arah taman belakang yang sudah disulap menjadi area ala-ala garden party.

Memang tidak diragukan lagi, Bianca sangat berbakat jika mengurus hal-hal seperti ini. Mungkin nanti ia harus meminta bantuan pada sahabatnya itu untuk mendekorasi acara lamaran dan pernikahannya nanti.

Ketika mereka sudah menempati tempat duduk masing-masing; Irina-Dera, Kiara-Hiro, Jovan-Sella, Bianca-Rafael, Dio-Syila dan menyisakan Keanu berdampingan dengan angin. Tiba-tiba datang seorang wanita cantik yang berjalan sambil membawa paper bag di tangannya.

"Hai maaf ya baru dateng, tadi aku keluar sebentar karena mau beliin kado buat Kak Irin—loh Kak Hiro?"

"Lily?"

- to be continued -

•••

•••

Say hell-o to Lily 😚

•••

Cocok sama yang mana ya ini?

•••

Happy Anniversary!

~ c u ~

Continue Reading

You'll Also Like

8.3M 107K 63
"Bad guys can be good too... when they're in bed." #1 in FANFICTION✓ © sujinniie 2018-2019 ✓ © sujinniie revised 2022
726K 26.8K 102
The story is about the little girl who has 7 older brothers, honestly, 7 overprotective brothers!! It's a series by the way!!! 😂💜 my first fanfic...
378K 13.5K 60
𝗜𝗡 𝗪𝗛𝗜𝗖𝗛 noura denoire is the first female f1 driver in 𝗗𝗘𝗖𝗔𝗗𝗘𝗦 OR 𝗜𝗡 𝗪𝗛𝗜𝗖𝗛 noura denoire and charle...
stop! go! By liz

Fanfiction

91.6K 4.1K 75
ig themed story for bangtanvelvet date started: 07/18/18 date ended: 09/23/18