Jaehyun merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku. Ia baru selesai belajar dan waktu telah menunjukkan pukul 10 malam.
Pria itu membaringkan tubuhnya di kasur king size miliknya yang empuk kemudian menyambar ponselnya, ketika benda persegi panjang itu berbunyi.
Kening Jaehyun mengernyit saat melihat nomor tidak di kenal pada beranda notifikasi ponselnya. Ada sebuah whatsapp yang masuk ke ponselnya dari nomor yang tidak dikenal.
Awalnya Jaehyun mikir mungkin orang iseng yang mau promosi produk gitu, tapi akhirnya dia cek juga.
+82284880490
Kamu tahu nggak apa yang manis di dunia ini? 10:05 p.m.
Jaehyun mengernyit bingung. Nih orang kurang kerjaan pake gombal segala. Siapa sih? Masa iya Taeyong mau ngerjain dia pakai cara kayak gini. Ngebayanginnya aja Jaehyun udah geli.
✔✔10:06 p.m Ini siapa?
Dimplenya kamuu~ 😘 Uhh manis banget pokoknya dari apapun. Jadi kalau misalnya minum teh tanpa gula tapi sambil lihat kamu senyum, di jamin jadi manis. Terus kalau minum air putih pas lihat senyuman kamu, air putihnya bukan air mineral lagi namanya tapi ganti nama jadi air gula.
Beneran gak waras ini orang, padahal Jaehyun gak ada respon sama sekali. Terus balasannya buat dia mau muntah saking lebaynya. Dan kalau di lihat dari ketidakwarasannya, entah kenapa langsung muncul satu nama di dalam otaknya.
Ihhhh kok cuma di Read sih sayang?😢 Kita 'kan bukan orang asing. 10:06 p.m.
Ini aku Rose, orang yang paling sayang sama kamu di dunia ini ❤ 10:07 p.m.
Jaehyun sontak melempar kasar ponselnya dan menarik helaian rambutnya kuat-kuat. Dapat darimana anak itu nomornya?
Kutukan apalagi yang harus Jaehyun terima sekarang, ya Tuhan?
❤❤❤
Jaehyun membuka pintu kelas dengan gontai. Arah tatapannya langsung mengarah ke bangku Rose yang kosong. Kalau beneran Rose gak masuk Jaehyun mau teriak sekencang-kencangnya sekarang.
Jennie mendongak saat melihat sepasang kaki menghampiri mejanya. "Ada perlu apa?" tanya Jennie.
"Dia gak masuk?" tanya Jaehyun to the point. Wajahnya tetap seperti biasa, datar-datar minta ditampol. Itu sih kalau orang yang lihat, jadi kesannya salah paham. Kalau bagi Rose mah wajah Jaehyun tuh emang dingin tapi minta di cium banget deh.
"Ada kok, lagi bersihin lapangan," balas Jennie. "Kenapa? Lo nyariin? Ntar kalau mau, biar gue bilangin ke dia," tambah Jennie yang sontak membuat Jaehyun langsung mendesis sinis, "Gue nyariin dia? Mustahil lah, bilang ke dia mungkin itu cuma mimpi," balas Jaehyun sarkastik.
"Hati-hati aja lo, ntar jadi karma jangan nyesel," balas Jennie yang kembali sibuk dengan ponselnya.
Jaehyun menghela nafasnya kemudian meletakkan tas ranselnya. Ia melangkah menuju lapangan. Bukan niatnya mencari Rose, tapi ia hanya ingin memastikan sesuatu karena kandidat terbesarnya ini kayaknya gadis itu.
Dipertengahan jalan, dia bertemu dengan Nana saem, Wali kelasnya. Jaehyun pun memberikan sapaan hangatnya sebelum kembali melangkah.
"Jaehyun?"
"Iya saem?" balas Jaehyun saat gurunya itu memanggilnya.
"Kamu sama Rose pacaran, ya?"
Jaehyun melongo ditempatnya dan mengerjapkan matanya berulang kali. Wajar jika dia terkejut kalau mendengar hal itu dari mulut gurunya.
"Kalau gue pacaran sama dia mungkin dunia kiamat," batin Jaehyun.
Jaehyun hanya bisa tertawa renyah, "Gak mungkin lah saem," balasnya sambil menggeleng berulang kali.
"Ohh gitu. Dikirain pacaran soalnya Rose sampai ngemis-ngemis ke ibu buat kasih tunjuk data pribadi kamu supaya bisa save nomor telepon kamu," goda Nana saem.
Dalam hatinya Jaehyun udah nahan kekesalan mendalam, tapi cuma bisa ia tutupi dengan senyuman renyah karena lagi berbicara sama wali kelasnya.
"Dia sampai rela loh bersihin lapangan supaya bisa ngesave nomor kamu, karena memang data pribadi murid gak boleh ditunjukin ke sembarangan orang 'kan? Tapi maaf ya, ibu harus kasih soalnya Rose bersikeras maksa ibu jadi sebagai gantinya ibu hukum dia buat beresin lapangan. Memangnya gak kamu kasih, ya?"
"Meskipun gitu seharusnya dia minta teman sekelas aja, saem. Lagian ketua kelas 'kan punya nomor saya. Maaf saem, kalau sikapnya udah buat saem terganggu," sesal Jaehyun yang membungkukkan badannya.
Nana saem menepuk-nepuk bahu Jaehyun, "Jangan minta maaf segala ahaha. Semoga sukses ya sama Rose meski kalian belum Cinta. Tapi Rose anaknya baik kok, Jae. Jangan terlalu lama loh mikirnya sebelum dia di ambil orang," goda Nana saem yang terkikik geli melihat raut wajah canggung milik Jaehyun.
Ini kenapa dah semua orang jadi sangkut pautkan Jaehyun sama Rose? Jaehyun 'kan risih jadinya.
Setelahnya, Jaehyun buru-buru menghampiri lapangan.
Rose yang melihat kehadiran Jaehyun sontak melempar sapu lidinya begitu saja dan tersenyum sumringah.
"Hai, Jaehyun? Tidurmu nyenyak 'kan?" tanyanya memastikan. Ia terkejut saat Jaehyun menarik tangannya kuat menuju tempat yang terisolasi dari banyak orang.
Dibelakang sekolah, Jaehyun meluapkan emosinya. Memaki Rose yang hanya menatapnya dengan tatapan polos.
"LO MAKSUDNYA APA SIH SAMPAI BAWA-BAWA GUE KE NANA SAEM?! BISA GAK SIH BERHENTI SAMA KEKONYOLAN INI. GUE BENERAN MUAK!" teriak Jaehyun dengan rahang mengeras.
Rose hanya bisa tersenyum hangat sehingga membuat Jaehyun frustasi. Dimarahi bukannya merasa bersalah tapi malah nyengir gak jelas.
"Lo pikir gue marahnya bercanda, ya?" Jaehyun mengepalkan giginya seolah ingin menerkam Rose saat itu juga.
"Aku kira kamu bawa aku kesini buat di apa-apain hehe," ungkap Rose cengengesan.
Jaehyun mendesis pelan dan tertawa sinis, "Lo emang murahan ya ternyata," ungkap Jaehyun yang terdengar begitu menyakitkan, tapi Rose tetap tersenyum sampai ia merasa bingung nih hati cewek terbuat dari apa sih? Tahan banting kayaknya sama omongan menyakitkan.
"Kenapa kamu cuma R pesan aku semalam?" cemberut Rose.
"Bisa gak sih jangan ganggu hidup gue? Pliss, ini permohonan terakhir gue. Kalau perlu gue sujud deh di kaki lo sekalian," keluh Jaehyun yang udah putus asa. Dia pengen banget bebas dari Rose.
Rose hanya diam, "Memangnya aku sangat mengusik kamu, ya? Aku 'kan cuma pengen jadi temen kamu aja," lirih Rose. Jaehyun menatap mata Rose lekat-lekat sehingga membuat gadis itu kembali tersenyum.
"Gue gak bisa punya teman kayak lo jadi plis, ya. Menjauh mulai sekarang?" pinta Jaehyun dengan nada melemah.
"Pilih-pilih teman itu padahal gak Bagus loh," tegur Rose. Jaehyun berdecak sebal, kayaknya emang percuma baik-baik di depan gadis ini.
"Gue minta baik-baik, tapi setelah ini janji jangan ikut campur masalah gue okay?" ujar Jaehyun.
"Bilang aja dulu, nanti aku pikirin deh," balas Rose.
"Hmmm.. Aku mohon ya berhenti ganggu aku?" ungkap Jaehyun baik-baik.
"Apa gak kedengaran. Kamu bicara sama siapa, sih? Sama tembok? Panggil namanya dong," goda Rose yang tertawa kecil.
Jaehyun berusaha untuk gak emosi. "Rose, aku mohon padamu untuk berhenti menggangguku. Ya?" ungkap Jaehyun lagi sambil menatap Rose lekat-lekat sekedar menunggu ucapan dari Rose.
"Oke, tapi ada syaratnya," sahut Rose penuh misterius.
"Apa?" tanya Jaehyun dingin. Dia gak seratus persen yakin sih sama gadis ini.
"Jadi pacar aku?"
"Njing, percuma aja ngomong sama lo!" sahut Jaehyun yang kesal setengah mati kemudian meninggalkan Rose.
"Aku sengaja masih bertahan karena aku yakin kamu pasti bakalan suka ke aku suatu hari nanti, Jae!" teriak Rose. Jaehyun mengepalkan tangannya kuat-kuat, "Gue gak sudi punya cewek yang murahan dan sampah kayak lo!" umpat Jaehyun kemudian berlalu begitu saja, tanpa memikirkan perasaan Rose terluka atau tidak akan perkataannya.
Tapi hebatnya, Rose tampak baik-baik saja bahkan tersenyum tipis tanpa terlihat terluka sedikitpun. Bagi Rose, Cinta itu telah mengajarinya banyak hal yang berarti.
TBC