rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσ

By alyhani

29.8K 3.7K 1K

Fanfiction by ©alyhani Kageyama Tobio X Reader Haikyuu!! Fanfiction All haikyuu characters belong to ©Haruich... More

〖 〗さよなら 「вчє」
〖2〗 ѕєníσr
〖3〗αnхíσuѕ
〖4〗hím
〖5〗fєєlíng
〖6〗mσrníng
〖7〗 мιѕѕιng нιм
〖8〗kíѕѕ
〖9〗αpσlσgízє
〖10〗twínѕ
〖11〗míѕundєrѕtαndíng
〖12〗hєr
〖13〗 cσnfєѕѕ
〖14〗 hєαrtвrєαk
〖15〗hurt
〖16〗 pσígnαncч
〖17〗rєndєzvσuѕ
〖18〗díѕєngαgє
〖19〗ѕєlfíѕhnєѕѕ
〖20〗вєgín

〖1〗ѕíѕtєr

2.7K 292 14
By alyhani

🌸

Matahari menyinari tanah Miyagi, bersama seorang pria yang larut dalam dentuman musik dekat telinga. Berjalan santai, menarik sebuah koper di perjalanan menuju stasiun.

"Eh?" seru seseorang yang membuat langkah pria itu terhenti. "Tobio?" sambungnya.

Lelaki dalam balutan kaus putih menoleh menuju sumber suara. Mendapati seorang gadis dalam blus cream dan rok coklat selutut. "[Name]?" ujarnya sebelum menorehkan senyum. "Ayo masuk bersama," ajaknya sambil menujuk pintu masuk stasiun.

Sang gadis menggangguk antusias. Menarik kopernya dengan sedikit berlari, agar mencapai sisi Kageyama.

"Aku tidak tahu kau ke Tokyo hari ini, Tobio," kata [Name] mengawali percakapan kecil.

Kageyama hanya menatap depan. "Aku pun tak tahu kau ke Kyoto hari ini. Kebetulan macam apa?"

"Mungkin takdir masih ingin kita bersama~" goda [Name] dengan tawa renyahnya.

"Jangankan takdir, aku pun begitu," jawab Kageyama tanpa intonasi, datar, dan dalam.

Si gadis hanya bersemu di tempat. Menunduk menatap jalan yang tengah dilaluinya, dengan degupan jantung yang memburu.

T U K ! "Ittai~!" [Name] mengaduh, memegang dahinya yang mendapat setilan dari Kageyama. "Kenapa, sih, tiba-tiba!?"

Kageyama berdiri tepat di depannya, membungkuk, membuat [Name] dalam bayangan hingga gadis itu tak merasakan silauan matahari. "Lagi-lagi berwajah seperti itu. Lagi pula bukan berarti kita benar-benar berpisah, [Name]."

Mendengarnya membuat gadis itu mendongak.

"Kita akan sama-sama mencintai apa yang kita sukai, melakukan yang terbaik, dan terus berjuang. Dalam hal ini jangan biarkan siapapun mempengaruhi hatimu. Lakukan apa yang kau suka. Genggam itu dan raih tempat terbaik bersamanya. Semua punya waktu, tak terkecuali kita,--"

"--benang merah antara kita pasti akan mendapatkan waktunya lagi. Jadi, lakukan yang terbaik! Begitu, kan?" [Name] memotong kata-kata Kageyama, lantas tersenyum lebar sembari membalut sebelah tangan Kageyama dengan tangannya.

Melihat senyum itu membuat sang lelaki bernapas lega. Diubahnya posisi tangan itu menjadi sebuah genggaman yang erat. "Setidaknya untuk sekarang, boleh, kan, aku menggandengmu meski aku bukan lagi pacarmu?"

"Aku tidak masalah selama itu Tobio!" seru [Name] dengan penuh kegembiraan.

Keduanya menunggu di kursi tunggu. Melempar tawa atas segala yang dibahas bersama.

"Shinkansen, Tokyo, akan segera memasuki peron satu. Para calon penumpang di mohon mempersiapkan diri dan berdiri di belakang garis kuning. Sekali lagi, Shinkansen, Tokyo---"

Mendengarnya membuat pria itu berdiri. Menghadap sekali lagi ke arah mantan kekasihnya dengan seulas senyum. "Aku pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik di sana."

"Tobio mo! Tokyo adalah kota yang menyeramkan dan sangat bebas."

Rasa hangat menjalar dalam hati Kageyama.

Tak berselang lama ia sudah menududuki salah satu kursi di dekat jendela. Menatap seorang gadis yang berdiri dekat garis kuning, sedikit melambai ketika pandang mereka bertemu.

Peluit keberangkatan telah dibunyikan. Tokyo akan menjadi tujuan akhirnya, namun menjadi awal dari segala mimpinya.

'Kami akan bertemu lagi, jadi jangan khawatir,' ujarnya dalam hati. Matanya memberat, tanpa menyadari seorang penumpang lain telah duduk di sampingnya.

🏐

Punggung tangannya menutup mulut yang kini terbuka lebar, menguap setelah bangun dari perjalanan panjang. Sebelah tangannya melambai di sisi jalan. Sebuah taksi menepi, lantas kembali berjalan setelah mengangkut penumpangnya.

Kageyama menatap keluar jendela. 'Hm... Tokyo tidak banyak berubah dari Spring High lalu. Yah, itu baru enam bulan lalu.'

Melintasi keramaian Tokyo berteman earphone agaknya membuat ia mulai bosan. Di ambilnya ponsel pintar itu dan membuka sosial media. Beberapa foto teman semasa SMA dan SMP terpampang dalam timeline.

Hanya berlalu. Tanpa meninggalkan jejak 'hati'.

Beberapa waktu berlalu, akhirnya ia sampai di sebuah gedung megah yang sangat tinggi. D R R T ! Ponselnya bergetar, satu nama tercetak di sana.

"Aku sudah sampai. Sebentar lagi masuk lobby," kata Kageyama saat mengangkat panggilan dari seorang wanita. "Hah? Kamar 1222? Baiklah-baiklah!"

Tersirat rasa kesal dalam bicaranya, karena ia pikir seseorang akan menjemputnya di lobby apartemen.

Mencapai lantai 12, dapat ia lihat pemandangan Tokyo dari ketinggian. Setelah melalui koridor panjang akhirnya ia menemukan kamar tujuannya.

'1222? Kayaknya gak asing. Tapi angka apa?' ujar Kageyama dalam hati. Dibunyikan bel apartemen itu, menunggu sang pemilik membukakan pintu untuknya.

J E G R E K ! Seorang wanita dalam tangtop peach dan hotpants hitam menyambutnya dengan wajah kusut khas bangun tidur.

"Hei, apa-apaan ini? Kau baru bangun?" protes Kageyama melihat kelakuan wanita di depannya.

Seketika mata wanita itu melebar, segera berlari menghamburkan pelukan pada tubuh kekar lelaki yang baru saja menekan bel apartemennya. "Kyaa~ Tobio! Ohisashiburi~! Kau jadi sangat tampan dan tinggi!"

"Mendokusai, Miwa!" Dengan sekuat tenaga Kageyama menjauhkan tubuh kakaknya. Lantas membawa serta semua bawaannya dari Miyagi dan memasuki apartemen sang kakak tanpa permisi.

Di ambang pintu, Miwa hanya berdecih. Lantas membuntuti adiknya, menunjukkan di mana adiknya bisa tidur selama di Tokyo. "Setidaknya balas pelukan kakakmu ini, bodoh! Kau pikir sudah berapa lama kita tidak bertemu?"

Kageyama sedikit berpikir. "Sejak aku SD kelas enam?"

"Ya, berapa tahun itu?"

"Enam?"

P L A K ! Satu pukulan keras di rasakan Kageyama di lengan atasnya. "Kau sudah lulus SMA, menghitung seperti itu pun salah, hah!?"

"Argh! Miwa boge! Aku masih lelah, tahu! Jangan paksa otakku bekerja keras di rasa lelah ini!"

Perempat imajiner muncul di dahi Miwa. B R U K ! Ia bawa sang adik agar berlutut di depannya, lantas mencekiknya dengan memeluk leher Kageyama dengan sebelah tangannya.

"Anak tak tahu diuntung! Sudah diijinkan numpang malah ngata-ngatain! Panggil aku 'nee-chan' atau Miwa nee'! Aku ini kakakmu, tahu! Kalau masih begini, cari tempat tinggal sendiri, sana!"

Kageyama terus memberontak. Tak dapat ia percaya, dengan tubuh kakaknya yang jauh lebih kecil dari tubuh terlatih miliknya, Miwa bisa menahan segala pergerakannya.

Keduanya tak kunjung diam hingga waktu makan malam datang. Cara melepas rindu yang sangat barbar.

Kini Miwa tak lagi sendiri saat menghadapi makan malamnya. Donkatsu dan sayur oseng yang ia buat tak lagi dinikmatinya seorang diri. Senyumnya tercipta, melihat bagaimana adiknya memakan masakannya dengan lahap.

"Ne, aku lihat pertandinganmu Januari kemarin. Keren banget, bisa jadi juara tiga nasional," ujar Miwa di sela-sela makannya.

Mendengarnya membuat Kegayama mamatung sesaat. "Percuma jika tidak menjadi juara satu," jawabnya.

Miwa menghembuskan napas pelan. "Tidak ada kemenangan yang instan. Merupakan awal yang bagus, kan, dengan duduk di kursi tiga besar nasional? Kau akan semakin kuat, Tobio. Dan setelahnya kau akan memiliki teman yang kuat. Selanjutnya kau akan memenangkan kejuaraan dengan tim terkuat. Nikmati saja setiap proses yang ada."

Sudah sangat lama. Lama sekali sejak terakhir kali kakaknya bicara panjang lebar. Mengkhawatirkan dirinya, memberikan nasihat yang ia butuhkan untuk melanjutkan kehidupannya.

"Ya, makanya aku datang ke Tokyo," jawab Kageyama sambil meneruskan makannya.

Miwa telah menandaskan isi mangkuknya. Menatap wajah adiknya sekali lagi. "Lagi pula pertemuan terkahir kita bukan tujuh tahun yang lalu. Saat kakek meninggal, aku juga di sana. Dan kau menangis seperti bayi."

Tawa renyah Miwa terdengar. "Yah, rasanya sangat aneh membayangkan kau menangis dengan proporsi badan yang luar biasa seperti sekarang. Jika kakek masih ada, dia pasti akan sangat bangga padamu."

Kenangan akan masa lalu kembali berputar. Sosok laki-laki tua yang masih bugar dalam usianya yang kian menua. Mengajar penuh kasih dan ketekunan. Orang yang membuat Kageyama mencintai voli. Orang yang terus memotivasinya untuk menjadi lebih kuat.

"Aku juga ingin kakek melihat caraku bermain voli. Wajar, kan, aku menangis. Aku masih kecil, dan kakek adalah orang yang menyayangiku lebih dari siapapun."

Malam itu hanya ada obrolan panjang. Sangat panjang hingga kantuk pun sungkan untuk datang. Mengenang masa lalu. Berbagi kisah. Pertemuan ini adalah yang pertama setelah sekian lama.

Sekali lagi mereka melepas rindu dengan saling memahami perasaan satu sama lain.

🌸

[200322]

A.N

Uissuuu, Minna-san! Genki ka? Aku lanjut di chapter pertama nih tentang pertemuan Tobio-ku dengan kakaknya, Kageyama Miwa. Dulu aku gatau sama sekali kalo Tobio punya kakak cewek. Dan di manga Haikyuu!! Chapter terbaru, yaitu chapter 387, diceritakan Kageyama punya kakak cewek dan sedikit cerita tentang kakeknya.

Jadi di "Devil's Smrik" udah ada bagian yg aku edit berkaitan fakta baru ini.

Makasih ya kalian uda mau nunggu, membaca, vote, dan comment di lapar baruku! Semoga bisa menghibur kalian ya, aamiin.

Jaa, mata atode!

Salam,

Alyhani

Continue Reading

You'll Also Like

286K 22.2K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
761K 72.4K 42
𝑫𝒊𝒕𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕𝒌𝒂𝒏 J. Alexander Jaehyun Aleron, seorang Jenderal muda usia 24 tahun, kelahiran 1914. Jenderal angkatan darat yang jatuh cinta ke...
426K 34.4K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
217K 33.1K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...