The Dangerous Billionaire [#1...

By FriskaKristina9

1.4M 58K 2.5K

(18+) PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Ivanna Jhonson, wanita cantik bertubuh seksi dan juga pintar menjadi sekret... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
CAST
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Informasi Update Cerita! (Mohon Dibaca)
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Attention Please!
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Baca
Chapter 43
Maaf Ya
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49

Chapter 44

18.6K 800 63
By FriskaKristina9

Aku berterimakasih sekali atas pengertian kalian semua :) aku ga nyangka ternyata masih banyak bgt pembaca yang baik dan meneduhkan hati.

Pesan aku buat semuanya, jaga kesehatan ya, kalau bisa stay di rumah aja dulu, ga usah keluar rumah kalau emang ga penting bgt atau ga urgent. Sama-sama kita berdoa agar musibah ini cepat berlalu ya! Semoga semua pembacaku yang baik hati ini, selalu aman dalam lindungan-Nya. Amin.

Happy reading!

----------

Arnold membopong tubuh Ivanna memasuki rumah sakit yang besar dan kelihatan berkelas. Para perawat langsung menghampirinya dan membawa hospital bed, Arnold langsung meletakkan Ivanna diatas hospital bed itu. Lalu perawat membawa Ivanna ke ruangan agar dokter bisa memeriksanya.

"Ada apa tuan Arnold?" Ucap dokter yang menghampirinya.

"Periksa dia."

Dokter itu mengikuti arah pandang Arnold lalu mengangguk. Ia kemudian masuk kedalam ruangan tempat Ivanna dibawa oleh para perawat tadi.

"Bagaimana?" Sean menghampiri Arnold yang berdiri didepan pintu ruang periksa Ivanna.

Arnold hanya menatap Sean sekilas lalu membuang mukanya.

"Arnold! Kau meninggalkanku.." Carla berlari kecil menghampiri Arnold.

Arnold berjalan mondar-mandir didepan pintu ruangan itu sambil mengusap wajah nya kasar. Begitu juga dengan Sean yang duduk di sofa sambil menundukkan kepalanya.

Carla yang tampak tidak mempedulikan situasi saat ini hanya duduk cuek sambil terus men-scroll smartphone nya.

Tidak lama kemudian dokter keluar dari ruangan tersebut lalu menghampiri Arnold. Arnold yang tadinya tampak gusar menghela napas saat melihat dokter yang memeriksa Ivanna sudah selesai.

"Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Katakan!" Ucap Arnold khawatir.

Dokter itu tersenyum lalu berusaha menenangkan Arnold, "Tuan.. nona Ivanna baik-baik saja. Kau terlalu panik hingga bersikap seperti itu. Dia hanya kurang tidur dan tidak ada asupan makanan yang membuatnya mual."

"Kau yakin?"

Arnold sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh dokter dihadapannya saat ini.

"Tuan kau bisa tanyakan sendiri--" ucapan dokter itu terjeda karena Ivanna keluar dari ruangan itu.

"Kau tidak apa-apa?" Sean langsung menghampiri Ivanna dan menggenggam bahunya.

Ivanna mengulum senyumnya, "Aku baik, Sean."

Arnold menghempaskan tangan Sean dan langsung menarik tangan Ivanna menjauh dari Sean.

"Apa yang dokter katakan padamu?" Tanya Arnold menyelidik.

"Aku tidak apa-apa.. Kau berlebihan sekali," Ivanna mengerucutkan bibirnya, tapi entah kenapa ia menyukai Arnold yang perhatian seperti ini padanya.

"Kita pulang," Arnold menarik tangan Ivanna.

"Pulang denganku, Ivanna. Arnold tidak akan mengurusmu." Sean menarik tangan Ivanna yang satunya lagi.

Dokter dan Carla menatap tiga orang dihadapannya saat ini dengan tatapan aneh dan bingung.

"Hei! Tidak ada yang mau memperebutkan ku?" Tanya Carla bingung lalu mengangkat kedua tangannya.

Sean dan Arnold saling menatap, lalu Arnold menarik tangan Ivanna meninggalkan Carla dan dokter, Sean mengikuti Ivanna dan Arnold dari belakang. Takut-takut berdekatan dengan si antagonis itu.

Pedro membuka pintu mobil untuk Arnold dan Ivanna, sedangkan Sean mengendarai mobilnya sendiri. Arnold dan Ivanna duduk berdua dibelakang, sejak keluar dari ruangan periksa itu, Arnold terus menggenggam tangan Ivanna. Membuat Ivanna tidak bisa berpikir dengan jernih, jantungnya berdebar merasakan kehangatan yang Arnold berikan.

Satu sisi Ivanna sangat merindukan kelembutan dan kehangatan yang ada pada Arnold. Tapi satu sisi lagi, rasanya tak mungkin mengingat Carla yang selalu membuntutinya seperti anak anjing.

"Jika kau butuh sesuatu, panggil aku, bukan Sean!" Arnold memulai pembicaraan diantara mereka. Pedro melirik keduanya dari kaca depan lalu tersenyum.

"Bukannya harus kau yang memanggilku jika butuh sesuatu?" Tanya Ivanna balik.

Arnold menaikkan sebelah alisnya.

"Dua hari yang lalu kau bilang kalau aku jadi asisten mu," Ivanna berbicara tanpa menatap Arnold. Ia tidak tahu mengekspresikan saat ini seperti apa. Ivanna benar-benar merindukan Arnold yang seperti ini.

Arnold berdeham, "Jadi kau memang berniat menjadi asistenku?"

Ivanna menggeleng, "Jika itu yang membuat hutangku lunas."

Pedro tertegun, tapi ia tidak berani menatap Arnold yang sadar kalau ia menguping pembicaraan mereka.

"Kita bahas di mansion. Jangan berbicara lagi," Telak Arnold.

Ivanna diam dan tidak mengeluarkan sepatah katapun, begitu juga Arnold hingga mereka sampai di mansion milik Arnold. Pedro membuka pintu mobil untuk Arnold dan Ivanna, Arnold keluar dari mobil tapi tangannya tetap tidak terlepas dari Ivanna.

Mereka masuk kedalam mansion dan disambut para pelayan, Arnold tidak menghiraukannya, ia langsung membawa Ivanna masuk kedalam lift.

Sesampainya dilantai tiga, tepat dimana kamar Ivanna dan Arnold berada, Arnold membawa Ivanna ke kamarnya, bukan ke kamar yang biasa Ivanna tempati.

"Ini bukan tempatku!" Ivanna membalikkan badannya berusaha meninggalkan kamar Arnold, tapi Arnold langsung memeluknya dari samping.

"Aku tidak mau disini Arnold. Jika kau ingin berbicara denganku, bicaralah dikamar tempat aku tidur."

"Kau tidak suka tempat ini?" Tanya Arnold

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena kau membawa Carla tidur ditempat ini." Ivanna memalingkan wajahnya. Ia tidak tahu kenapa ia bisa se-cemburu ini dengan Arnold, padahal dulunya tidak.

Entah kenapa Ivanna merasa cemburunya seolah terbakar setiap kali melihat Carla berdekatan dengan Arnold. Ia tidak rela melihat Arnold berdua dengan wanita lain selain dirinya.

Ivanna sudah mencintai Arnold, walau Arnold belum bisa menyadarinya.

"Cemburu?" Arnold terkekeh pelan. Ia menyukai Ivanna yang cemburu melihat dirinya dengan Carla. Arnold mencubit pipi Ivanna gemas, "Katakan kalau kau cemburu?"

"Arnold!" Ivanna semakin kesal lalu menyilangkan kedua tangannya, sambil mengerucutkan bibirnya.

Arnold tersenyum, "Aku tidak tahu apa yang Carla inginkan, tapi yang ingin ku beritahu padamu, aku tidak mencintai Carla seperti dulu lagi. Membawanya tidur ketempat ini juga tidak pernah."

Ivanna mengangkat sebelah alisnya, tidak yakin dengan apa yang Arnold katakan barusan, "Kau bohong."

"Katakan dimana letak kebohonganku?" Arnold merapatkan tubuhnya dengan Ivanna. Ia memeluk pinggang Ivanna.

"Tiap pagi aku melihatnya di kamar ini, merapikan dasi mu, memakaikan jas dan sepatumu." Ucap Ivanna yang semakin jealous mengingatnya.

"Dia selalu tidur di lantai bawah, bahkan aku tidak membiarkannya tidur dikamar kosong yang ada di sebelah kamar ini. Kau tidak sadar, Carla datang setiap pagi dan menyiapkan segala sesuatu untukku agar kau marah dan pergi meninggalkan mansion ini." Jelas Arnold yang masih tetap memeluk Ivanna.

Ivanna diam, mulutnya kelu dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun.

"Terkejut?" Arnold mengurai pelukannya lalu menggenggam bahu Ivanna.

"Ekhemm.." Sean berdeham dan berdiri di ambang pintu.

"Sean?" Ivanna menatap Sean dari sisi kanan bahu Arnold yang menghalanginya.

"Kau ada waktu?"

Ivanna mengangguk lalu hendak menghampiri Sean, tapi Arnold memelototinya, "Sebentar saja," Arnold menghela napasnya lalu membiarkan Ivanna menghampiri Sean.

"Ada yang ingin kau bicarakan?" Ivanna lalu tersenyum melihat Sean yang begitu khawatir padanya.

"Eumm.. Sebenarnya tidak ada, aku hanya ingin melihatmu lebih dekat seperti ini." Ucap Sean pelan agar Arnold tidak bisa mendengar percakapannya dengan Ivanna.

Ivanna terkekeh pelan, "Kau seperti anak kecil."

"Ivanna?"

"Ya?"

"Kau berniat kembali ke L.A?" Tanya Sean yang tiba-tiba membuat Ivanna terdiam seketika.

"Kenapa tiba-tiba--"

"Karena Arnold tidak akan membawamu pulang ke L.A"

Ivanna melotot.

"Ivanna, aku tahu jika kau akan aman disini. Tapi Arnold? Dia akan membuatmu bergantung terus padanya."

"Sean--"

Sean menggenggam kedua tangan Ivanna, "Ivanna kau mau selalu jadi target kemarahan Carla? Ingatlah Ivanna, kau bukan siapa-siapa Arnold."

Ivanna diam dan tidak berani menyela perkataan Sean. Benar, Ivanna bukan siapa-siapa untuk Arnold. Sean menyadarkannya.

Arnold berjalan menghampiri Ivanna dan Sean. Ivanna tersenyum simpul, "Aku tahu Sean, tapi maaf, aku tidak bisa."

Arnold mengangkat satu alisnya, tidak mengerti apa arti dari jawaban Ivanna.

Ivanna mengulum senyumnya lagi, tidak mau Sean merasa kesal dengan jawabannya, "Pulanglah Sean, nanti kau bisa menelfon atau hanya ingin menanyakan kabarku."

Sean menghela napasnya lalu menatap Ivanna dengan perasaan sedikit kecewa atas penolakan secara halus dari Ivanna, "Baiklah," Sean tersenyum lalu menatap Ivanna dan Arnold bergantian, "Kalau begitu, aku pergi."

Ivanna mengangguk, sedangkan Arnold diam dan hanya menatap kepergian Sean. Arnold tidak tahu kenapa Sean begitu perhatian pada Ivanna. Tapi yang jelas, Arnold tidak menyukainya.

-----------

Carla masuk kedalam mansion dengan perasaan kesal dan bibir yang terus menggerutu.

"Awas saja dia! Aku pasti akan mengirimnya ke neraka. Bisa-bisanya berpura-pura sakit hanya untuk berduaan dengan Arnold!"

Carla berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Pelayan yang melihatnya terkekeh pelan, lalu terdiam saat Carla memelototi mereka.

Carla masuk kedalam lift, sesampainya dilantai tiga, ia langsung bergegas ke kamar Arnold.

"Arnold! Arnold!" Carla berteriak disepanjang koridor lantai tiga itu.

Carla mencoba untuk membuka pintu kamar Arnold, tapi terkunci. Ia kemudian mengetuk pintu kamarnya dengan kuat dan berulang. Hingga tanpa ia sadari Arnold sudah membuka pintunya, "Kau hewan atau manusia?"

Carla membuka mulutnya lebar, tidak percaya bahwa pria yang dikaguminya mengatakan hal seperti itu.

"Ayo jawab?" Arnold berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Wanita jalang itu pasti sudah mencuci otakmu 'kan?!"

Carla menunjuk Ivanna yang berdiri dibelakang Arnold. Ia hendak masuk dan menghampiri Ivanna, tapi Arnold langsung menarik tangannya, "Hei, jawab pertanyaanku!"

Carla menghempaskan tangan Arnold lalu meringis kesakitan, "Kau menyakitiku hanya karena wanita jalang itu?" Tanya Carla lagi dengan tatapan kesal yang tertuju pada Ivanna.

"Aku bertanya, kau ini hewan atau manusia? Kau berteriak di mansion ku tanpa perasaan bersalah!"

"Aku berteriak karena kau tidak menjawab ku. Kau rela meninggalkan ku demi membawa wanita murahan itu pulang denganmu. Tanpa kau tahu kalau dia hanya berpura-pura sakit!"

"Cukup!"

Carla tersentak.

"Kau sudah melebihi batas mu, Carla."

Carla langsung menangis dengan kuat karena Arnold membentaknya, ia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Hiks..Hiks.. kau jahat, Arl."

Carla terisak.

Arnold menghela napas panjang lalu memeluk Carla, Ivanna yang melihat pemandangan dihadapannya itu memegang dadanya yang terasa sakit. Sudah berapa kali Ivanna katakan, ia tidak menyukai pemandangan seperti ini.

Dengan lembut Arnold membelai rambut Carla sambil mendekapnya.

"Istirahatlah, aku akan menghampirimu nanti. Ada yang ingin ku katakan padamu."

Arnold mengurai pelukannya lalu menatap Carla lembut. Carla tersenyum lalu mengangguk.

Carla memeluk Arnold dan sedikit berjinjit, ia melihat Ivanna dengan senyuman jahatnya, lalu berbicara tanpa suara, "You lose!" Carla tersenyum lagi melihat Ivanna yang tampak semakin marah.

Lalu Carla melepas pelukannya, "Berjaga-jaga lah, Arl. Kau tahu, banyak sekali wanita yang berusaha mendekatimu bukan karena maksud baik." Carla menatap Arnold lalu tatapannya beralih pada Ivanna.

Ivanna yang mengerti apa arti dari ucapan Carla hanya terkejut lalu membalikkan badannya.

"Aku pergi."

Carla berlalu pergi meninggalkan Arnold yang masih berdiri diambang pintu kamarnya.

TO BE CONTINUED...

----------

TINGGALIN KOMENTAR DAN VOTE KALIAN YA!

THANK YOU! :)

Continue Reading

You'll Also Like

1M 48.7K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.2M 60.2K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
6.4M 328K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.7M 140K 29
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...