The Dangerous Billionaire [#1...

By FriskaKristina9

1.4M 58K 2.5K

(18+) PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Ivanna Jhonson, wanita cantik bertubuh seksi dan juga pintar menjadi sekret... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
CAST
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Informasi Update Cerita! (Mohon Dibaca)
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Attention Please!
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Baca
Chapter 43
Maaf Ya
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49

Chapter 42

17.1K 876 50
By FriskaKristina9

Plis tinggalin vote di chapter sebelumnya dulu ya ☝️

Lagu dari Sam Smith - Lay Me Down ngiringin part ini ya. Semoga cocok cmiiw

Part ini lumayan panjang ya, menurut aku 😁

Happy sunday and Happy reading guys! 😊

---------

"Di mana Ivanna?" Arnold melenggang masuk ke dalam mansion nya.

Liana menunduk menyambut kedatangan Arnold lalu ia mendongak dan tersenyum, "Sepertinya di kamar tuan."

Arnold mengangguk lalu pergi meninggalkan Liana begitu saja. Ia masuk kedalam lift dan memilih untuk memastikan keadaan Ivanna baik-baik saja.

Tingg..

Arnold keluar dari lift, ia langsung menuju pintu kamar Ivanna dan mengetuk pintu kamarnya.

Tokk..Tokk..Tokkk...

Tidak ada jawaban dari dalam kamar.

"Ivanna?" Panggil Arnold sambil sesekali mengetuk pintunya.

"Ivanna?" Panggil Arnold lagi, tapi tetap tidak ada jawaban apapun dari Ivanna.

Arnold mendengus lalu akhirnya mendobrak pintu kamar Ivanna yang terkunci dari dalam itu.

Arnold menarik selimut yang menutupi tubuh Ivanna, "Kau suka sekali ya berdebat dengan--" ucap Arnold yang terperangah melihat bahwa dibalik selimut ternyata bantal guling.

Arnold menghempaskan selimut yang ia pegang tadi, kemudian mencari Ivanna ke segala penjuru kamarnya, tapi tetap tidak menemukan Ivanna.

Lalu Arnold mengambil ponselnya dan menghubungi telepon rumah yang ada di lantai bawah.

"Halo?" Liana menjawab panggilan telepon itu.

"Aku tidak menemukan Ivanna dikamarnya, segera datang kemari." Arnold lalu mematikan sambungan teleponnya dan memasukkan ponselnya kedalam saku celananya.

Arnold mengusap wajahnya kasar, khawatir dan marah bercampur aduk dibenaknya saat ini. Ia takut jika Carla membahayakannya.

"Ya tuan?" Liana masuk dengan tergesa.

"Kapan terakhir kali kau melihat Ivanna?"

"Aku melihatnya tadi siang tuan." Liana tertunduk lesu.

"Temukan dia atau aku akan membunuhmu."

Liana menelan salivanya, tenggorokannya terasa kering mendengar ucapan Arnold. Ivanna adalah penyelamat hidupnya saat ini.

"B-baik tuan.." Liana pergi dan meninggalkan Arnold sendiri.

Tidak lama kemudian Arnold juga ikut turun kelantai bawah dan mencari Ivanna ke seluruh penjuru mansion. Sampai-sampai Pedro dan seluruh pelayan yang ada di mansion ikut serta untuk mencari Ivanna, melihat kemarahan Arnold yang bisa membahayakan mereka, tapi mereka juga tidak menemukan dimana Ivanna berada.

"Bagaimana?" Tanya Arnold kepada Pedro yang datang menghampirinya.

"Nona Ivanna tidak ada di manapun tuan."

Arnold melemparkan vas bunga yang ada di atas meja hingga pecah dan serpihannya berserakan kemana-mana, "Sudah aku katakan, jangan kembali sebelum kalian menemukannya!"

"Ada apa ini?"

Semua mata tertuju pada satu sumber suara yang perlahan masuk kedalam mansion.

Arnold langsung bergegas menghampiri Ivanna dan mencekal pergelangan tangannya, "Kau darimana saja hah? Pergi tanpa memberitahu siapapun?!"

Ivanna meringis dan berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Arnold, "Lepaskan Arnold! Kau belum mendengar penjelasan apapun dariku."

Arnold tidak melepaskan cekalannya, ia kemudian menarik tangan Ivanna, mereka masuk kedalam lift dan meninggalkan semua pelayan termasuk Pedro yang menatap Ivanna iba.

Tidak lama pintu lift terbuka dan mereka sampai dilantai tiga, tempat dimana kamar Arnold dan Ivanna berada.

"S-sakit.." lirih Ivanna.

Arnold membuka pintu kamar Ivanna lalu mendorong Ivanna masuk kedalam kamarnya, "Kenapa kau selalu kasar padaku?" Ivanna memegangi pergelangan tangannya yang memerah.

"Karena kau tidak pernah mendengarkan ucapan ku." Balas Arnold dingin.

"Kau juga belum mendengar penjelasan apapun dariku!" Balas Ivanna tidak mau kalah.

"Jangan buat kemarahan ku semakin besar Ivanna."

"Aku tidak takut lagi denganmu!" Ivanna berdiri dan berkacak pinggang seolah menantang Arnold yang ada dihadapannya.

"Ivanna!" Ucap Arnold memperingati.

Ivanna memelototi Arnold, "Kenapa--" Ucap Ivanna terhenti, ia langsung menoleh ke pada wanita yang memanggil Arnold dan memeluknya dari belakang.

"Arnold.. Aku merindukanmu," Carla memeluk Arnold dari belakang, Arnold menoleh dari samping dan melihat tangan Carla yang melingkar diperut nya.

Ivanna memutar bola matanya, ia tidak tahu harus bersyukur karena kedatangan Carla yang membuat ia dan Arnold tidak jadi bertengkar, atau malah kesal karena melihat pemandangan yang tidak disukainya.

Arnold melepas tangan Carla lalu menatapnya, entah tatapan seperti apa yang Arnold berikan saat ini.

Tiba-tiba Pedro datang dan berdiri di ambang pintu kamar Ivanna, "Maaf tuan, aku sudah melarangnya untuk masuk, tapi ia tidak mau mendengarkan." Pedro tertunduk lesu.

"Kau.." Arnold mendengus.

"Ya aku! Kau tidak mencari ku setelah meninggalkan ku sendiri hm?" Carla tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya.

"Tidak."

"Come on Arnold.. Kau tahu? Aku sangat merindukanmu." Ucap Carla sambil bergelayut manja di lengan Arnold tanpa memperhatikan Ivanna yang masih ada disekitar mereka.

Arnold berdeham pelan lalu menatap Ivanna. Ivanna membuang mukanya, perasaan benci itu semakin menggerogoti hatinya. Pemandangan yang benar-benar memuakkan.

"Kau bisa tunggu diluar, aku dan Ivanna ingin membicarakan sesuatu." Arnold melepaskan tangan Carla.

"Sesuatu? Rahasia? Dan aku tidak boleh tahu?!" Tanya Carla beruntun lalu mengerucutkan bibirnya.

Arnold menghembuskan napasnya kasar, "Kau bisa tidak membuatku semakin marah? Aku sangat tidak suka diajak berdebat."

"Jadi perempuan itu yang selalu membuatmu marah?" Carla menatap Ivanna tidak suka. Ia mengalihkan pandangannya dari bawah kaki Ivanna hingga ke atas kepalanya, "Dari tampilannya saja, sepertinya ia bukan seorang wanita yang baik." Carla tersenyum miring.

Arnold mendesah lalu menatap Pedro yang berdiri dibelakang Carla, "Bawa dia."

"Baik tuan.." Pedro lalu menarik tangan Carla. Carla menghempaskan tangan Pedro "Kau menyuruh ku pergi kemana? Aku tidak boleh tinggal di mansion ini lagi?" Carla memelas.

"Kau boleh tidur dimana pun kau mau. Sekarang pergi!" Ucap Arnold dengan nada yang sedikit meninggi, membuat Ivanna terkejut.

"Baiklah. Aku akan menunggumu dikamar." Carla tersenyum.

Pedro langsung memboyong perempuan menyebalkan itu agar meninggalkan Arnold dan Ivanna.

"Hei, pelan-pelan! Kau bisa menyakitiku!" Ucap Carla yang terus berusaha melepaskan cekalan Pedro hingga suaranya menghilang perlahan-lahan meninggalkan kamar Ivanna.

"Dan kau Ivanna, Penjelasan apa yang ingin kau katakan?" Arnold menatap Ivanna dengan serius."

"Sepertinya kau tidak butuh lagi penjelasan apapun dariku." Ivanna berbalik badan hendak meninggalkan Arnold, namun Arnold langsung mencekal tangan Ivanna, "Kau serius ingin membuat masalah semakin sulit?"

"Arnold! Berhentilah menggangguku, berhentilah mengekang ku dan berhentilah selalu membuatku seperti orang penting untukmu." Ivanna merasa kemarahan dan kekesalannya sudah berada di ambang batas.

"Kau tidak berhak untuk selalu tahu kemana pun aku pergi, dengan siapa aku pergi dan apa yang kulakukan saat aku pergi."

"Berhenti mempermainkanku Arnold! Kau menganggap ku apa? Anak asuhmu? Adikmu? Atau apa?" Ivanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, "Oh.. karena aku memiliki hutang padamu?" Ivanna tersenyum miring.

"Ivanna, kau bukan memberi jawaban yang ku mau." Tatapan Arnold semakin kalut akan amarah.

"Stop! Aku tidak akan memberi jawaban apapun yang kau mau, mengerti?" Ivanna membalikkan badannya, namun lagi-lagi Arnold menarik bahunya lalu mencekal nya, "Kau mau bebas? Silahkan! Pergi kemanapun kau mau dan dengan siapapun kau mau. Hutangmu lunas!"

"Baik, aku pergi." Ivanna membalikkan badannya lagi, tapi Arnold mencengkram nya, "Tapi aku tidak menyuruhmu untuk pergi. Kau akan tetap ada di manapun aku ada. Sebagai asistenku!"

Ivanna terperangah dan tidak percaya dengan apa yang Arnold katakan saat ini. Ia sebenarnya tidak masalah dengan apa yang Arnold lakukan sebelumnya, tapi dengan ucapan yang baru saja dikatakannya? Itu bukan salah Arnold, itu salah Ivanna. Ivanna yang memulainya.

Arnold tersenyum miring, walau hatinya sangat bertolak belakang dengan apa yang diucapkannya saat ini.

"Kau mau bebas 'kan? Tenanglah, aku tidak akan melarangmu untuk pergi dengan siapa pun dan kemanapun. Tapi kau akan menjadi asistenku, ikuti aku dan urus semua yang aku butuhkan. Sekarang kau bebas Ivanna! B-E-B-A-S! Ini yang kau mau 'kan?!"

Ivanna merasa hatinya seperti ditusuk oleh banyak jarum. Ia tidak menyukai Arnold dan perkataannya yang menyakitkan ini. Ia tidak menyukai Arnold yang memarahinya hingga seperti ini. Ia tidak suka Arnold memandanginya seperti sekarang ini.

Ivanna tidak tahu harus menjawab seperti apa, bertindak seperti apa dan berekspresi seperti apa. Tidak terima atau malah bersyukur?

Ivanna tahu Arnold sudah begitu baik padanya, tapi mungkin caranya yang Ivanna tidak suka. Ivanna yang memulai masalah ini, ia yang membuat Arnold marah. Sebelumnya Ivanna juga bertekad untuk menjelaskan semuanya pada Arnold kalau saja ia tidak marah-marah dan bersikap kasar pada Ivanna.

Begitupun Ivanna, ia juga tidak mengerti kenapa amarahnya begitu gampang sekali terpancing, lebih lagi berapa hari ini ia merasa tidak enak badan.

Setidaknya saat ia sampai Arnold menanyakan terlebih dahulu kemana Ivanna pergi dan apa yang Ivanna lakukan saat Ivanna pergi. Tapi bukannya seperti yang Ivanna rencanakan, Arnold malah bersikap sebaliknya. Membuat Ivanna malu didepan para pelayan dan juga muak karena Arnold yang terlalu egois.

Ivanna menelan salivanya, "A-aku.."

"Kau senang?" Sela Arnold.

Ivanna menggeleng dengan cepat.

"Jika kau ingin menghukum ku, hukumlah aku sewajarnya. Aku tidak mau jadi asisten mu!"

"Aku beri waktu hingga lusa. Kau bisa berpikir cara apa yang ingin aku lakukan padamu." Arnold berlalu pergi meninggalkan Ivanna, ia menarik pintu kamar Ivanna, "Setelah kau mendapat ide yang bagus, kau bisa memanggilku, tapi sebelum kau mendapatkannya, kau tidak boleh keluar dari kamar ini." Arnold lalu mengunci pintu kamar Ivanna dan benar-benar meninggalkan Ivanna dikamar itu sendiri dengan keadaan pintu yang terkunci dari luar.

Ivanna tertunduk lesu, ia tidak tahu harus bagaimana. Ivanna menangis sejadi-jadinya, ia memeluk tubuhnya dan wajahnya berpangku disela pahanya.

Hatinya begitu sakit melihat Arnold bersikap seperti ini. Ivanna sadar bahwa ia mulai mencintai Arnold, tapi ia belum yakin dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Ivanna tidak yakin Arnold memiliki perasaan yang sama dengannya. Arnold hanya menginginkan dirinya, bukan hatinya.

Ivanna merasa kepalanya pusing, perutnya begitu mual, segera saja Ivanna langsung lari ke wastafel, Ivanna merasa ada sesuatu yang sangat ingin dimuntahkannya, tapi tidak ada, hanya air liurnya saja.

Ivanna membasuh wajahnya dengan air lalu menatap wajahnya yang kusam dan matanya yang sembab.

"Aku bukan Ivanna yang lemah."Ivanna tersenyum pada dirinya sendiri, "Aku Ivanna yang kuat kan?" Ivanna menangis lagi lalu kemudian menyeka air matanya, " Tapi aku tidak tahan lagi... Hatiku tidak sekuat dulu lagi..Hiks..Hiks.." Ivanna terisak.

Arnold berdiri didepan pintu kamar Ivanna dan mendekatkan telinganya di pintu kamar itu. Ia mendengar jelas Ivanna yang menangis dan yang berlari ke wastafel karena ingin muntah. Arnold merutuki dirinya lalu mengepalkan tangannya di pintu kamar itu, ia menyandarkan kepalanya di pintu kamar Ivanna. Ia menyesal, sangat menyesal.


TO BE CONTINUED...

---------

Jangan lupa untuk tinggalin komentar dan vote kalian ya!

Follow juga akun Ig aku @friskakristinaa

Thank you! :)

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 330K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
5.4M 288K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1M 49.8K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
672K 1.3K 15
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...