The Dangerous Billionaire [#1...

By FriskaKristina9

1.4M 58K 2.5K

(18+) PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Ivanna Jhonson, wanita cantik bertubuh seksi dan juga pintar menjadi sekret... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
CAST
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Informasi Update Cerita! (Mohon Dibaca)
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Attention Please!
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 42
Baca
Chapter 43
Maaf Ya
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49

Chapter 41

17.4K 809 24
By FriskaKristina9

Jangan lupa tinggalin vote untuk chapter sebelumnya dulu ya ☝️

Happy reading!

----------

Ivanna merapikan tempat tidurnya. Hari ini ia bangun kesiangan karena asik membaca novel kesayangannya, hingga membuatnya tidur subuh pagi.

Kemudian Ivanna menyingkapkan tirai jendela dan membuat cahaya matahari masuk kedalam kamarnya. Rasanya Ivanna tidur sangat puas walaupun ia bangun kesiangan.

Tumben sekali Arnold tidak mengusik tidurnya. Biasanya Arnold sudah masuk ke dalam kamar Ivanna seperti alarm pagi hari dan membangunkannya.

Ivanna berdiri menghadap jendela kamarnya lalu merentangkan kedua tangannya ke atas. Lalu memajukan badannya ke depan dan ke belakang , ia meregangkan badannya yang terasa kaku.

Ivanna kemudian masuk ke dalam kamar mandi, ia membuka semua pakaiannya lalu menghidupkan shower. Ivanna membersihkan rambut dengan shampo kesukaannya lalu membersihkan seluruh tubuhnya dengan body wash yang sudah menjadi busa di bath spons nya.

------

30 menit kemudian Ivanna keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang membalut tubuhnya dan handuk yang melilit di kepalanya.

Ia menuju walk in closet dan mencari pakaian yang akan ia kenakan hari ini. Ivanna memilih fine-knit sweater lengan panjang berwarna broken white, V-neck with dropped shoulders serta celana pendek corduroy berwarna cokelat.

Lalu Ivanna duduk di meja rias dan mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Setelah selesai, ia memoles wajahnya dengan make-up hingga menimbulkan kesan flawless, tapi tidak menghilangkan sedikitpun kecantikan alaminya.

Ivanna menggantungkan bathrobe dan handuk yang ia kenakan tadi. Ia keluar dari kamarnya dan masuk kedalam lift untuk turun kelantai satu.

Dalam hati sebenarnya Ivanna merasa ada yang aneh, aneh karena sejak tadi ia tidak melihat Arnold yang biasanya selalu mengganggu harinya.

Tingg..

Ivanna keluar dari lift dan langsung menuju dapur. Ia terlonjak kaget melihat seorang pelayan datang menyapanya, padahal tadi Ivanna tidak melihatnya.

"Selamat siang nona," sapa pelayan itu dengan ramah dan sedikit menundukkan badannya.

Ivanna mengangguk, "S-siang.." jawabnya kaku. Ivanna tidak bisa menyembunyikan keheranannya akan kehadiran pelayan yang ada dihadapannya saat ini.

"Arnold dimana? Dan...bukannya semua pelayan ditempat ini diliburkan olehnya?" Ucap Ivanna bingung melihat para pelayan yang lalu lalang dihadapannya dan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

Pelayan itu tersenyum, "Benar nona.. Tapi tuan Arnold sudah memberi perintah agar semua pelayan di mansion ini aktif lagi bekerja."

Ivanna masih tersenyum kikuk, "Dan Arnold?" Tanya Ivanna.

"Ah ya.. tuan Arnold sudah pergi sejak tadi pagi. Ia hanya berpesan agar melayanimu dengan baik nona."

Ivanna mengernyitkan dahinya, "Tidak memberitahu kemana ia pergi?" Tanya Ivanna penasaran.

Pelayan itu tersenyum lembut, "Nona.. tuan Arnold tidak pernah memberitahu kemana ia akan pergi dan itu juga tidak boleh kami tanyakan walau kami ingin tahu."

"Baiklah.."

"Ada yang bisa ku bantu nona Ivanna?" Tawar pelayan itu ramah.

Ivanna menggeleng, "Tidak perlu.." jeda Ivanna mengingat nama pelayan itu.

"Liana nona," sambung pelayan itu seolah mengerti isi pikiran Ivanna.

"Liana.. nama yang indah. Maafkan aku tidak ingat namamu, Liana."

"Bagaimana kau ingat namaku nona? Jika kita tidak pernah saling sapa?" Liana terkekeh pelan.

Ivanna tertawa mengingat betapa sok kenalnya ia dengan Liana. Padahal sekalipun ia belum pernah menyapa dan menanyakan langsung nama Liana, pelayan itu.

"Kau benar Liana, aku tidak pernah berbicara denganmu sebelumnya." Ivanna mengulum senyumnya.

Ivanna membuka kulkas dan mengambil minuman kaleng lalu meneguknya, "Kau tidak perlu repot-repot, Liana. Aku bisa membuatkan makanan untukku sendiri," sambungnya lagi.

Liana hendak menarik tangan Ivanna, "T-tapi nona.. tuan Arnold akan memarahiku."

"Arnold lagi? Apa pesan yang ia tinggalkan untukmu?" Ivanna mengambil roti tawar dan mengoles selai srikaya diatasnya.

"Aku harus menyiapkan makanan dan minuman untukmu, memastikan bahwa kau tidak pergi kemanapun dan dengan siapapun, lalu menyiapkan apa saja yang kau butuhkan selain makanan dan minuman." Jelas Liana.

Ivanna mendengus. Ia menyatukan kedua roti tawar yang sudah ia olesi selai tadi lalu meletakkannya di piring. Tak lupa juga Ivanna menyeduh cokelat hangat lalu membawa piring dan gelas itu ke meja makan. Sedangkan Liana tetap mengikutinya.

"Liana, kau tidak perlu mengikuti apapun yang Arnold katakan." Ivanna menggigit roti tawar tadi, "Lihatlah, aku bisa menyiapkan apapun yang aku butuhkan. Kau terlalu takut dengannya." Ivanna memakan roti tawar itu sedikit demi sedikit.

"Nona.. aku tidak mau kehilangan pekerjaanku hanya karena tidak mengikuti perintah dari tuan Arnold." Liana menundukkan wajahnya lesu.

Ivanna membersihkan remahan roti yang ada ditangannya lalu meminum cokelat hangat yang ia buat tadi.

Ivanna menatap Liana lekat, "Kau kembalilah bekerja. Aku akan memanggilmu nanti saat aku memang sedang butuh sesuatu."

Liana tersenyum lalu mengangguk, kemudian ia meninggalkan Ivanna sendirian dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ivanna mendengus mengingat Arnold yang selalu memberi perintah dan perintah. Ia senang sekali membahayakan seseorang dengan kalimat perintah darinya yang harus selalu dituruti.

---------

Disisi lain

Pedro meletakkan sebuah flashdisk di meja Arnold.

"Ini yang kau minta tuan."

Arnold meraih flashdisk itu lalu menyambungkan ke laptop miliknya.

Arnold membaca semua data yang berhasil dikumpulkan oleh Pedro untuknya. Sesekali Arnold mengernyitkan dahinya lalu menautkan kedua alisnya. Entah apa yang sedang Arnold baca hingga membuatnya berekspresi seperti itu.

"Semua yang kau dapatkan ini sudah benar?" Arnold menatap Pedro.

"Sudah tuan. Bahkan semua cctv juga sudah dilakukan pengecekan untuk memastikan apakah riwayat lokasi yang pernah mereka kunjungi sama persis seperti di cctv tempat mereka pernah menampakkan diri." Papar Pedro.

Arnold mengangguk, ia tahu kalau Pedro tidak pernah berbohong pada dirinya. Pedro sangat ahli dalam hal memata-matai seseorang dan mencari informasinya seakurat mungkin. Bahkan tidak pernah meleset. Pedro melebihi agen rahasia.

Arnold menghela napas kasar lalu menutup laptopnya, "Beraninya mereka berurusan denganku."

Pedro menundukkan kepalanya, ia tahu pasti akan ada masalah besar yang terjadi.

"Kau bisa urus semua keperluan yang akan ku butuhkan. Untuk saat ini, aku belum bisa membawa Ivanna kembali ke LA. Aku ingin lihat rencana apa yang pertama kali mereka lakukan."

Pedro mendongak lalu menatap Arnold serius, "Tapi mereka bisa membahayakan nona Ivanna tuan."

"Akan ku pastikan itu tidak akan terjadi."

Arnold kemudian meminum bir yang ada dihadapannya, "Jadi Lucas itu tunangannya? Dan hubungan mereka sudah ada bahkan sebelum Carla bersama denganku?" Arnold mengepalkan kedua tangannya.

"Benar tuan.." Pedro menjawab dengan pelan.

Arnold kemudian memukul meja dengan kuat hingga membuat Pedro terkejut bukan main. Pedro melihat begitu jelas kemarahan yang terpatri di wajah Arnold. Rahangnya mengeras dan matanya berubah menjadi kemerahan, jelas seperti seorang yang sedang menahan kemarahannya.

Lalu Arnold berdiri, "Kembali ke mansion."

Pedro mengangguk lalu menyusul Arnold yang sudah pergi duluan meninggalkannya.
Pedro sebenarnya tidak sampai hati mengingat Ivanna yang jadi target utama dari Carla dan Lucas. Entah apa yang mereka rencanakan untuk Ivanna, Pedro juga tidak tahu.

Namun, Pedro melihat kekhawatiran yang begitu jelas dari sorot mata Arnold. Bagaimanapun juga ia pasti akan ambil alih untuk terus menjaga Ivanna dari rencana busuk Carla, bukan karena Pedro orang kepercayaan Arnold, tapi karena Ivanna adalah wanita yang baik. Ivanna tidak seburuk Carla, walau Pedro sering melihat Ivanna dan Arnold bertengkar.

Pedro kemudian membukakan pintu mobil untuk Arnold. Pedro melajukan mobilnya meninggalkan tempat rahasia Arnold yang biasanya hanya Arnold datangi untuk membahas hal yang hanya dirinya dan Arnold ketahui.

TO BE CONTINUED...

--------

PLEASE TINGGALIN KOMENTAR DAN VOTE KALIAN YA SUPAYA AKU TETAP SEMANGAT!

Jangan lupa follow aku dan juga akun Ig ku ya @friskakristinaa bisa tanya² melalui DM 🤗

THANK YOU! :)

Continue Reading

You'll Also Like

649K 42.5K 61
Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya kekasih kemudian besok ia menikah dengan yang lain. Set...
1.2M 61K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1M 48.9K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.8M 142K 30
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...