Long Distance Relationship

By Windystory11

8.2K 761 541

Bukan kah suatu hubungan dilandasi kepercayaan. Atau itu hanya sebuah ucapan yang tiada arti. Bahkan jarak ya... More

Prakata✨
Prolog✨
LDR 01✨
LDR 02✨
LDR 03✨
LDR 05✨
LDR 06✨
LDR 07✨
LDR 08✨
LDR 09✨
LDR 10✨
LDR 11✨
LDR 12✨
LDR 13✨
LDR 14✨
LDR 15✨
LDR 16✨
LDR 17✨
LDR 18✨
LDR 19✨
LDR 20✨
LDR 21✨
LDR 22✨
LDR 23✨
LDR 24✨
LDR 25✨
LDR 26✨
LDR 27✨
LDR 28✨
Epilog✨
Cerita baru
Hallo, apa kabar semua?✨
Extra part 1✨

LDR 04✨

266 44 44
By Windystory11

"Salah jika gue khawatir sama orang yang gue sayang? Ia kalau gue atau lo baik-baik aja. Seandainya terjadi apa-apa gimana? Gue gak tau lo di mana? Sama siapa? Yang gue mau saat itu adalah nemuin lo"

Reina benar-benar heran melihat perubahan sikap Farhan. Pasalnya, lelaki itu tidak pernah seperti ini, datang kerumahnya di pagi hari. Selama setahun mereka dekat Farhan tidak pernah menjemput nya. Lelaki itu hanya mengantarkan ia pulang kerumah saja. Tak hanya itu, yang membuat Reina tak habis pikir saat pulang dari pantai kemarin Farhan mengatakan Reina cantik.

"Rei, lo cantik hari ini," ucap Farhan.

Reina tidak mengerti dengan perubahan sikap Farhan, bukan tak senang, hanya saja canggung bagi Reina untuk beradaptasi dengan sikap lelaki tersebut.

Sepanjang perjalanan, Reina terus memikirkan Farhan, dengan segala tingkahnya yang membuat Reina pusing bukan main.

Farhan menoleh kebelakang, ia melihat Reina yang tengah asik melamun. "Rei, lo kenapa diam aja dari tadi?" tanya Farhan.

Reina yang ketauan melamun pun gelagapan. "Hmm, gue heran aja sama sikap lo, entah perasaan gue aja atau enggak, yang pasti sikap lo itu aneh," Ucapnya kemudian turun dari motor Farhan.

Farhan pun membantu Reina melepaskan helm saat gadis itu terlihat kesusahan, dan merapikan rambutnya. "Gak apa-apa, saat ini gue lagi mencoba untuk menjalankan amanat seseorang."

Farhan langsung bergegas pergi meninggalkan Reina, sementara gadis itu masih berusaha mencerna perkataan Farhan.

***

Reina masih kepikiran dengan perkataan Farhan, hingga jam pelajaran mulai pun Reina tidak fokus sama sekali. Reina memutuskan untuk bertanya perihal alasan Farhan secara langsung selepas pulang sekolah nanti.

"Rei, gue perhatikan dari tadi lo diam aja, sih?" tanya Indah, ia bingung melihat temannya itu dari awal masuk wajah nya terlihat seperti memikirkan sesuatu.

Reina menoleh kesamping kanannya. "Lo ingat gak cowok yang waktu itu ngajak gue kenalan?" bukannya menjawab, Reina malah bertanya balik.

"Farhan?" tebak Indah dan mendapatkan anggukan dari Reina.

"Emang kenapa sama tuh anak?" tanya indah lagi.

"Gak kenapa sih," jawab Reina, ia tak mungkin mengatakan kebenaran kepada Indah.

Tak lama bel berbunyi, Reina langsung bergegas menuju kelas Farhan. Reina berjalan dengan tergesa, hingga bahunya menabrak sesuatu yang keras. Seketika Reina terpaku melihat kondisi orang itu, wajahnya penuh dengan linangan air mata, jangan lupakan matanya yang sudah sembab.

Orang itu pergi meninggalkan Reina dengan rasa bersalahnya, Reina pun mengejar orang tersebut.

"Tunggu!" seru Reina sembari menarik pergelangan tangan orang tersebut.

"Gue minta maaf sama lo, gue bener-bener gak sengaj-" ucapan Reina terpotong kala orang tersebut memeluknya secara tiba-tiba. Tanpa ragu, Reina membalas pelukan cewek tersebut, tangannya bergerak mengusap bahu yang bergetar itu.

"Gue gak tau masalah lo apa, lo bisa nangis sepuasnya, bahu gue siap jadi sandaran," ucap Reina sembari menepuk pundaknya dan detik itu juga tangis cewek tersebut pecah.

Untungnya suasana sekolah sudah sepi, taman belakang menjadi pilihan mereka untuk berbincang.

"Tunangan gue hikss ... hiks ...." ucap cewek itu disela tangisnya yang mulai reda.

Reina terkejut akan perkataan cewek tersebut, yang benar saja masih kelas sebelas tapi sudah tunangan.

"Nanda kecelakaan hiks ... hiks ...." Ucapnya sembari melepaskan pelukannya.

Reina ikut perihatin melihat keadaan cewek tersebut. "Gue gak tau harus gimana, sekarang gimana keadaan Nanda?" tanya Reina hati-hati.

"Nyokapnya bilang Nanda gak bisa diselamatkan, benturan di kepalanya menyebabkan pendarahan hebat," cewek tersebut kembali menangis.

Reina kembali memeluk cewek tersebut kala air matanya kembali meluruh.

"Nanda teman gue dari kecil, kita udah biasa berdua. Kenapa sekarang Tuhan ngambil Nanda dengan cara gini? Oowh atau gue mati aja ya biar bisa sama Nanda terus," cewek itu tersenyum kecut.

Reina langsung melepaskan pelukannya kala cewek itu mengatakan hal yang gila."Lo gilak ya! Jangan karena ini lo mau bunuh diri lo. Tuhan itu sayang sama Nanda, itu sebabnya Tuhan ambil dia lebih cepat. Ingat! masa depan lo masih panjang, lo pikir dengan bunuh diri bisa ngembalikan keadaan seperti sebelumnya? Enggak sama sekali, itu sama aja lo ngebuat Nanda ngerasa bersalah karena udah ninggalin lo. Lo, harus lanjutin hidup lo, sekarang gue antar lo pulang. Pasti Nanda pengen lihat lo hadir dipemakamannya," ucap Reina.

Reina yang sebelumnya sudah memesan taxi online membawa cewek tersebut ke depan gerbang sekolah.

"Gue Reina, sekarang kita teman ya!" pintah Reina.

Cewek tersebut tersenyum hangat. "Gue Aulia, terima kasih. Gue gak tau lagi kalau tadi lo gak datang hidup gue bakal gimana."

***

Sesampainya mereka di kediaman Nanda, suasana sudah tampak ramai. Melihat dari banyak remaja yang datang, bisa dipastikan jika kebanyakan dari mereka teman Nanda yang merupakan mahasiswa di salah satu universitas terkenal di Jakarta. Reina terus berada disamping Aulia, ia takut jika sewaktu- waktu temannya itu pingsan.

Tak lama, seorang wanita paruh baya memeluk Aulia sembari menangis. Reina yakin itu adalah orang tua Nanda.

"Lia hiks ... hiks ... maafin Mama ya sayang. Mama gak tau kalau kejadiannya bakal seperti ini. Seharusnya, Mama gak ngizinin Nanda buat nyusul Papa. Mama nyesel Lia," ucap mama Nanda dengan pilu.

"Ma, ini gak salah Mama, ini udah kehendak Tuhan. Kita serahkan semuanya sama Yang Kuasa ya Ma," ia juga harus menenangkan Mama Nanda. Ia tak boleh sedih, jika ia bersedih, lantas siapa yang akan menguatkan Mama nya Nanda.

Sehabis Dzuhur, jenazah Nanda pun dikebumikan. Reina pamit untuk pulang, sebenarnya ia ingin tinggal disini untuk menemani Aulia namun ia belum pamit pada Mama nya.

Sementara disalin sisi, seorang remaja lelaki tak habis nya ia mondar-mandir di balkon kamarnya. Lelaki tersebut bingung harus mencari kemana lagi, bahkan ponselnya saja tidak aktif.

Tak jauh dari lelaki itu, remaja yang satu lagi malah terlihat kesal. "Segitu sayang nya lo sama dia?" tanya remaja tersebut dengan tertawa.

Farhan menatap kesal sahabatnya itu. "Lo gak tau masalah yang gue hadapi, gue punya tanggung jawab besar soal Reina. Seandainya kenapa-kenapa gimana? gue gak bisa maafin diri sendiri. Lo kan tau Raf, apa yang udah Raka bilang ke gue?" Farhan mengusap wajah nya dengan kasar.

Farhan pun menyambar kunci motornya dan pergi meninggalkan Rafa yang berteriak menanyakan kepergiannya.

***

Sebenarnya Reina pun tak tega meninggalkan Aulia disaat sedang berduka seperti ini. Namun, Reina harus pulang jika tak ingin membuat sang Mama khawatir. Reina masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Lima belas menit ia habiskan, kemudian kaki nya bergerak menuju nakas. Reina mengambil ponselnya yang ia charger dari pagi.

Setelah hidup, banyak pesan masuk dari WhatsApp, salah satu pesan tersebut berasal dari Farhan. Reina pun membukanya.

Farhan,
Rei, lo dimana?
Tadi kata teman gue lo mau kesini?
Ada apa Rei?
Rei balas chat gue!
Reinann anaknya wak apaan gue gak tau:)
Rei sumpah ya, lo buat gue khawatir
Gue gak bisa diginiin Rei
Ehh upil badak, kok gue alay ya?
Gue otw kerumah sakit jiwa Rei.


Reina tak habis pikir dengan sikap Farhan, tawa yang sedari tadi ia tahan akhirnya pun lepas hingga sudut matanya ber-air.

Tok tok tok

Reina pun bangkit dan membuka pintu kamarnya, tampak wajah bik Sumi. "Ada apa bik?" tanya Reina.

"Itu didepan ada teman non Reina," alis Reina menyatu tanda ia bingung, siapa tamu yang datang di malam hari.

"Teman bik?" tanya Reina memastikan, bik Sumi mengangguk sebagai jawaban.

"Mending non Reina temui si aden, kasihan non diluar lagi hujan, pasti si aden kehujanan. Tadi bibik udah suruh masuk, tapi si aden bilang nunggu didepan pagar aja," Reina langsung masuk kedalam kamarnya untuk menggunakan jacket.

Reina bergegas keluar rumah, sesampainya disana Reina melihat Farhan yang sedang bersandar di pagar besi tersebut.

"Farhan!" panggil Reina sedikit berteriak, melihat hujan yang cukup deras.

Orang yang dipanggil tersebut pun langsung membalikkan badannya dan tersenyum saat melihat orang yang ia khawatir kan baik-baik saja. Setidaknya melawan hujan tidak sia-sia.

Reina kembali kedalam rumah dan berlari menuju dapur. Setelah dapat barang yang ia cari, ia mendekati Farhan dan memayungi diri mereka berdua.

"Lo ngapain kesini sih? Lo gak tau apa kalau lagi hujan deras?" dari nadanya bisa dipastikan jika Reina tengah kesal.

Senyum di bibir Farhan tak lekas hilang. "Gue khawatir sama lo, tadi Kevin bilang lo mau kekelas gue. Gue tungguin kok gak datang? Gue telfon gak lo angkat, gue WhatsApp ceklis satu. Gue khawatir sama lo rei," cerosos Farhan.

Reina menundukkan kepalanya, ia menyesal sudah membuat Farhan khawatir. "Maaf Han," cicit Reina.

Farhan menghela nafasnya dengan kasar, tangannya bergerak mengangkat dagu Reina untuk menatapnya. "Lain kali kalau ada apa-apa kasih tau gue. Biar gue gak bingung nyari lo kemana!" ujar Farhan lembut.

"Maafin gue, lo harus hujan-hujanan hanya untuk melihat keadaan gue. Seharusnya lo gak perlu kesini Han, besok kita juga ketemu kan?" ucap Reina.

Farhan mentap lekat manik mata Reina. "Salah jika gue khawatir sama orang yang gue sayang? Ia kalau gue atau lo baik-baik aja. Seandainya terjadi apa-apa gimana? Gue gak tau lo di mana? Sama siapa? Yang gue mau saat itu adalah nemuin lo," Farhan tak habis pikir dengan Reina. Ia sudah bingung harus mencari kemana namun dengan santainya mengatakan bila besok berjumpa.

Entah keberanian dari mana, Reina langsung memeluk Farhan dan melepaskan payung yang melindungi mereka berdua dari hujan. Reina tak perduli lagi dengan tubuhnya, yang saat ini Reina rasakan adalah rasa bersalah terhadap Farhan. Farhan yang mendapat pelukan secara tiba-tiba dari Reina hanya diam kaku, namun tak urung tangannya membalas pelukan tersebut.

"Maafin gue Han hiks ... hiks ... gue gak maksud buat lo khawatir, ceritanya panjang Han," ucap Reina di sela tangisannya.

Farhan semakin tidak tega kala mendengar suara isak tangis dari bibir mungil Reina.

"Udah ya, jangan nangis lagi. Gue gak bisa lihat lo nangis, lo jelek kalau nangis, lihat tuh hidung lo udah merah!" canda Farhan, Reina pun langsung melepaskan pelukannya karna malu.

"Yaudah, sekarang lo ceritain ke gue kenapa lo ngehilang!" titah Farhan.

Reina pun menceritakan awal pertemuan dirinya dengan Aulia,sedari mulai Nanda yang kecelakaan hingga Reina yang datang kerumah Nanda.

Farhan yang mendengarkannya pun terkejut, bukan tanpa alasan, pasalnya lelaki itu pun mengenal baik sosok Nanda. Selain teman kecil, Nanda juga sosok yang begitu sayang sama teman-teman satu permainan mereka. Farhan dan Nanda terlihat seperti seumuran, padahal usia mereka terpaut dua tahun

Bukan itu saja yang menjadi pikiran Farhan, bagaimana jika rahasia yang selama ini ia simpan secara rapat terbongkar. Apakah ia masih bisa bersama dengan orang itu? Farhan hanya bisa berharap apa yang ia takutkan tidak kenyataan.

"Han, ngelamunin apa?" tanya Reina saat melihat Farhan melamun.

"Eh enggak kok, sekarang lo masuk biar gue pulang. Jangan lupa mandi biar gak sakit," ucap Farhan kemudian pergi meninggalkan pekarangan rumah Reina.

***

Keributan terjadi, para siswa tengah menghadapi ujian kenaikan kelas. Gak terasa, padahal baru kemarin Reina memasuki sekolah ini, sekarang sudah mau naik kelas tiga saja. Berhubung hari ini terakhir ujian, Farhan ingin mengajak Reina kepantai namun sayang tidak jadi, dikarenakan Farhan harus mengantar paket yang ingin dikirim ketempat kakak nya.

Sesampainya dirumah Farhan, Reina langsung bertanya. "Han, kita ngapain kerumah lo? Lo mau macam-macam ya?" bagaimana Reina tak berpikiran seperti itu, lelaki tersebut dengan gampangnya membawa kerumahnya.

Farhan menarik tangan Reina untuk masuk kedalam. Tas nya ia letakkan di  sofa ruang tamu. Lelaki tersebut bergerak menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Namun, saat di pertengahan tangga ia berbalik.

"Jangan mikir yang aneh-aneh. Gue mau ngantar paket buat kakak gue, nah kebetulan lewat rumah lo. Dari pada gue bolak-balik mending sekalian aja."

Reina pun duduk diruang tamu, rumah Farhan terlihat sepi hanya ada satpam dan bibik yang membuka kan pintu untuk mereka tadi. Reina berjalan melihat dinding rumah Farhan yang terdapat beberapa foto. Salah satu foto tersebut membuat Reina tersenyum hangat, Farhan sewaktu kecil tampak tampan dengan seorang remaja perempuan yang umurnya bisa Reina ukur berkisar diatas Reina. Hingga senyum yang terpatri itu memudar, kala netranya menangkap sebuah figura yang tengah ia pegang.

Degg

Jantung nya seperti berhenti, sesak di dada nya kian menyesakkan. Kembali Reina letakkan figura tersebut. Orang itu, orang yang selama ini ingin Reina lupakan di masa lalunya. Orang yang selalu membuat dirinya tak tenang dan membuat takut untuk menjalani suatu hubungan. Lantas, mengapa mereka berdua bersama? apa hubungannya? Reina terus memikirkan hal tersebut.

Tbc

Eh udah sebulan aja gak update 🤣. Maafin windy ya😔 kan kemarin ikut challenge Jadi harus nunggu tanggal satu maret buat update kembali.

Pas udah bulan maret tanggal satu, akunya belum ada mood buat ngedit. So, hari ini aku publish deh heheh :).

2000 lebih loh. Aku tunggu vote dan komen nya ya❣️. Kalau ada typo kasih tau windy ya.

Windystory11

Continue Reading

You'll Also Like

1M 215K 47
STORY 16 Sudah jatuh, tertimpa buah durian juga, mungkin itu pepatah yang tepat untuk Gaudi. Tepat dimalam ulang tahunnya yang ke-30 tahun, ia bukan...
2.1K 225 53
Sahabat jadi cinta Cinta jadi benci Benci jadi cinta Lucu, cinta serumit itu ternyata. Tapi dari cinta banyak pelajaran yang bisa diambil. Persahabat...
1.1M 80.6K 39
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
251K 4.8K 8
Ternyata, menyakitkan sekali rasanya. Ketika dekat, tapi tak dianggap. Kehadiranku sama sekali tak dibutuhkan. Kini, baru tersadar bahwa aku benar-be...