HornYong《Jaeyong》✔

By acel_kins-

3.8M 295K 97.3K

[Mature] Taeyong tidak bisa menahan hasrat di dalam tubuhnya. •BXB || HOMO || YAOI || GAY •Jaehyun x Taeyon... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
PDF HORNYONG

Part 24

70.7K 6.9K 798
By acel_kins-

SUDAH terhitung satu minggu Taeyong tidak memberi kabar apapun pada Jaehyun, bahkan ia terkesan menjauhi lelaki tampan itu. Taeyong memfokuskan diri pada mata kuliah, setiap hari ia menghabiskan waktu di perpustakaan, dan di setiap detik, Taeyong selalu memikirkan pengkhianatan yang ia berikan pada Ten.

Ini sungguh tidak mudah, Taeyong berusaha berbicara pada Ten agar hubungan mereka bisa kembali seperti semula. Tapi lelaki berdarah Thailand itu sama sekali tidak mau mendengarkan Taeyong, Ten juga masih membutuhkan diri untuk menata ulang pikiran.

Taeyong mencoba menemui Ten setiap istirahat, tapi ia tidak berhasil mengatakan apapun karena Ten selalu menghabiskan waktu bersama Johnny, sementara Taeyong hanya memperhatikan dari jarak jauh. Ada rasa lega saat melihat Ten tertawa bersama Johnny, setidaknya, Ten masih bisa tersenyum dan tertawa meskipun bukan bersamanya. Jujur, Taeyong merindukan sahabatnya itu melebihi apapun.

Sejak awal, mencintai Jaehyun memang memiliki konsekuensi yang cukup berat dan Taeyong harus menerima itu. Rasa egois serta obsesi membuatnya buta, Taeyong terlalu serakah, ia memang berhasil merebut Jaehyun dari Ten, tapi ternyata pada akhirnya; Taeyong tidak bisa menerima hal tersebut. Melihat Ten tersakiti dan menangis di hadapannya membuat Taeyong jauh lebih menderita.

"Apa yang sedang kau lakukan? Melamun?"

Taeyong menoleh, menatap Doyoung yang berdiri di sampingnya. Doyoung adalah lelaki yang beberapa kali meminjam buku catatan Taeyong, meskipun keduanya tidak begitu dekat, tapi Taeyong selalu berada di kelas yang sama dengan Doyoung.

"A-aku tidak.." gumam Taeyong pelan, ia menunduk dan mengalihkan pandangan ke arah lain, "aku duluan.."

Tapi belum sempat Taeyong melangkah, lengannya sudah di tahan terlebih dahulu oleh Doyoung. Taeyong menoleh, menatap Doyoung tepat di wajah dengan raut bingung. Tidak biasanya Doyoung memperlakukannya seperti ini.

Mata Doyoung menyipit, memperhatikan Taeyong. "Kita berada di kelas yang sama empat hari terakhir ini dan kau terus menerus melamun tanpa mencatat apapun di kelas. Awalnya aku ingin meminjam buku catatanmu tapi aku mengurungkan niat tersebut, biasanya kau selalu mencatat hal penting ketika dosen menerangkan. Terjadi sesuatu?"

Itu adalah kalimat terpanjang yang Taeyong dengar dari Doyoung. Taeyong adalah lelaki yang tidak terlalu bisa bergaul dengan sekitar, ia selalu menutup diri dan bersikap malu-malu, oleh karena itu hanya Ten yang berhasil menjadi sahabatnya sejauh ini.

Taeyong menggeleng pelan. "Tidak terjadi apapun.."

"Kau memperhatikan Ten belakangan ini, aku tahu kalian berteman cukup dekat." gumam Doyoung pelan, ia menarik tangan Taeyong dan membawa si lelaki bermarga Lee menjauh dari kantin, "pasti ada sesuatu yang terjadi. Aku bisa membawamu ke tempat yang mungkin membuatmu jauh lebih tenang."

Sebenarnya Taeyong ingin memberontak, ia lebih baik menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca atau melamun. Tapi Doyoung terus memaksa, menarik tangan Taeyong tanpa henti. Mau tak mau Taeyong akhirnya mengikuti langkah kaki Doyoung; menaiki anak tangga menuju lantai atas.

"M-mau kemana?"

"Ikut saja." ujar Doyoung tanpa menoleh, ia berjalan di depan Taeyong dan mengenggam pergelangan tangan si lelaki bermarga Lee dengan erat.

Keduanya terus berjalan menaiki anak tangga hingga Doyoung membuka pintu yang terbuat dari besi. Taeyong bisa merasakan angin kencang berhembus; menerbangkan helaian rambut hitamnya, ia menatap ke sekeliling dan menyadari bahwa Doyoung membawanya ke rooftop.

Doyoung melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Taeyong dan berjalan lurus ke depan. "Aku selalu berada disini jika sedang banyak pikiran, kuharap ini membantumu."

"K-kenapa kau membantuku?" tanya Taeyong penasaran, ia memasukan kedua tangan ke dalam kantung hoodie, matanya menatap lurus pada Doyoung.

"Karena kita teman." ujar Doyoung santai, ia membalikkan tubuh dan tersenyum kecil, "meskipun kita jarang berbincang, tapi aku selalu mengagumimu Lee Taeyong; mahasiswa yang mendapatkan beasiswa karena kepintaranmu. Ah, aku tidak berusaha memanfaatkanmu, hanya ingin membantumu agar tidak selalu melamun saat di kelas."

Taeyong mengalihkan pandangan ke arah lain dan mulai berjalan mendekati ujung gedung; menatap beberapa bangunan yang di bangun dengan tinggi. Ia bisa melihat indahnya pemandangan dari atas sini. "Terimakasih sudah membawaku kemari.."

"Bukan masalah besar." Doyoung tertawa kecil dan memejamkan kedua kelopak mata, menikmati hembusan angin. Sebenarnya ia berteman dengan Ten, Doyoung sangat tahu bila Taeyong dan Ten adalah teman dekat, namun akhir-akhir ini keduanya seolah bersikap seperti orang asing, tidak mengenal satu sama lain.

Bukannya Doyoung ingin ikut campur, ia hanya penasaran. Biasanya Ten akan selalu menghabiskan waktu bersama Taeyong, tapi sekarang tidak. Itu sedikit mengganggunya, Doyoung selalu senang melihat Ten dan Taeyong bersama.

"Jika membutuhkan teman untuk di ajak bicara, aku akan mendengarkanmu." gumam Doyoung pelan, ia melemparkan senyum manis pada Taeyong.

"Uhm.." Taeyong mengangguk dan ikut memejamkan kedua kelopak mata, menikmati semilir angin yang berhembus di sekitarnya. Ini menenangkan.

***

"

Kau tidak pulang lagi?"

Jaehyun menatap Kakak sepupunya; Suho, yang kini berjalan masuk ke dalam ruangannya. Ia menggeleng sebelum kembali memfokuskan pandangan pada layar laptop. Kacamata anti radiasi bertengger di hidung, rambut hitam Jaehyun terlihat sedikit berantakan.

Suho menghela napas jengah dan memutuskan untuk duduk di sofa ruangan Jaehyun. "Tidak biasanya kau seperti ini Jaehyun-ah, ada sesuatu yang terjadi?"

"Tidak ada."

"Kau terus menyiksa dirimu, tidak tidur dan mengkonsumsi kafein berlebihan." ujar Suho kesal, ia menyenderkan punggung pada sofa dan memejamkan mata, "kau bahkan tidak memakan nasi."

Jaehyun hanya diam, tidak berniat untuk menjawab. Ia berusaha menghubungi Taeyong, tapi panggilannya tidak pernah di angkat. Jaehyun juga beberapa kali datang ke rumah Taeyong, namun tidak pernah ada yang membukakan pintu. Itu membuatnya frustrasi, apakah Taeyong memang membutuhkan waktu selama ini untuk menata ulang pikiran?

"Kedua orang tuamu kembali bertengkar," gumam Suho pelan, kedua kelopak matanya terbuka, ia menatap Jaehyun dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Kau tidak mau menerima perjodohan yang Ibumu buat lagi?"

"Aku tidak tertarik. Kenapa mereka tidak bercerai saja."

Mendengar itu Suho tertawa. "Bercerai hanya akan membuat perusahaan yang di bangun oleh Ayahmu hancur, lelaki itu masih membutuhkan Ibumu."

Jaehyun mengeraskan rahang. Tumbuh di keluarga yang tidak harmonis memang membuatnya tersiksa, tidak pernah ada hubungan yang berhasil. Jaehyun memiliki dua sepupu wanita yang sudah bercerai karena pernikahan memang tidak selalu berjalan lancar. Belum lagi di setiap hari, Ibu serta Ayahnya selalu bertengkar, membicarakan hal tentang saham perusahaan.

Sungguh, hal yang paling Jaehyun takuti adalah membangun sebuah hubungan. Di keluarga besarnya, tidak ada pasangan yang memiliki hubungan harmonis. Mereka semua hanya menyembunyikan kebusukan bila sedang mengunjungi kumpul keluarga; berakting seolah mereka bahagia bersama pasangan hidup, namun kenyataan tidak seperti itu.

Jika bisa, Jaehyun tidak mau mengurus perusahaan atau merebutkan saham serta pewaris tunggal. Ia lebih memilih hidup sederhana dengan gaya nya sendiri. Hidup di dalam keluarga kaya raya membuat Jaehyun tersiksa, semuanya seolah sudah di atur, termasuk perjodohan. Jaehyun ingin melarikan diri.

Rasa takut Jaehyun pada pernikahan membuatnya tidak mau mengikat seseorang di dalam hubungan. Jaehyun berpikir bila pernikahan itu hanya status yang mengerikan; mengikat dua orang dalam sebuah janji yang di penuhi kebohongan. Seperti apa yang ia lihat dari Ibu, Ayah dan keluarga besarnya.

Tapi belakangan ini Jaehyun menyadari sesuatu. Bila memulai hubungan bersama orang yang ia cintai, mungkin Jaehyun bisa memiliki akhir yang bahagia, tidak seperti keluarga besarnya. Namun rasa ragu itu masih ada, Jaehyun membutuhkan seseorang untuk meyakinkannya. Trauma yang ia alami juga tidak mudah.

"Sampai kapan kau akan menyibukkan diri seperti ini?" tanya Suho penasaran, ia sudah berdiri di hadapan Jaehyun dengan kedua tangan yang terselip di kantung celana.

"Entahlah Hyung," gumam Jaehyun pelan, ia melirik ke arah ponselnya dan menghela napas dalam. "Mungkin sampai aku tidak bisa menggerakan kedua jariku di atas keyboard."

Suho menepuk pelan pundak Jaehyun. "Jangan memaksakan dirimu sendiri, bila memang ada masalah, kau bisa membicarakannya padaku."

"Tentu.." hanya itu yang Jaehyun ucapkan, ia tersenyum kecut.

'Membicarakannya padaku.'

Seperti Suho bisa membantu saja. Jaehyun tahu bila tidak ada anggota keluarga besarnya yang tulus, mereka semua hanya mencari muka. Termasuk Suho yang berpura-pura baik.

"Baiklah, aku pergi." setelah itu Suho keluar dari ruangan Jaehyun, meninggalkan Jaehyun yang mengusap wajah dengan kasar.

Jaehyun meraih ponsel, mencoba untuk mengubungi Taeyongㅡtapi nihil, panggilannya tidak di jawab meskipun nada deringnya terhubung.

"Kau masih membutuhkan waktu ya?" gumam Jaehyun pelan, ia menempelkan dahi di meja dan memejamkan kedua mata, "aku merindukanmu Taeyongie."

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

191K 29.6K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
77.4K 10K 106
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜
76.3K 3.5K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
30K 3.2K 14
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG