Tak Seharusnya Jatuh Cinta

By ceceajaya

130 8 0

"Jangan lupa sama aku. Janji deh nanti kalau sudah dewasa aku akan menemuimu." Sudah lama sekali kudengar kal... More

2. Rintikan Hujan
3. Will You Be My Friend?

1. Little Girl.

74 3 0
By ceceajaya

"Aku janji kita akan saling mendukung satu sama lain. Best friend gak akan ingkar janji."

Jakarta.
Sabtu, 16 September 2017.

"Yolla, bangun. Kamu mau pergi sekolah tidak? Lihat ini sudah jam setengah tujuh. Mau bangun jam berapa lagi kamu?"

Ada seorang remaja cantik bernama Yolla, si gadis yang galak.
Banyak remaja pria yang jatuh cinta dengannya. Tapi, tak mudah untuk membuat hati nya luluh begitu saja. Sikapnya begitu dingin pada orang yang tidak ia kenal. Namun saat didekat teman-teman dekatnya, ia begitu periang.

"Yolla, tak bangun juga? Kamu mau ibu siram pakai sambal ayam ini ya? Bangun sudah setengah tujuh, Nak!" Ucap ibu nya.

Matanya masih terbuka sedikit, pikirannya belum sadar. Ia mencoba bangun dari ranjang tingkat nya sembari menggaruk garuk kepalanya.

"Hah setengah tujuh?" Ucapnya berbisik.

"Anjirrr, setengah tujuh ibu bilang? Kenapa gak bangunin Yolla dari tadi? Yolla kan harus sekolah bu!" Ucapnya panik.
"Kan sudah ibu teriaki kamu dari tadi, gimana sih. Sudah lekas lah mandi." Omel ibu nya.

Yolla segera kekamar mandi dan setelah itu bersiap siap untuk pergi kesekolah.
Saat ia sudah selesai mandi, ia mengintip sedikit ke jendela.

"Hah, kok masih gelap kek subuh ya?" Tanya nya heran.

Yolla melihat handphone nya dan waktu masih menunjukan pukul 05.15.

"What the fvck!" Ucapnya kesal.

Yolla berteriak dari kamar nya,
"Bu, ini masih jam lima pagi!" Teriaknya dari kamar.

Ibu nya hanya tertawa kecil melihat kekesalan Yolla karna ulahnya.

"Jengkelin banget si Ibu ini. Masih mimpi juga." Ucapnya kesal.

Ia bersiap siap mengenakan seragam sekolahnya, dan menyiapkan buku bukunya kedalam tas. Ia mengeluarkan jadwal kemarin hari untuk diganti menjadi jadwal hari ini.

Sebatang coklat terjatuh saat ia mengeluarkan isi tas nya.

"Ih ada coklat." Ucapnya.

Beru teringat, Zefery teman kelasnya memberi coklat itu padanya.

"Eh iya, Ahau kan ngasih coklat kemarin. Astaga, sangking lelahnya aku sampai lupa memakannya. Untung saja tidak begitu cair. Sudahlah kuletakkan dikulkas saja." Gumam nya dalam hati.

Yolla pergi kedapur dan menaruh coklat itu kedalam kulkas. Ibu nya menggodai nya.

"Wah, kamu sudah punya pacar ternyata. Bagus ya. Ibu sekolahin mahal mahal malah pacaran." Ucap ibu nya.
"Apaan sih ibu, ini itu dikasih temen. Oh iya jangan dimakan. Ini dikasih buat Yolla bukan ibu." Ucap Yolla.
"Nah kan. Pasti dari pacar kamu. Mana ada temen kamu yang mau ngasih coklat buat kamu, kamu kan gak penting. Lagian kalau bukan dari pacar kamu, pasti kamu gak marah kan kalau coklat itu ibu makan?" Tanya ibu nya.
"Ibu ini, se-udzon banget sama anaknya. Gak ada pacar pacaran. Udahlah pokoknya jangan dimakan. Nanti pulang sekolah mau Yolla abisin." Ucapnya kemudian kembali ke kamarnya.

Yolla kembali bersiap siap dan mengecek handphone nya.
Terdapat ribuan pesan Whats-Up dari seseorang. Ia membuka pesan itu kemudian tersenyum senyum sendiri.
Pesan itu berasal dari teman kelasnya, Rian.

"Apaan sih anak ini nyepam nya banyak banget, gak pegel apa tuh jari?" Gumamnya cengengesan.

Ia mendapati pesan selamat tidur, selamat malam, hingga selamat pagi.
Yolla tak berhenti tersenyum. Namun ia memilih untuk mengabaikan pesan pesan itu karna waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 setengah jam lagi ia harus berangkat kesekolah.

Yolla memakan sarapan pagi nya sembari menunggu adiknya bersiap siap.

Tak lama, selang beberapa menit sarapannya telah selesai namun adiknya belum juga selesai bersiap siap.

"Fani! Lama kali kau! Aku ni mau kesekolah. Kau anak manusia atau siput? Bisa cepat gak?" Teriaknya dari ruang tengah.
"Sabar la kak! Dikit lagi juga selesai." Balas Fani.

Ibu nya yang mendengar nada tinggi itu langsung mendatangi Yolla diruang tengah.

"Kamu ini kenapa marah marah sama adikmu? Kamu ini kakak seharusnya bisa bernada sedikit rendah pada adikmu." Ucap ibu Yolla.
"Belain aja terus si Fani. Coba kalau Yolla yang lama sedikit geraknya pasti ibu marah marah. Bilangin Yolla inilah itulah." Balas Yolla.
"Kamu kan kakak jadi harus bisa ngasih contoh yang benar ke adik adikmu." Ucap ibu nya lagi.
"Jadi mentang mentang Yolla kakak, Yolla harus berbuat segala yang benar? Yolla juga manusia kali bisa buat salah. Kalau ibu mau punya anak yang gak serba salah mending ibu cari aja lah sana. Yolla juga capek kali dituntut ini itu. Kalau tau punya adik gak nyenangi, gak berguna kaya dia mending Yolla gak usah punya adik." Ucap Yolla.
"Tak pantas kamu bicara kaya gitu. Adikmu dia itu." Ucap ibu Yolla.
"Emang Yolla minta adik? Enggak kan?" Tanya Yolla dengan nada tinggi.

Yolla mengakhiri percakapan kasar itu dengan ibunya dengan pergi kedalam mobil. Ia menunggu adiknya yang sedikit lama bersiap siap.

Sedangkan ibu nya memikirkan perkataan Yolla tadi.

Beberapa menit setelah nunggu dimobil akhirnya Fani datang. Kemudian mereka berangkat menuju sekolah.

Disepanjang jalan Yolla hanya termenung tak berbicara satu katapun. Ayah Yolla yang menyadari hal itu langsung mencari topik untuk mengajaknya bicara.

"Kak?" Tegur ayahnya.
"Iya, Yah?" Jawab Yolla.
"Gimana belajar disekolah? Ada yang susah?" Tanya ayahnya.

Yolla hanya menggeleng ringan kepalanya.
Kemudian Fani menyeletuk percakapan mereka.

"Ah, kak Yolla lagi mikirin pacarnya tuh. Mangkanya ngelamun terus dari tadi." Ledek Fani.
"Apaan sih kau ini. Kau diam ajalah kalau gak tau apa apa. Udahlah gerak lambat." Tegas Yolla.

Ayahnya yang melihat kedua putrinya mengalami sedikit pertikaian kecil langsung memberhentikan mobilnya didepan minimarket. Kemudian membeli dua minuman susu kotak untuk dibagikan kemasing masing dari mereka.

Yolla yang heran akan kelakuan ayahnya, langsung mengajukan pertanyaan.
"Buat apa ayah beliin ini? Kan dirumah juga ada." Tanya nya.

Sambil menjalankan kembali mobilnya, ayah Yolla mengatakan sesuatu tentang masa kecil mereka.

"Ingat gak dulu? Waktu kecil dulu pas kalian susu kotak coklat ayah cuman bisa beliin satu karna gak ada uang. Terus ayah minta kalian untuk berbagi. Tapi kalian gak mau. Kalian kelahi. Sampai Yolla sendiri yang ngalah. Sekarang udah beda. Ayah udah bisa beliin kalian ini walau telat, seenggaknya ayah bisa belikan." Ungkap ayahnya.
"Iya Yolla ingat." Celetuknya.
"Ayah beliin ini supaya kalian fokus kebarang masing masing. Biar kalian gak kelahi sekarang. Udah minum itu." Pinta ayahnya.

Dua kakak adik itu fokus keminuman masing masing. Dan beberapa menit setelahnya, mereka sampai didepan sekolah. Mereka keluar dari mobil. Yolla masih memasang muka cemberutnya itu.

Ketika ia sedang berjalan menuju kelas, seorang siswa menghampirinya. Siswa itu bernama Rian.

"Eh Yol, tugas dari Bu Weny udah siap? Yang makalah itu loh." Tanya Rian.

Yolla hanya menggeleng kepalanya.
Rian merasa jengkel karena ia sudah kehabisan ide untuk mendekati Yolla yang berhati dingin.

"Cuek banget si ni cewek. Kim bantuin aku lah. Kau kan temenku. Bantuin aku deketin dia." Ucap Rian pada temannya, Hakim.
"Kau ni kenapa si harus suka sama cewek jutek kek dia, mana lagi galak pula." Lantur Hakim.
"Ya pokoknya bantuin deh." Pinta Rian.

Kedua sahabat itu kebingungan karena memikirkan seribu cara untuk mendekati Yolla.

Yolla duduk menyendiri didalam kelas hingga temannya, Zefery pun datang.

"Dor!!!" Kejut Zefery
"Apaan si Hau, gak kaget juga. Kaya orang gila tau gak." Ucap Yolla.
"Anjir, tega bener ngatain aku gila." Ucap Zefery.
"Eh, Hau, si Rian kenapa si akhir akhir ini caper gitu?" Tanya Yolla.
"Gak tau tuh, mungkin dia suka samamu kali." Ucap Zefery.
"Udahla lupain aja, gak penting." Lantur Yolla.

Yolla beranjak dari tempat duduknya dan mengambil buku absen yang terletak diatas meja guru. Saat hendak mengambil buku itu, lagi lagi Rian berusaha mendekatinya.

Namun Yolla tetap mempertahankan sikap dingin nya itu.
Rian tak berhenti untuk berusaha keras mendekatinya, walau sikap anak cantik itu begitu dingin.

"Dingin banget si lo anjir." Dumel Rian.
"Hah? Kau ngomong apaan?" Tanya Yolla.
"Aku gak ada ngomong apa apa kok." Balas Rian.
"Kau pikir aku budek ya? Kau pikir telingaku tuli sampai sampai gak dengar apa yang kau omongi?" Ucap Yolla.
"Judes banget si." Lantur Rian.
"Ya jadi kenapa lah!?" Balas Yolla dengan nada tinggi.
"Judes banget, suer." Ujar Rian.

Yolla masuk kedalam kelas dan duduk menyendiri. Kemudian Zefery membuat lelucon kecil dan membuat Yolla tertawa geli.

"Eh bebbb, sendiri aja nih." Sahut Zefery.
"Ih apaan sih, geli tau." Balas Yolla dengan sedikit tawaan.
"Eh, eh tau gak?" Tanya Zefery.
"Enggak lah tolol, orang topiknya aja aku gak tau apaan." Ujar Yolla.
"Tau gak sih..." Ucap Zefery belum selesai.
"Enggak idih..." Balas Yolla.
"Belom anjir! Belom!" Ucap Zefery.

Yolla terkekeh saat menjahili Zefery ketika ia sedang berbicara. Rian yang melihat hal itu merasa kesal dan memukul pintu kelas dengan kuat.

"Sialan!" Dumel Rian sambil memukul Pintu dengan keras.

Hakim yang berdiri berdekatan dengan Rian terkejut melihat temannya yang tiba tiba marah.

Yolla pun melihat hal itu, namun ia heran apa yang terjadi pada Rian sehingga ia semarah itu. Tapi tetap saja, ia tak peduli.

Hakim menyusuli Rian yang pergi kekantin.

"Eh Yan, kau tadi kenapa?" Tanya Hakim.
"Kau gak lihat tadi si Zefery caper gitu depan Yolla?" Tanya balik dari Rian.
"Oalah, cemburu ternyata. Udahlah santai aja, kan mereka cuman temenan." Ucap Hakim.
"Tau aku, tau!" Tegas Rian.
"Eh beli minum dulu lah yok. Sepuluh menit lagi pak Sulis masuk, ngajar Bahasa Inggris." Ucap Hakim.
"Yaiyalah Pak Sulis masuk ngajar bahasa inggris secara dia guru Bahasa Inggris. Gak iya banget dia guru Bahasa Inggris tapi ngajar IPS." Ucap Rian.

Hakim hanya terkekeh dengan pernyataan sahabatnya itu.

"Eh tadi kau mau beli minuman kan? Cepatlah." Ucap Rian.
"Kau bayarkan tapi, uangku ketinggalan dihatinya." Ucap Hakim sambil cengengesan.
"Dah lah yok naik aja ke kelas." Pinta Rian.

Kemudian dua orang itu naik kelantai empat dan masuk kedalam kelas.
Masih dengan kondisi yang sama, dimana Zefery dan Yolla masih bertukar lelucon. Rian berusaha menahan dirinya agar tidak emosi lagi seperti yang ia lakukan beberapa menit lalu.

Selang beberapa menit, Pak Sulis masuk kedalam kelas.

"Assalamualaikum." Ucapnya
"Waalaikumussalam." Balas satu kelas.
"Ini pertama kalinya bapak masuk kelas setelah beberapa minggu kemarin digantikan oleh Bu Naurah." Ucap Pak Sulis.

"Karna bapak belum tau nama nama kalian jadi bapak akan bertanya nama kalian dan mencatat nama nama kalian disini. Jadi bapak harapkan kalian jangan ribut." Ucapnya lagi.
"Iya, Pak." Balas salah satu seorang murid.

Keadaan didalam kelas itu begitu ribut hingga Pak Sulis sendiri kesulitan untuk mendengar apa yang mereka katakan.
Namun ia tetap membiarkan hal itu terjadi dan mencatat nama nama murid dikelas itu.

"Nama kamu siapa?" Tanya Pak Sulis pada seorang siswi.
"Nurrul Khafifah, Pak." Balas siswi itu.
"Apa? Nurrul Habibah?" Tanya Pak Sulis.
"Khafifah, Pak. Bukan Habibah." Ucap siswi tadi.
"Hah? Apa? Khadijah?" Tanya Pak Sulis lagi.
"Khafifah, Pak!" Balas siswi itu dengan nada sedikit tinggi.
"Oh Khafifah." Ucap Pak Sulis dengan benar.

Salah satu seorang siswa bernama Bintang merasa heran dengan pendengaran Pak Sulis.

"Allahuakbar, telinga telinga." Ucap Bintang.

Keadaan dikelas masih ribut bahkan semakin ribut.
Pak Sulis semakin kesulitan mendengar apa yang diucapkan para murid itu.
Namun ia tetap melanjutkan hal yang sedang ia lakukan.

"Nama kamu siapa?" Tanya nya.
"Mikel, Pak." Balas siswa itu.
"Siapa?" Tanya nya lagi.
"Mikel pak." Balas siswa itu lagi.

Keadaan kelas yang begitu ribut membuat pak Sulis kesal.

"Hei!!!" Gretaknya.

Satu kelas hening tiba tiba saat mendengar gretakannya. Semua memasang wajah pucat, tak berani bersuara.

"Saya sedang bicara kalian masih saja ribut. Kalian sudah besar otak kalian tolong digunakan." Ucapnya tegas.

Seisi kelas terdiam tak satupun berani menggerakkan tubuhnya.
Namun salah satu seorang siswa yaitu Mikel memecah suasana hening itu, ketika pak Sulis sedang marah.

"Kalian ini..." Tegas pak Sulis.

"Ih ludah bapak muncrat kebuku saya, iiiiii kemuka saya juga." Sahut Mikel.

Benar saja, satu kelas terkekeh dengan ucapan Mikel. Pak Sulis pun yang awalnya marah ikut cengengesan.

Kelas itu kembali ribut, dan pak Sulis masih melanjutkan hal yang ia lakukan.
Ia masih mencatat nama nama siswa itu kembali dengan keadaan kelas yang ribut namun tak separah beberapa menit tadi.
Tibalah pertanyaan nama pada salah seorang murid bernama Resky Marbun.

"Nama kamu siapa?" Tanya pak Sulis.
"Resky Marbun, Pak." Jawab murid itu.
"Siapa? Siapa?" Tanya nya lagi.

Bintang merasa kesal dengan pendengaran pak Sulis, padahal seisi kelas tidak terlalu berisik.

"Siapa nama kamu?" Tanyanya lagi.

Bintang yang benar benar kesal lalu menyahut pertanyaan nya.
"ROBBUNAHHHH!!!" Sahut Bintang.
"Oh Robbuna." Balas Pak Sulis sambil menyatat nama "Robbuna".
"Allahuakbar!" Sahut Bintang sembari mengusap usap rambutnya.

Khafifah, tertawa terbahak bahak hingga jatuh dari bangkunya karena sahutan Bintang.

"Lah, Pipah engkau kenapa sampai jatoh gitu?" Tanya Bintang.
"Gara gara kau bodoh!" Balas Khafifah masih terkekeh.

Pak Sulis yang melihat itu tertawa kecil.

Disisi lain, Rian memandang indah Yolla yang tertawa karena sahutan dari Bintang.

Matanya tak berkedip, dan mulai kering namun tetap saja Yolla tak hilang dari pandangannya.
Tanpa sengaja, Yolla melihat Rian yang sedang menatapi dirinya. Dengan tatapan kosong Yolla menatap Rian cukup lama.

Mereka berdua saling tatap menatap hingga salah seorang teman Yolla membuyarkan pandangan itu.

"Yolla." Sahut Fani, salah satu teman kelas Yolla.

Sentak Yolla pun langsung mengalihkan pandangannya kearah Fani.

"Apa?" Tanya Yolla.
"Bapak nanya tuh namamu." Ucap Fani.
"Oh iya, ya?" Balas Yolla.

"Nama saya Yolla Ananda Fitri pak." Ucap Yolla pada pak Sulis.
"Salah, gak lengkap itu." Sahut Zefery.
"Lah kurang nya namaku ada dimananya?" Tanya Yolla serius.
"Namanya Yolla Ananda Fitri istri Zefery." Gurau Zefery.
"Idih najis." Balas Yolla sambil terkekeh kecil.

"Duh itu Zef, dikatain najis sama Yolla. Sakit hati....." kompor Miza salah seorang teman Yolla.

Yolla hanya terkekeh melihat tingkah teman temannya itu.

"Selo aja, entar kepincut dia sama aku." Gurau Zefery.

"Ingat sama yang disono Zef!!! Itu tu si neng Naya." Sahut Khafifah.
"Eh diam diamlah sis." Gurau Zefery lagi.
"Wah, itu Yoll. Kalau aku jadi kau, aku bunuh tuh si Zefery. Berani beraninya dia jadiin mu selingkuhan dia." Kompor Miza.
"Eh tunggu tunggu, emang pertanyaan nya aku mau ya sama Ahau?" Tanya Yolla sambil menambahkan cengirannya.
"Anjirrrrr." Sahut Miza.

Rian merasa kesal mendengar percakapan mereka. Ia berharap, andai posisi itu adalah dirinya.

Tak lama, percakapan mereka terhenti karena pak Sulis.

Put your coment or anything.
Thankyou.

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 95.5K 62
•[COMPLETED]• Book-1 of Costello series. Valentina is a free spirited bubbly girl who can sometimes be very annoyingly kind and sometimes just.. anno...
2M 56.5K 70
HIGHEST RANKINGS: #1 in teenagegirl #1 in overprotective #3 in anxiety Maddie Rossi is only 13, and has known nothing but pain and heartbreak her ent...
2.9M 243K 53
𝙏𝙪𝙣𝙚 𝙠𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙧 𝙙𝙖𝙡𝙖 , 𝙈𝙖𝙧 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙢𝙞𝙩 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞 𝙃𝙤 𝙜𝙖𝙮𝙞 𝙢𝙖𝙞...... ♡ 𝙏𝙀𝙍𝙄 𝘿𝙀𝙀𝙒𝘼𝙉𝙄 ♡ Shashwat Rajva...
MIRACLE By Ara

Teen Fiction

319K 11.7K 45
"My mother named me Miracle, but I am anything but a miracle in her and our family's life. I am a mistake. I am a product of a heinous crime." Miracl...