My First Crush [End]

By scarlettnunim

1.5K 236 56

Orang bilang cinta pertama itu menyakitkan, lalu bagaimana dengan cinta pertama Gladis? Seorang murid pindaha... More

0.0
BAB I
BAB II
BAB III
BAB V
BAB VI
BAB VII
BAB VIII
BAB IX
BAB X
BAB XI
Last.

BAB IV

94 16 1
By scarlettnunim

"Were in a beautiful and sad relationship. We make each other shine. Like the moon and the river and we hug again." (Red Velvet – Psycho)

Desember, 2016.

Alunan musik menggema diseluruh sudut sekolah, siswa – siswi disibukkan dengan kegiatan class meeting. Ya, ujian akhir telah usai. Di SMA Kenangan sudah menjadi kebiasaan saat ujian akhir telah usai maka akan diadakan class meeting. Sekolah diramaikan dengan kegiatan pertandingan olah raga antar kelas. Pertandingan ini bukan ajang untuk menunjukkan mana kelas yang terbaik, melainkan untuk memperat persahabatan dan silaturahmi antar kelas di SMA Kenangan. Semua siswa bersorak menunjukkan dukungannya setiap kali kelasnya bertanding.

Kali ini giliran kelas XI IPA 1 yang bertanding futsal melawan kelas XI IPS 2 dan Raihan merupakan salah satu dari pemain yang diutus oleh kelasnya. Semua anak XI IPA 1 bersorak memberikan dukungan dan semangat untuk kelasnya, begitu pula dengan Gladis. Begitu isitrahat untuk pergantian babak Raihan menghampiri Gladis untuk mengambil air minumnya yang memang dia titipkan pada Gladis sebelum bermain. Keduanya pun terlihat sesekali berbincang membahas pertandingan. Namun tanpa mereka sadari, sepasang mata menatap mereka dengan tatapan tak suka. Matanya tidak berhenti mengekori keduanya dengan laser.

Setelah pertandingan usai, Raihan, Joni, Vanya dan Gladis berjalan bersama menuju kelas untuk sekedar beristirahat. Akan tetapi sepertinya tak ada istirahat bagi mereka karena dibelakang mereka ada empat orang siswi yang mengekori kemana mereka berjalan. Sesampainya di kelas, ke empatnya langsung duduk di bangku masing – masing dan melemaskan punggung mereka.

" Eh nanti malem nonton yu? Aku bosen." Ujar Vanya sembari mengibas – ngibaskan tangannya karena kegerahan.

" Boleh." Ketiga temannya serempak menjawab ajakan Vanya.

Namun saat tengah asik mendinginkan tubuh mereka tiba – tiba terdengar suara pintu yang di dobrak dari arah luar.

BRAK!!!

Sontak seluruh siswa yang sedang berada di kelas menoleh kearah sumber suara. Semua mata menatap tidak percaya kearah pelaku kegaduhan tersebut. Hal itu disebabkan karena sang pelaku merupakan adik kelas mereka. Sepertinya memang mereka memiliki keberanian tingkat dewa. Isi kepala anak – anak dikelas tersebut sungguh tidak habis pikir dengan isi otak ke empat anak perempuan yang sekarang sedang berada di ambang pintu dengan berkacak pinggang.

Keempatnya berjalan menghampiri Gladis dan Raihan tanpa rasa malu.

BRAK!!

Terlihat salah satu diantara mereka yaitu Thalia menggebrak meja Gladis. Sedangkan ketiga temannya yang tidak memiliki nyali sebesar Thalia hanya diam berdiri dibelakang punggung Thalia dan menonton apa yang akan terjadi selanjutnya. Gladis hanya terdiam dan membelalakan matanya tak percaya akan apa yang sedang terjadi didepannya.

" Oh bagus ya?! Anak baru udah jadi pelakor aja." Thalia menatap Gladis dengan tatapan jijik. Raihan yang melihat itu langsung meraih tangan Thalia.

" Apa yang kau bicarakan Thalia?"

" Udahlah, sekarang gue tau alasan lo yang sebenernya mutusin gue karena apa. Pasti karena digoda oleh cewe baru murahan ini kan?!"

" Eh siapa yang lo sebut murahan?! Ngaca lo." Vanya yang tidak suka dengan ucapan Thalia langsung berdiri menantang. Namun Gladis menahannya dan menyuruhnya duduk kembali.

" Maaf ya de, saya tidak merasa memiliki urusan dengan anda." Gladis yang malas menanggapi tingkah kekanak – kanakan Thalia pun berniat pergi dari tempat itu. Tepat saat kakinya melangkah melewati Thalia, tiba – tiba rambutnya ditarik hingga dia pun merasa kesakitan.

" Mau kemana lo?" Thalia tersenyum meremehkan.

Apa boleh buat dia yang enggan berurusan akhirnya memilih untuk basah kuyup karena sudah terlanjur basah. Gladis membalikan tubuhnya, menarik tangan yang sedang menjambak rambutnya dan menghempaskan tangan itu hingga sang empunya terjatuh. Gladis memang memiliki tenaga yang kuat jika dia ingin mengerahkannya. Thalia telah salah memilih musuh karena Gladis bukan tipe orang yang akan menerima saat ditindas.

" Sorry ya, saya tidak akan termakan trik anda dan mengotori tangan saya dengan adegan saling menjambak seperti di sinetron. Saya tidak perduli dengan tuduhan murahan anda." Gladis sudah membalikan tubuhnya dan Thalia pun hendak berdiri kembali untuk membalas perbuatan Gladis namun tangannya ditahan oleh Raihan.

" Oh iya satu lagi. Awalnya saya tidak perduli dengan hubungan kalian, tapi dari sini saya tahu mengapa Han tidak tahan dengan anda. Semua itu karena anda sendiri yang merusaknya, dirumah ada kaca kan? Silahkan berkaca dan tolong jangan libatkan saya diantara hubungan kalian. Karena saya bukan siapa – siapa." Gladis menatap Thalia dengan tatapan dingin tanpa ekspresi. Siapapun yang melihat wajahnya sekarang pasti akan berpikir bahwa Gladis menyeramkan. Dengan langkah cepat Gladis meninggalkan kelasnya diiringi dengan tatapan – tatapan aneh dari teman – temannya. Dan Gladis tidak perduli dengan apa yang dipikirkan oleh teman – temannya.

Raihan menatap kepergian Gladis dengan tatapan bersalah. Ingin rasanya dia mengejar gadis itu, namun kakinya terasa berat.

" Raihan, kau lihat kan? Gadis murahan itu menyeramkan. Tanganku sampai terluka seperti ini."

" Berhenti menyebutnya murahan!" Raihan membentak Thalia dan gadis itu membelalakan matanya tak percaya. Selama ini, apapun yang dia lakukan Raihan tidak pernah membentaknya.

" Kalian temannya Thalia kan?" Raihan menatap ketiga gadis yang berdiri seperti patung itu dan yang ditanya hanya menganggukan kepalanya.

" Tolong bawa pergi Thalia. Lagian kalian ini berani – beraninya membuat keributan dikelas orang lain. Kita ini lebih tua dari kalian, sopan santun kalian dimana?"

" Maafkan kami kak."

" Ayo Tha pergi." Dengan terpaksa dan hati yang terluka Thalia beserta ketiga temannya pun pergi meninggalkan kelas itu.

" Apa yang kalian lihat?! Duduk kembali dan urusi urusan kalian masing – masing. Jangan ada yang bergosip tentang kejadian barusan." Setelah itu Raihan langsung terduduk lemas dan ditenangkan oleh Joni.

Sementara itu, Gladis kini berada di kamar mandi. Dia menatap pantulan wajahnya dicermin, kejadian barusan benar – benar diluar kendalinya. Pikirannya sekarang berkecamuk, dia sungguh kacau. Dia sangat membutuhkan bahu untuk bersandar. Dia memang kuat, namun dia juga tetap wanita yang memiliki hati yang rapuh.

" Dis, buka pintunya. Aku tahu kamu didalam."

" Vanya..."

" Kamu nangis?"

" Engga, belum. Tapi aku pengen nangis."

" Gapapa, nangis aja." Vanya menarik gadis itu kepelukannya dan menepuk bahunya lembut berusaha menenangkannya. Dia tahu bahwa temannya sedang tidak baik – baik saja sekarang.

" Vany, aku beneran ga ngerebut Han dari Thalia."

" Aku tahu, semua orang pun tahu. Tenang aja, ular itu emang ga punya otak."

" Tapi..."

" Ssst, kamu ga salah. Gapapa tadi kamu udah ngelakuin hal yang bener kok."

" Makasih Vanya."

" Kalo aku jadi kamu, aku pasti jambak balik rambut nenek lampir itu. Kau keren sekali. Apalagi wajah tanpa ekspresimu, aku sampe merinding dibuatnya." Celotehan Vanya mampu membuat Gladis merasa tenang dan bahkan tertawa mendengarnya. Setelah merasa tenang keduanya pun kembali ke kelasnya.

" Dis kamu dipanggil guru BK. Raihan juga, tapi dia udah kesana duluan."

" Oh oke, makasi Kania."

" Semangat Gladis." Gladis hanya melemparkan senyumnya dan segera berjalan menuju ruangan BK.

Ternyata di ruangan BK sudah ada Pak Warka dengan Raihan dan Thalia. Sudah dapat ditebak, pasti ada yang melaporkan kejadian tadi ke guru BK. Selama satu jam penuh ketiganya diberi siraman rohani oleh Pak Warka dan disuruh membuat surat permintaan maaf karena ini merupakan pelanggaran pertama yang dilakukan oleh mereka, sehingga tidak ada hukuman berat untuk ketiganya.

" Inget ya pesan bapak. Thalia jangan membuat keributan lagi apalagi di kelas kakak kelasmu, kamu itu siswa tugasnya belajar bukan pacaran apalagi membuat keributan. Kamu juga Raihan, ga usah pacaran setelah libur semester nanti akan mulai disibukkan dengan ujian. Begitu pula kamu Gladis dan ingat jangan mendorong orang lain seperti itu."

Ketiganya hanya diam, menundukkan kepala menunjukkan penyesalannya. Setelah dirasa cukup ketiganya pun berlalu pergi dari ruangan itu. Thalia langsung melengos begitu saja, tak ada maaf dalam kamusnya dan sepertinya dia memang tidak merasa bersalah. Tinggal Gladis dan Raihan yang berjalan bersisian menuju kelasnya.

" Kamu gapapa?"

Gladis menoleh pada Raihan, bibirnya menunjukkan senyuman tipis dan menganggukan kepalanya menandakan bahwa dia baik – baik saja. Dia tidak ingin Raihan khawatir dan merasa bersalah.

" Maaf." Raihan menundukkan kepalanya merasa menyesal akan apa yang terjadi pada Gladis karena kesalahannya.

" Gapapa, ini bukan salahmu." Gadis itu memperlambat langkahnya.

" Tetap saja."

" Aku gak kenapa – kenapa, sungguh! Jadi tolong jangan nyalahin diri sendiri lagi. Thalia hanya masih menyukaimu, makanya dia bertingkah seperti itu dan salahku pula yang tidak menjaga jarak darimu."

" Dia ga pernah menyukaiku Dis." Raihan menghembuskan nafasnya perlahan.

" Maaf." Gladis merasa bersalah, dia lupa pada kenyataan itu. Mungkin Raihan masih sakit hati bila teringat dengan apa yang dilakukan Thalia padanya selama ini. Hubungan mereka memang tidak sederhana.

" Dan tolong jangan menjaga jarak dariku karena masalah ini. Maafkan jika aku egois. Tapi bukankah kita ini sahabat?"

Sahabat? Hmmm sejujurnya Raihan mengingkan lebih dari itu. Namun sepertinya sulit untuknya kali ini. Dia takut akan menyakiti Gladis lagi. Dia tahu Thalia tidak akan mudah melepaskannya dan Thalia tidak akan segan untuk menyakiti gadis itu jika sampai tahu bahwa dia menyukai Gladis.

" Hahaha tenang aja, apa yang dilakukan Thalia tidak akan mempengaruhiku. Thalia ya Thalia, kamu ya kamu, aku ya aku. Ga ada hubungannya."

" Terima kasih."

" Han, tapi untuk nanti aku ga bareng kamu dulu ya? Aku butuh waktu sendiri. Kejadian tadi cukup menguras tenagaku haha." Gladis memaksakan tertawa.

" Maafkan aku."

" Cukup, maaf mulu dari tadi. Besok seperti biasa kok."

" Baiklah."

Gladis pun menyunggingkan senyumnya, begitu pula dengan Raihan. Hari ini mungkin sangat melelahkan bagi keduanya jadi keduanya hanya berusaha untuk saling memahami. Dan karena hal ini, rencana nonton yang sudah direncanakan pun dibatalkan karena baik Gladis dan Raihan ingin istirahat dirumahnya masing – masing. Apa boleh buat akhirnya Joni dan Vanya hanya mengiyakan keputusan keduanya. Namun mereka tetap pergi nonton berdua, karena Vanya sangat mengidam – idamkan untuk menonton film tersebut. Sedangkan Joni tidak ada pilihan lain selain menemani Vanya.

Saat Vanya dan Joni asik bersenang – senang menonton film, tidak berlaku dengan Gladis dan Raihan. Kepala keduanya dipenuhi dengan berbagai pikiran yang berjejal masuk kedalam otaknya. Sejujurnya keduanya bingung harus melakukan apa. Saat Gladis bilang apa yang dilakukan Thalia tidak akan mempengaruhinya, hanyalah kebohongan semata. Kenyataannya Gladis ragu, haruskah dia menjaga jarak dari Raihan atau tetap bertingkah seperti biasanya seolah – olah tidak ada yang terjadi?

Sedangkan Raihan ragu, disatu sisi dia ingin mengungkapkan perasaannya. Namun dengan apa yang terjadi hari ini, dia takut bahwa dia hanya akan menyakiti gadis itu. Hatinya berkecamuk menentukan apa yang harus dia lakukan dan bagaimana seharusnya dia memperlakukan Gladis selanjutnya?

Untung saja besok sudah memasuki libur semester dan Gladis akan liburan di Jakarta di rumah neneknya. Sehingga keduanya memiliki waktu untuk berpikir dan merenungkan apa yang seharusnya mereka berdua lakukan.

Biarkan waktu yang menjawab dan menyembuhkan luka yang sempat tergores hari ini. Walau sulit namun semuanya pasti akan terlewati. Serahkan saja kepercayaanmu pada hari esok.

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

2M 326K 66
Angel's Secret S2⚠️ "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Angel's Secret- •BACK TO GAME•...
6M 475K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
1.2M 57.9K 51
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
30.5M 1.9M 103
COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerita berjudul "Private...