"Selamat datang!" senyum ramah P'Mew menyambut kedatangan Pompom dan aku. Ketika kami memasuki apartemen nya, kami terpana melihat meja makan P'Mew yang nampak tak biasa.
"Hahaha... Apa-apaan ini, Phi?" aku heran dengan P'Mew yang menyiapkan semua ini.
"Ayolah, kalian duduk disini," P'Mew menuntun Pompom dan aku ke bagian meja yang ada mawar, red wine, dan lilin cantik nya. "Aku menyiapkan ini untuk dua 'adik' ku tersayang. Semoga kalian menikmati."
Kemudian Zhuang Sen keluar dari dapur membawa dua piring tambahan. Usai meletakkan nya diatas meja, ia dan Pompom bertatapan.
"Oiya, Nong Pom. Kenalkan, ini...," P'Mew entah kenapa merasa canggung di depan Pompom.
Zhuang Sen memahami nya. Lalu ia menangkupkan kedua tangan. "Sawadikhap, Pompom. Kenalkan, aku Zhuang Sen. PACAR dari Mew Suppasit."
Sejenak Pompom termenung. Lalu ia turut menangkupkan kedua tangannya. "Sawadikhap."
"Mew pernah menceritakan tentang mu," Zhuang Sen memandang Pompom seperti orang yang akan merebut miliknya. Pandangan sinis. "Benar kata Mew. Kau sangat cantik. Karirmu sebagai model pasti sangat sukses."
Pompom berusaha menyembunyikan perasaan galaunya. Ia tersenyum. "Terima kasih. Kudengar Phi Zhuang juga seorang model. Pasti sangat sukses dengan wajah tampan mu itu."
"Oke! Aku lapar nih!" P'Mew mulai memotong ayam kalkun di meja makan. "Ayo semuanya, makan yuk!"
Akhirnya kami berempat mengambil porsi masing-masing. Setelah itu, P'Mew dan Zhuang Sen menuju ke kamar sambil membawa makanan mereka.
"Lho? Phi!" panggil ku. "Mau kemana? Ayo makan bareng di meja."
"Aku dan Zhuang Sen mau makan di kamar aja," jawab P'Mew. Ia tersenyum. "Kalian, selamat menikmati ya!"
Pompom menatap sedih kearah P'Mew yang bakal berduaan sama Zhuang Sen, di dalam kamar.
Aku mengerti perasaan nya. P'Mew pernah cerita padaku. Kalau ia merasa telah mengecewakan Pompom. Karena P'Mew nggak bisa menerima cinta dari seorang wanita.
Saat itu P'Mew menunjukkan akun Instagram milik Pompom. Dimana semua orang bisa melihat foto-fotonya.
"Wah! Dia cantik banget, Phi!" aku terkagum.
"Kamu suka sama dia? Besok aku kenalin deh. Kamu gebet aja sekalian!" mata P'Mew berbinar menatap ku.
Art : "Tapi cewek secantik itu mana mau sama aku?"
Mew : "Hei. Kamu itu ganteng, aktor terkenal, kaya. Mana ada cewek yang berani menolak mu?"
Aku teringat obrolan ku dengan P'Mew saat itu. Alasan mengapa sekarang ia membuatkan makan malam romantis untuk Pompom dan aku.
"Pompom," aku memulai obrolan. "Kamu udah punya pacar?"
Pompom : "Kenapa Phi Art bertanya begitu?"
Art : "Gimana kalau... aku merasa tertarik sama kamu?"
Pompom : "Tertarik?"
Art : "Ya. Aku... suka sama kamu, Nong Pom."
Pompom terdiam sejenak. Ia merasa tersanjung dengan pernyataan cinta dari ku. "Maaf, Phi Art. Tapi apakah ini gak terlalu cepat?"
Art : "Mm... Maaf, Pom. Aku sebenarnya juga merasa begitu. Tapi gimana ya... Aku cuma nggak mau terlalu lama pendekatan sama kamu. Aku takut terlambat. Sehingga kamu keburu dimiliki orang lain."
Pom : "Phi Art, aku merasa tersanjung atas pernyataan mu. Tapi aku merasa belum terlalu akrab sama kamu."
Benar juga, pikirku. Apa aku terlalu buru-buru menyatakan perasaan ku? Beginilah kalau terlalu lama sendiri. Naluri jomblo ku berontak melihat gadis secantik Poompuicharu.
Art : "Nong Pom. Menurut ku, kita bisa saling mengenal lebih dalam setelah jadi sepasang kekasih."
Pompom : "Phi Art, bisa kah beri aku waktu? Aku belum yakin dengan perasaan ku sama kamu?"
"Baiklah," aku tersenyum. "Tapi maaf, boleh aku bertanya sesuatu?"
Pompom : "Tanya apa, Phi?"
Art : "Kamu... masih ada rasa suka sama P'Mew?"
Mata Pompom tertunduk. "Enggak, Phi. Aku tau kalo P'Mew bukan pria straight. Jangankan aku, cewek mana pun nggak ada harapan buat dapetin dia."
"Atau mungkin kamu suka cowok lain?" aku menebak.
Pompom memandangi ku. Dari ekspresi wajahnya, aku yakin kalo tebakan ku benar. Ya, ada cowok lain yang dia suka.
Sementara di dalam pikiran Pompom, satu wajah tiba-tiba muncul dan membawa hatinya.